Senin, 29 November 2010

Tradisi Wisuda Haji Bugis-Makassar

Makasar, Ada tradisi khusus bagi sebagian besar jamaah asal Bugis- Makassar usai melaksanakan wukuf di Padang Arafah dan melontar di Mina, Arab Saudi.

Demikian pula dengan jamaah Bugis-Makassar yang merantau puluhan tahun asal Kalimantan Timur (Kaltim). Mereka tetap menjalankan prosesi patoppo (bugis) dan padongko (Makassar).

Tradisi khas warga Bugis Makassar ini yakni dengan menyematkan songkok bagi pria dan kerudung (tippolo) bagi wanita oleh ustad sebagai simbol resmi sudah menjadi haji dan hajjah.

Ini pula yang terlihat di kalangan jamaah haji plus Anamona. Para jamaah yang berasal dari Sulsel dan Kaltim ini ramai-ramai meminta ustad Anshar Tamanggong (pembimbing jamaah) untuk "mewisuda" mereka.

Ritual patoppo yang digelar di tenda pada Selasa (16/11/2010) siang atau petang wita sontak menjadi perhatian jamaah haji lainnya di Maktab 108 Haji Plus Indonesia.

Sebelumnya kami melontar jumrah sebagai penutup ihram wukuf pada pukul 03.00 dinia hari hingga menjelang subuh.

Tradisi patoppo oleh sebagian jamaah dianggap sebagai salah satu ritual resmi haji. Padahal tradisi itu asli Bugis Makassar tak disunatkan apalagi diwajibkan.

"Tradisi ini tak diperintahkan (wahyu dan Al Quran) namun memiliki makna yang baik antara lain sebagai sugesti bahwa ketika songkok putih sudah disematkan maka perilaku dosa sebelumnya tak boleh lagi dilakukan karena telah menjadi seorang haji," kata Ustad Ashar.

Usai patoppo jamaah pria mengenakan baju koko baru setelah sebelumnya mandi dan mencukur kumis dan jenggot. Sementara jamaah wanita secara bergantian memasangkan kerudung khas Bugis Makassar, bollang.

Jamaah kemudian bersalam-salaman dan menyapa sesamanya "Oe e haji.." dilengkapi pula dengan berfoto-foto. Wajah mereka berseri-seri layaknya seorang mahasiswa usai diwisuda. Tradisi dan kearifan lokal yang mengagumkan.(*)

Sumber : http://www.tribun-timur.com