Jumat, 18 September 2009

Tempat Wisata di Sigi Belum Ditangani Serius

Palu - Sejumlah tempat-tempat wisata di Kabupaten Sigi dinilai belum mendapat perhatian yang lebih. Bahkan tempat-tempat yang bakal menjadi penyumbang pundi-pundi kas daerah ini belumlah ditangani secara serius. Olehnya dengan sudah terwujudnya Kabupaten Sigi menjadi daerah otonom, penanganan tempat wisata didorong lebih maksimal.

Sebut saja wisata air panas di Desa Bora, wisata air terjun Mantikole dan Wera serta Porame, adalah beberapa pilihan kunjungan bagi orang-orang yang memanfaatkan hari liburan. Hampir sebagian besar tempat ini masih ditata dan dikembangkan ala kadarnya.

Kritik sekaligus masukan ini disampaikan anggota DPRD Sulteng, Hj Nurmiati Habibu SPd yang mengaku menyimpan prihatin mendalam terhadap lokasi wisata ini. Melalui dinas terkait ia berharap agar perencanaan penataan lokasi tersebut dirumuskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

“Tidak seperti di beberapa daerah di Indonesia, yang sangat menghargai pesona wisata daerahnya. Dengan kreatifitas dan kemauan untuk maju, pengelolaan wisata kunjungan tidak dilihat sebelah mata. Dinas terkait harus memperhatikan lokasi wisata di Sigi,’’harapnya ditemui koran ini kemarin di kediamannya.

Seperti lokasi air panas di Desa Bora, yang desa ini sebentar lagi akan menjadi pusat ibukota kabupaten. Sangat disayangkan jika potensi wisata ini tak dihiraukan. Lintas dinas dan Pemkab kiranya perlu mengalokasikan dana khusus atau menggandeng pihak swasta untuk mengelola wisata air panas Bora. Apakah menjadikannya pusat terapi air panas yang dibungkus dengan pesona wisata atau dalam bentuk lain, tergantung ke dinas lagi. Silakan dibikin seperti apa perencanaannya, masyarakat dan pemerintah dipastikan Nurmiati akan sangat mendukung.

“Jika wisata ini ramai dikunjungi, imbasnya memengaruhi perubahan positif roda ekonomi masyarakat setempat. Ini kan sasarannya ke depan,’’kata wakil rakyat dari daerah pemilihan Donggala-Sigi ini.

Karena Sigi tidak memiliki lokasi wisata bahari layaknya Donggala dan kabupaten lainnya di Sulteng, maka pengembangan wisata air terjun menjadi pilihan tepat. “Desa, kecamatan dan dinas, yang kemudian dikoordinir oleh Pemkab, sangat tepat menggarap secara bersama-sama. Melibatkan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan pengunjung juga tidaklah terlalu sulit. Sekarang yang kita tunggu, tinggal komitmen dan kemauan,’’kata Nurmiati.

Jika pengembangan lokasi wisata sudah mulai dilakukan, jangan lupa juga dengan peranan media massa. Pemkab dan dinas, harus turut serta melibatkan media dengan menggencarkan promosi, sehingga akan cepat menjadi perhatian dan menjadi pilihan kunjungan. “Saya yakin, Sigi akan bisa mengandalkan potensi wisatanya ke depan,’’yakin Nurmiati. (fri)