Sabtu, 31 Juli 2010

Kadatua Akan Gelar Ritual "Poago"

PASARWAJO, SULTRA, --Masyarakat Kadatua, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, akan menggelar ritual "Poago" yang diikuti seluruh desa di kecamatan tersebut.

Ritual tersebut untuk memohon keselamatan, khususnya Kadatua, agar dihindarkan dari segala marabahaya, kemudahan dilimpahkan rezeki dan dijauhkan dari segala musibah.

Poago dilaksanakan mengingat selama dua tahun terkahir nelayan Kadatua merasa hasil tangkapan mereka, semakin berkurang. Bahkan pada bulan terkahir masyarakat Kadatua resah akibat keracunan dalam mengkonsumsi ikan dan siput laut (kerang laut).

Camat Kadatua La Ode Mpute, di Pasarwajo, Rabu mengatakan, ritual Poaga di pusatkan di Baruga Desa Lipu, Kecamatan Kadatua, samping kuburan Wa Ode Karamaguna (Wa Ode Pogo) salah tokoh adat yang ada di kadatua.

"Ritual dilakukan secara massal. Setelah istiqhosa dan poago di baruga dilanjutkan di desa masing-masing selama 3 hari. Selama ritual tersebut masih berlangsung, masyarakat dilarang melakukan kegiatan berupa bunyi-bunyian dan melaut untuk menangkap ikan," jelasnya.

Ia menjelaskan, ritual tersebut setiap tahun diselenggarakan oleh masyarakat Desa Banabungi, Namun tahun ini dilakukan serentak di 10 desa yang di pusatkan di Baruga Desa Lipu Kecamatan Kadatua.

"Masyarakat saat ini heran, kenapa hasil tangkap ikan mereka berkurang. Bukan hanya itu sejak isu keracunan ikan merebak dan menyabkan jatuhnya korban keracunan, masyarakat tidak pernah mengkonsumsi ikan lagi," tambahnya.

Pelaksanaan Ritual Poago ini direncanakan pada pekan depan, dan akan dihadiri juga oleh Bupati Buton LM Sjafei Kahar berserta jajaran pemerintah Kabupaten Buton.

Sumber : http://oase.kompas.com

Kongres Bahasa Daerah Sukses

BAUBAU, SULTRA, --Pelaksanaan Festival Perairan Pulau Makassar atau FPPM dan Kongres Bahasa Daerah Internasional yang digelar bersamaan pada tanggal 18-21 Juli 2010 belangsung sukses, kata Wali Kota Baubau dalam konperensi pers di Baubau , Kamis.

Menurut Wali Kota Baubau Mz Amirul Tamin, berbagai kegiatan pada dua agenda besar tersebut berlangsung lancar, meskipun masih ada berbagai kekurangan yang akan diperbaiki pada pelaksanaan FPPM ke IV nanti.

"Pelaksaaan FPPM dan Kongres Bahasa Daerah Internasional memempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Kota Baubau. Untuk itu Pemkot berharap kegiatan ini kedepannya bisa berlangsung lebih meriah lagi tanpa meninggalkan makna dari festival itu sendiri," katanya.

Ia menambahkan, selai FPPM III yang dinilai sukses, Kota Baubau berhasil mempertemukan para guru besar di kota ini.Kongres Bahasa Daerah Internasional dihadiri oleh guru-guru besar dari luar negeri dan guru besar dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

"Sebanyak 93 pemakalah pada Kongres Bahasa Daerah Internasional tersebut, sebagian besar bergelar Prof Doktor, ini merupakan kebanggaan Kota Baubau karena tidak semua daerah bisa seperti ini," tambahnya.

Amirul menambahkan, sesuai dengan tema pada FPPM ke III, "Memantapkan Baubau sebagai ’eco-culture tourism’ di kawasan timur Indonesia", diharapkan perhelatan itu akan menjadi semangat dan bukti nyata bahwa Baubau bisa menjadi tuan rumah untuk perhelatan berskala nasional maupun internasional.

"Ini semua tidak akan terjadi begitu saja, tanpa dukungan dan kerja sama kita semua, lebih khusus kepada warga Kota Baubau yang telah memberikan suasana kondusif kepada tamu dan dukungan mereka terhadap suksesnya berbagai kegiatan pada FPPM, inilah cermin masyarakat Baubau," katanya.

Ia menambahkan, keberhasilan FPPM ke III maupun kongres menjadi dedikasi panitia dalam memberikan dukungan terhadap suksesnya kegiatan ini.

"Mereka tidak mengenal teriknya matahari, mereka terkadang lupa apakah ini sudah jam makan atau istrahat, untuk pengabdiannya Saya mengucapkan terimahkasih kepada saudara-saudara yang telah mensukseskan berbagai rangkaian FPPM dan Kongres internasional bahasa daerah," ujarnya.

Sumber : http://oase.kompas.com

Masyarakat Yogyakarta Minati Kain Tenun "Ulap Doyo"

Yogyakarta - Kalangan masyarakat di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, meminati hasil kerajinan tenun daun "ulap doyo" dari Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, di pameran "Textcraft 2010", mulai 21-25 Juli 2010 .

"Banyak masyarakat yang membeli dan bertanya mengenai kain tenun `ulap doyo` di pameran karena terlihat unik," kata pengusaha kerajinan kain tenun "ulap doyo", Rinawati di sela-sela pameran "Textcraft 2010" di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, setiap hari sekitar 100 pengunjung, baik itu hanya sekadar melihat dan membeli kain tenun "ulap doyo" di stan pameran "Textcarft 2010". Mereka antusias menanyakan cara pembuatan kain tenun "ulap doyo" yang mempunyai keunikan tersendiri jika dibandingkan kain tenun dari daerah lain.

Ia mengatakan kain tenun ini terbuat dari bahan alam, yaitu daun "ulap doyo" yang bentuknya menyerupai daun pandan yang seratnya kuat sehingga bisa dijadikan benang tenun.

Kain tenun ini, kata Rinawati, merupakan produksi kalangan perajin di Kabupaten Kutai Kartanegara yang sudah dijual ke beberapa provinsi di Indonesia, bahkan mancanegara.

Menurut dia, tenun daun "ulap doyo" sering dijadikan kain tenun, pakaian, dan kebaya. Kalangan masyarakat sangat menyukai kain ini karena dinilai mempunyai keunikan tersendiri jika dibandingkan kain tenun dari daerah-daerah lain di provinsi ini.

"Tenun `ulap doyo` ini selalu dipamerkan di berbagai ajang pamaren, baik itu tingkat naisional maupun internasional agar lebih mendunia. Ini merupakan langkah untuk lebih memperkenalkan dan mempromosikan kain ini kepada kalangan konsumen," kata Rinawati.
(ANT/A024)

Sumber : http://www.antaranews.com

Makalah HK Dikupas Tuntas

PONTIANAK. Makalah berjudul ‘Sekilas Melayu, Asal Usul dan Sejarahnya’ karangan Walikota Singkawang, Dr Hasan Karman SH MH, dibahas menyeluruh dalam seminar di Rektorat Untan, Rabu (21/7). Isi makalah itu tak sepantasnya dipersoalkan lagi.

“Saya saja masih keturunan bajak laut. Tapi itu dulu. Untuk apa kita yang mempersoalkan lagi,” ujar DR Muhlis Paeni, staff ahli Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata saat menjadi pembicara dalam seminar tersebut.

Makalah yang ditulis Hasan Karman (HK) tersebut memang menjadi polemik selama beberapa bulan terakhir. Pasalnya polemik terjadi karena ada pihak yang tidak terima dengan sepenggal kalimat dalam makalah itu yang mengidentikkan Melayu masa lalu dengan keberadaan perompak. Namun dalam seminar kemarin, makalah HK itu dinilai wajar dan mengandung kebenaran.

“Jika bangsa Indonesia dan kerajaan Melayu yang diperspektifkan sebagai perompak, tentu saja benar jika dilihat dari dimensi sejarahnya. Namun hal tersebut bukan dijadikan sebagai hal yang memalukan karena memang zaman dahulu banyak perompak,” ujar Muhlis.

Selain Muhlis, acara yang dihadiri unsur Muspida di Kalbar itu juga menghadirkan pembicara lainnya yakni Dekan Fisipol UGM, DR Pratikno, serta HK selaku pembuat makalah yang mengambil referensi dari buku karangan Yuan Bingling berjudul Chinese Democracies; A Study Of The Kongsis Of West Borneo (1776-1884).

Dalam seminar kemarin, HK menjelaskan makalah setebal 7 lembar yang dibuatnya tidak ada unsur yang menyinggung. “Saya menulis makalah ini semata-mata untuk menyampaikan pesan bahwa semua suku yang ada di Kalbar merupakan satu kesatuan,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, HK juga menyampaikan permintaan maafnya kepada beberapa pihak yang merasa tersinggung. Permintaan maaf itu ditujukan terhadap efek dari makalah yang dibuat. “Saya yang menjadi orang yang paling goblok jika saya menghina suku yang masih satu kesatuan dari Kalbar,” ujarnya.

Menurutnya, makalah yang dibuatnya bahkan timbul setelah dua tahun kemudian. “Sudah tidak ada lagi dalam laptop saya, syukur saya ada fotokopiannya. Hingga kini pun saya masih berpikir dimana letak kesalahan tersebut,” tukasnya.

Kapolda Kalbar, Brigjen Pol Drs Erwin TPL Tobing dalam sambutannya menyambut baik pelaksanaan seminar tersebut. “Seminar ini diharapkan bisa menjadi penguatan permohonan maaf di Sambas beberapa waktu lalu,” ujar Erwin.

Erwin menegaskan, makalah itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama maupun etnis. Makalah itu hanya menyangkut keterusikan warga. “Ke depan kita harapkan ada hubungan baik antara sesama,” ujar Erwin. (bdu)

Sumber :/ http://www.equator-news.com

Bahasa Melayu Tidak Bisa Jadi Bahasa Resmi ASEAN

Solo, CyberNews. Bahasa Melayu tidak bisa dipaksakan menjadi bahasa resmi Negara-negara di ASEAN. Para pakar bahasa dari berbagai Negara anggotanya, sepakat tidak lagi membahas masalah itu, karena kendalanya sangat banyak.

"Sebenarnya keinginan itu sudah mencuat lama, sekitar tahun 1982 ketika terbentuk Majelis Bahasa Brunei, Indonesia dan Malaysia (Mabbim). Tapi mempertimbangkan berbagai hal, disepakati ha itu tidak dipaksakan," kata DR Sugiono, Kepala Pusat Bahasa.

Berbicara dalam pertemuan dan seminar Mabbin di UNS, dia mengatakan Bahasa melayu yang memiliki penutur terbesar di wilayah Asia Tenggara, justru sudah mulai banyak ditinggalkan.

"Tinggal Indonesia saja yang masih bertahan, bersama Malaysia dan Brunei, itupun menjadi bahasa kedua. Hal yang sama terjadi di Singapura. Untuk Thaliand, malah tinggal di wilayah selatan saja, demikian pula Filipina," ujarnya.

Karena itulah sangat sulit seandainya memaksakan Bahasa melayu menjadi bahasa resmi tingkat Asean sekalipun, atau bahkan menjadi Bahasa Internasional. Persyaratannya jauh lebih sulit.

Pembentukan Karakter
Kendati demikian, Sugiono menambahkan, di Asean para ahli bahasa sepakat mencoba mengadopsi istilah-istilah asing yang digunakan dalam bahasa ilmu pengetahuan, untuk dicarikan padanan katanya dalam bahasa melayu. "Tentu juga padanan kata yang disepakati oleh Negara masing-masing," lanjutnya.

Sementara itu tentang pembinaan bahasa, dia menjelaskan, sesuai UU 24/2009, pembinaan bahasa Indonesia menjadi tugas resmi pemerintah pusat. Adapun pemda membina dan melestarikan bahasa daerah.

"Jadi sudah ada pilahnya, sebagai salah satu upaya pembentukan karakter bangsa. Justru karakter kedaerahan itu dibentuk bersamaan dengan upaya pembinaan dan pelestarian bahasa daerah setempat,’’ terangnya.

Adapun soal bahasa hibrida, bahasa campur campur yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, pihaknya mendorong ahli bahasa mengadakan penelitian, sejauh mana menjadi efektif dalam menyumbang pembangunan bidang bahasa.

Sumber : http://suaramerdeka.com

Lindungi Kebudayaan Suku Pedalaman Riau

PEKANBARU, KOMPAS.com--Pengamat suku pedalaman Riau, Yoserizal Zein, di Pekanbaru, Rabu, mengatakan, kebudayaan suku pedalaman yang hidup di sejumlah kabupaten di Riau terancam punah jika pemerintah tidak mengambil langkah pencegahan untuk melindungi suku tersebut.

"Dengan banyaknya izin konsesi yang diberikan pemerintah kepada sejumlah perusahaan HTI, bukan tidak mungkin akan mengancam kebudayaan suku pedalaman tersebut," katanya.

Ia mengatakan, suku pedalaman atau yang biasa disebut dengan suku asli Riau tersebut hidup di sejumlah hutan yang terdapat di Riau. Jika pemerintah terus memberikan izin konsesi, maka dipastikan suku pedalaman tersebut tidak lagi mempunyai rumah dan kebudayaan yang hinggap bersama mereka akan punah.

"Contohnya saja bahasa yang digunakan oleh suku Talang Mamak yang hidup di Kabupaten Indragiri Hulu. Di mana bahasa tersebut mulai jarang digunakan. Suatu bahasa, jika yang menggunakannya kurang dari seratus maka dikategorikan punah," ujarnya.

Tak hanya bahasa, tetapi juga sejumlah kebudayaan lain seperti tarian bola api yang juga dimainkan masyarakat Talang Mamak. Di mana saat ini, tarian tersebut tidak lagi dimainkan karena hilangnya salah satu mantra.

"Hal ini juga terjadi pada tarian Zapin Api pada suku Akit, yang juga tidak lagi dimainkan akibat hilangnya satu mantera. Akibatnya, tak satu pun yang berani memainkan tari zapin karena takut terpanggang," tutur dia.

Oleh karena itu, ia mengimbau pemerintah daerah setempat untuk membuat peraturan daerah, untuk melindungi suku pedalaman tersebut. Apalagi, pemerintah Provinsi Riau mempunyai visi menjadikan Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayan Melayu di Asia Tenggara pada 2020.

"Titik awalnya ada di sini, yakni melestarikan kebudayaan suku pedalaman yang ada. Kalau pemerintah setempat tidak peduli, visi tersebut hanya menjadi bualan belaka," tutur Yoserizal yang akarab disapa Yos ini.

Terlebih lagi, wkatanya, arisan yang diberikan dari suku pedalaman ini tak hanya dalam bentuk tarian maupun bahasa saja, melainkan juga teknologi, seperti sistem penanaman padi yang berlaku di Talang Mamak.

Setidaknya terdapat 12 suku pedalaman yang ada di Riau seperti Talang Mamak, Anak Dalam, Sakai, Akit, Bonai, Petalangan, dan sebagainya.

Sumber : http://oase.kompas.com

Festival Kemilau Sumatera Digelar

Pangkalpinang - Provinsi Bangka Belitung pada 24-27 Juli menggelar festival Kemilau Sumatera yang diikuti sembilan peserta dari wilayah I Sumatera dalam rangka mensukseskan "Visit Babel Archi 2010".

"Dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata akan menampilkan berbagai tarian daerah," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bangka Belitung Yan Megawandi, di Pangkalpinang, Kamis.

Festival Kemilau Sumatera itu juga diisi pameran yang diikuti sembilan provinsi, festival Serumpun Sebalai, festival gasing, dan festival barongsai.

"Festival Gasing akan diikuti dari berbagai daerah seperti Kalimantan, Jakarta, Jawa Barat, serta Babel," ujarnya.

Sedangkan Festival Barongsai akan diikuti Sumatera Selatan, Kalimantan, Jakarta, Jambi, Banten, dan Babel.

"Kami berharap peserta yang sudah menyatakan kesiapannya untuk berpartisipasi dalam Kemilau Sumtera ini tidak membatalkan keikutsertaan mereka," katanya.

Ia mengatakan panitia juga mengundang peserta dari luar Sumatera untuk mengirim tim kesenian tari.

"Mudah-mudahan festival Kemilau Sumatera ini dapat menjadi perhatian masyarakat nasional untuk berkunjung ke Babel menyaksikan kegiatan itu," katanya.

Ia menyebutkan persiapan untuk pelaksanaan Festival Kemilau Sumatera saat ini sudah mencapai 50 persen.

Festival Kemilau Sumatera digelar di Taman Merdeka Pangkalpinang. (ANT147/K004)

Sumber : http://www.antaranews.com

42 SMA lomba tari tor-tor & melayu

MEDAN – sejumlah 42 grup terdiri dari siswi SMA perwakilan sub rayon SMA negeri dan swasta Se kota Medan, ikut ambil bagian dalam lomba audisi tari tor-tor dan persembahan melayu, di aula gedung SMA Negeri-7 jalan Timor Ujung Medan.

Ka Diknas Kota Medan, Hasan Basri, menyatakan bangga dengan kegiatan atas kerjasama Taman Bina Budaya Medan dengan SMA Negeri-7.

Kegiatan digelar hingga 23 Juli 2010 ini, kata Hasan tadi malam, dinilai sangat penting sebagai upaya mengembangkan minat bakat seni budaya, keratifitas dalam membangun kreasi dan karakter building khsususnya di kalangan pelajar yang selama ini memiliki bakat terpendam.

“Melalui lomba ini diharapkan lahir bibit-bibit penari bukan saja dari etnis batak maupun melayu tapi juga dari semua etnis daerah, sehingga mampu menjadi aset bangsa daam upaya membantu pariwisata Kota Medan khususnya dan Sumatera Utara umumnya memunculkan seni tari,” kata Hasan Basri.

Kepala SMA Negeri-7 Medan, M.Abdu Siregar, mengucapkan terimakasih kepada Diknas kota Medan dan Taman Bina Budaya Medan yang mempercayakan SMA Negeri-7 sebagai tempat penyelenggaraan lomba yang juga melibatkan siswi SMA Negeri-7.

“Mudah-mudahan kerjasama yang cukup positif ini dapar terus dijalin dalam menyalurkan bakat-bakat siswi khsususnya dibidang seni tari.

Ketua pelaksana Sugerno dari Diknas Kota Medan melaporkan, kegiatan ini berlangsung tiga hari melibatkan tim juri dari Taman Budaya Medan agar lomba berlangsung fair. Panitia melakukan penilaian antara lain segi kekompakan, penampilan, kerapian pakaian dan lainnya.

Bagi pemenang lomba 1,2 dan 3 memperoleh hadiah berupa tropi dan uang pembinaan dari panitia.

Sumber : http://www.waspada.co.id

Suku Cia-cia Gelar Pesta Adat Mata'a

BAUBAU, SULTRA, --Masyarakat suku Cia-cia Laporo, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, mengelar pesta adat Ma’taa (bersenang-senang) karena berhasil dalam masa panen musim timur dan musim barat.

Pesta adat ini sudah dilakukan secara turun temurun sejak ratusan tahun yang lalu, yang dimulai atas izin dan kebijakan Sultan Buton saat itu.

Tokoh adat suku Cia-cia Laporo, Kota Baubau, Junudin di Baubau, Rabu mengatakan, pesta ada ini digelar menjelang masa tanam berikutnya. Makanan dan minuman yang disajikan dalam pesta tersebut merupapakan bentuk rasa terima kasih kepada yang maha kuasa.

"Dalam acara ini disajikan makanan dan minuman yang digelar di ’galampa’ (tempat pertemuan masyarakat) ataupun pelataran ’galampa’ yang dihadiri oleh semua masyarakat," katanya.

Ia menjelaskan, ada beberapa prosesi yang dilakukan dalam pesta ada Ma’taa yaitu "pisampea" atau mengheningkan cipta untuk mengenang arwa leluhur para tokoh pejuang adat.

"Pada prosesi ini kami mendoakan mereka semoga diampuni dosanya, juga para pengikut adat supaya diberi kekuatan untuk dapat melestarikan budaya yang telah mereka prakarsai," katanya.

Prosesi selanjutnya yaitu ’buloliano galampa’ yang berarti berjalan mengintari baruga sebanyak empat kali sembari membawa "wawonii" atau makanan yang disimpan pada sebuah wadah yang berbentuk segi empat yang mengandung makna bahwa masyarakat Laporo dalam melaksanakan kegiatannya selalu mendapat lindungan Tuhan dalam semua sisi kehidupan.

"Bentuk segi empat menandakan bahwa masyarakat Laporo yang mendiami empat arah yakni utara, selatan, timur dan barat dari semua sisi kehidupan diberi limpahan rezeki yang melimpah dari yang Maha Muasa," jelas Junudin.

Juniddin mengatakan, setelah prosesi buloliano, pemuka adat memimpin doa dengan tujuan agar masyarakat "patowala patosingku" dalam melaksanakan segala kegiatan atau usahanya selalu diberi perlindungan, kekuatan dan diberi kemudahan rezeki atas apa yang diusahakannya oleh yang Maha Kuasa.

Sementara itu, Wali Kota Baubau Amirul Tamim dalam sambutannya mengatakan, pememerintah kota akan senantiasa memberikan penghargaan kepada masyarakat atas upaya pelestarian nilai-nilai budaya dan adat, seperti halnya yang dilakukan masyarakat Sorawolio dengan pesta adatnya.

"Saya sangat bangga terhadap masyarakat Cia-cia Laporo yang memasukan pesta adat ini dalam rangkaian Festival Perairan Pulau Makassar (III), sehingga bisa disaksikan para tamu dari berbagai negara seperti saat ini," katanya.

Ia menambahkan, Pemerintah Kota Baubau berjanji akan tetap melestarikan semua budaya yang ada di kota Baubau terutama warisan Kesultanan Buton sehingga tetap terjaga sepanjang waktu.

Sumber : http://oase.kompas.com

Pacu Sampan Kampo Diharap Bisa Jadi Kalender Pariwisata

Wabup Pelalawan M Harris membuka Pacu Sampan Kampodi Sungai Ara. Kegiatan ini diharapkan bisa masuk sebagai kalender pariwisata Provinsi Riau.

PANGKALAN KERINCI- Bertempat di Desa Sungai Ara Kecamatan Pelalawan Kamis (22/7/10) wakil bupati Pelalawan M Harris membuka kegiatan tahunan Pacu Sampan Kampo berupa rangkaian pesta rakyat Sungai Ara. Hadir dalam kegiatan tersebut sejumlah kepala dinas di lingkungan Pemkab Pelalawan dan juga unsur Upika kecamatan Pelalawan.

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Pelalawan M Harris menyampaikan dengan kegiatan Pacu sampan Kampo ini tetap bisa di selenggarakan dengan baik. "Namun mengapa kegiatan ini sampai hilang dari agenda kegiatan iven tahunan menjadi salah satu agenda pariwisata, dan ini mungkin hanya sebuah mis komunikasi mudah-mudahan kedepan bisa di masukkan lagi," terangnya.

Wabub juga menyampaikan, selain kegiatan ini mengangkat budaya daerah namun juga tersimpan bentuk persatuan dan kebersamaan serta sama visi dalam memajukan daerah, apalagi tidak lama di Pelalawan akan di gelar kegiatan Pemilukada. "Saya juga meminta masyarakat dalam menghadapi pemilukada ini jangan mau di hasut oleh orang-orang yang sengaja membuat kekacauan, persoalan siapa saja yang di dukung itu bebas di tentukan oleh masyarakat dengan catatan tetap menjaga kekompakan," paparnya.

Sementara Camat Pelalawan Martias, menyampaikan kegiatan pacu sampan kampo ini disamping bertujuan sebagai iven pariwisata tetapi juga merupakan implementasi kehidupan para tetua kita di masa lalu, yang bisa dikatakan hidup bekerja tidak bisa terlepas dari sungai dan juga sampan. "Meskipun hari ini untuk menuju Sungai Ara sudah bisa di tempuh dengan kenderaan roda empat, tetapi dengan ajang ini kita secara tidak lansung melestarikan budaya kita sendiri," ujarnya.***(feb)

Sumber : http://www.riauterkini.com

Budaya Banjar Siap Dihidupkan

MARTAPURA, -Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar, Kalimantan Selatan, menyatakan kesiapannya menghidupkan kembali budaya Kesultanan Banjar yang tenggelam sejak zaman penjajahan dahulu.

"Untuk mengawali langkah tersebut, Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB) akan menggelar musyawarah tinggi adat dengan mengusung tema ’Memangku Adat, Menjemput Zaman’ pada 24 Juli 2010 di Banjarmasin," kata Ketua Panitia Pelaksana Musyawarah Tinggi Adat Gusti Abidinsyah, di Martapura, Kamis.

Ia mengatakan musyawarah itu juga sebagai bentuk kepedulian juriat (keturunan) untuk membangkitkan kembali kesultanan Banjar dan adat istiadat yang dulu dimusnahkan kaum penjajah.

"Kegiatan tersebut bukan hanya diisi musyawarah tinggi adat, tetapi juga pelantikan pemangku-pemangku adat di seluruh Kalimantan Selatan (Kalsel) serta pelantikan pengurus LAKKB," katanya.

Pada acara tersebut juga diundang para tokoh masyarakat Kalimantan, budayawan, dan akademisi.

Menurut dia, musyawarah tinggi adat diselenggarakan karena perkembangan jaman sekarang budaya keraton masa lampau atau budaya adat Banjar mulai luntur sehingga perlu kembali diapresiasi sebagai bentuk gerakan budaya yang mengarah kepada pelestarian budaya.

"Melalui kegiatan itu diharapkan mampu mengangkat dan melestarikan budaya Kesultanan Banjar namun bukan hanya untuk para keturunan tetapi pelestarian budaya Kesultanan Banjar bagi seluruh masyarakat Banjar dan Kalsel umumnya," ujar dia.

Ia mengatakan, melalui kegiatan tersebut selain diharapkan mampu membangkitkan sejarah dan budaya Kesultanan Banjar juga mengingatkan keturunan dan generasi penerus terhadap beratnya perjuangan leluhur mengusir penjajah jaman dulu.

Dikatakan, sejak 2004 lalu, keturunan kesultanan Banjar mendapat tempat dan menjadi salah satu bagian dalam Forum Silaturrahmi Keraton se Nusantara (FKSN) dan bulan Juni 2010 dibentuk FKSN wilayah Kalimantan Selatan dengan Ketua yang dipercayakan kepada Gusti Khairul Saleh.

Mengenai LAKKB, ia menjelaskan, pembentukannya bernaung payung hukum yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 2007 tentang pedoman fasilitas organisasi kemasyarakatan bidang kebudayaan, keraton dan lembaga adat dalam pelestarian dan pengembangan budaya daerah.

"Peraturan itu menjadi dasar pembentukan LAKKB yang berfungsi membudayakan kembali kesultanan Banjar atau dikenal dengan istilah mengangkat batang kayu yang tenggelam atau menghidupkan kembali nilai-nilai luhur kearifan masa lampau Kesultanan Banjar dalam kehidupan masyarakat sekarang," jelasnya.

Namun, ia menekankan, upaya menghidupkan kembali kesultanan Banjar bukan berarti menghidupkan sistem feodalisme masa lampau tetapi hanya dijadikan upaya untuk menggali, melestarikan dan mengenalkan kembali nilai-nilai kearifan dan budaya Kesultanan Banjar.

"Bagi Kota Martapura, upaya ini sangat dibutuhkan karena pada masanya pusat Kesultanan Banjar berkembang di kawasan Martapura sehingga para keturunan harus bersatu untuk menghidupkan budaya yang sudah ditinggalkan cukup lama," katanya.

Ketua FKSN Kalsel, Gusti Khairul Saleh, membenarkan rencana diselenggarakannya musyawarah tinggi adat oleh LAKKB yang rencananya dihadiri seluruh pemangaku adat Banjar se-Kalimantan Selatan.

Sumber : http://oase.kompas.com

Istana Melayu Lima Laras Kian Telantar

MEDAN, KOMPAS.com--Kondisi Istana Lima Laras di Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, kian memprihatinkan dan terancam rubuh karena kurangnya perhatian terhadap salah satu peninggalan kerajaan Melayu tersebut.

"Istana Lima Laras kian terlantar, tidak terurus. Dikhawatirkan dalam waktu yang tidak lama akan rubuh jika tidak ada juga upaya perbaikan," kata staf peneliti Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed) Erond Damanik di Medan, Jumat.

Ia mengatakan, kondisi areal istana sungguh memprihatinkan dan ditumbuhi semak belukar yang cukup tinggi. Pada beberapa pilar beton istana juga terdapat ayunan bayi yang dipasang warga sekitar.

Demikian pula pada beberapa bagian pintu masuk istana, kini sudah ditutup dengan palang kayu yang terkesan tidak rapi. Di beberapa sisi halaman juga terdapat tanaman sayuran sehingga memperburuk nuansa bangunan.

Sedangkan di bagian kanan bangunan terdapat sumur yang tidak terawat dengan sampah-sampah berserakan di sekitarnya. Kondisi yang sama juga terlihat pada bagian belakang istana yang ditubuhi rumput setinggi hampir satu meter.

Yang paling menghawatirkan, menurut dia, adalah balok-balok kayu penyangga bangunan lantai dua dan tiga yang sudah terlihat lapuk dimakan usia. Kondisi itu diperparah dengan tidak adanya pelindung dari air hujan, sehingga mempercepat proses pelapukan.

"Sangat dibutuhkan uluran tangan dari berbagai pihak untuk melestarikan aset sejarah yang bernilai tinggi itu agar tetap eksis. Dengan demikian, proses pewarisan nilai-nilai sejarah tetap dapat berlangsung hingga ke anak cucu," katanya.

Istana berarsitektur Melayu tersebut dibangun pada tahun 1912, yakni pada era kepemimpinan Datuk Matyoeda, Raja Kerajaan Lima Laras XII. Istana itu dibangun di areal seluas 102x98 meter persegi.

Bangunan tersebut memiliki empat anjungan dan pada tiap sisi bangunan dilengkapi kisi-kisi dan ornamen atap yang bercirikan Melayu.

Keseluruhan bangunan memiliki 28 pintu dan 66 pasang jendela serta tangga unik berputar dengan 27 anak tangga.

"Di depan istana terdapat sepasang meriam yang sudah bergeser dari posisinya. Pada meriam itu tidak lagi terbaca tulisan penanda karena sudah berkarat dan tidak terawat," katanya.

Sumber : http://oase.kompas.com

Peresean, Adu Kekuatan Fisik Ala Lombok

Lombok - Pada sebuah sore yang hangat di Lapangan Monjok Selaparang, Mataram, Lombok, ratusan orang, mulai balita hingga orang tua berkerumun, di sekitar pagar bambu setinggi lutut orang dewasa berbentuk segi empat ukuran 20 meter x 20 meter.

Ya, sepertinya sebuah arena pertempuran mengadu kekuatan fisik telah disiapkan di lapangan itu. Dua pasang perisai dan penjalin rotan pun telah ditata sedemikian rupa di tengah-tengah arena.

Iringan musik gamelan Lombok yang dimainkan secara langsung oleh sekitar 10 orang secara bergantian di salah satu sudut lapangan seolah mampu menyulutkan adrenalin setiap orang yang datang ke lapangan itu dan tanpa rasa takut, mengadu kekuatan mereka.

Tak lama kemudian, tiga orang pria separuh baya masuk ke arena pertempuran dan mengajak pemuda-pemuda gagah yang datang ke lapangan itu untuk mengadu kekuatan.

Tanpa ada rencana apapun sebelumnya, pemuda-pemuda itu pun secara suka rela menerima tantangan untuk mengadu kekuatan fisik dengan cara saling memukulkan penjalin ke badan lawan.

Kegiatan adat yang sudah berlangsung turun-temurun melewati generasi demi generasi itu dikenal dengan nama peresean, atau saling membentengi diri dari serangan lawan dengan menggunakan perisai atau ende dalam bahasa Sasak, suku asli Lombok.

"Dalam peresean ini, masing-masing lawan tidak tahu akan menghadapi siapa di arena pertandingan, karena semuanya dilakukan secara spontan, saat itu juga," kata Lurah Monjok Budi Wartono.

Lecutan penjalin yang diayunkan sekuat tenaga oleh petarung-petarung yang disebut pepadu di tengah arena itu menyihir penonton untuk tidak beranjak dari pinggir lapangan. Semakin sore, penonton semakin banyak.

Bilur-bilur merah di punggung dan juga pundak akibat terkena pukulan penjalin seolah sudah tidak lagi dirasakan oleh pepadu yang berada di arena.

"Mereka hanya boleh memukul daerah pinggang ke atas termasuk kepala. Jika kena kepala, maka biasanya pepadu akan langsung dinyatakan menang karena lawan sudah tidak lagi berdaya melanjutkan pertandingan," kata lulusan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) 2000 itu.

Selama menyelenggarakan peresean, cedera terparah yang pernah dialami peserta adalah harus menerima 18 jahitan di kepala.

"Mereka tidak akan menuntut panitia karena hal itu. Luka yang mereka dapat adalah resiko yang harus mereka tanggung sendiri. Biasanya mereka malu jika harus mengadu, karena akan dianggap tidak jantan," katanya.

Ia menyatakan, sebelum bertarung di arena, panitia harus memastikan bahwa di antara pepadu tidak ada dendam sebelumnya.

"Ini adalah pertarungan tanpa dendam dan tidak boleh ada dendam di luar arena pertandingan," katanya.

Selama bertarung, seluruh pepadu wajib mengenakan atribut khas peresean, yaitu kain sarung yang dililitkan di pinggang sepanjang lutut dan juga mengenakan ikat kepala.

Pada peresean di Lapangan Monjok yang digelar untuk menyambut HUT ke-17 Kota Mataram tersebut, panitia tidak menyiapkan hadiah istimewa, tetapi sekadar tali asih berupa uang Rp 20.000 bagi yang kalah dan Rp 25.000 untuk pemenang.

Peresean semula ditujukan sebagai ritual untuk meminta hujan, namun saat ini peresean lebih banyak dilakukan untuk memperingati hari-hari tertentu seperti Hari Ulang Tahun Kota Mataram, Hari Kemerdekaan Republik Indonesia atau menjelang puasa.

"Antusiasme masyarakat tetap tinggi meskipun ini adalah tradisi yang biasanya sering terlupakan, karena kemenangan yang diperoleh dari ajang peresean ini akan turut mengangkat derajat dan gengsi seorang laki-laki," katanya.

Bagi seorang pepadu yang sudah disegani di masyarakat berjuluk Piring Nadi, tradisi peresean harus tetap dipertahankan agar tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat.

"Saya sudah mulai mengenal tradisi ini sejak kelas dua sekolah dasar hingga kini saat saya duduk di bangku kuliah," kata Piring Nadi yang bernama asli Supardi (26).

Ketertarikannya untuk mempelajari peresan bermula dari ayahnya, seorang pepadu yang disegani pada jamannya. "Saya merasa bangga dapat menjadi pepadu karena lebih disegani di tengah masyarakat," lanjutnya.

Selain mengadu kekuatan fisik, ia tidak menampik apabila tradisi peresean tersebut juga menjadi ajang untuk mengadu ilmu yang berdasarkan pada mantra-mantra.

"Jika sudah sangat kuat, seorang pepadu bahkan tidak harus mengeluarkan tenaga fisik untuk mengalahkan lawannya, misalnya dengan membuat penjalin yang semula sangat keras itu menjadi lembek," katanya.

Sementara itu, Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Mataram Alwi menyatakan, Kota Mataram berencana untuk mengembangkan peresean tersebut menjadi objek wisata bagi wisatawan. "Saat ini memang belum dikemas seperti itu, tetapi rencana ke arah sana pasti ada," lanjutnya. (E013/s018)

Sumber : http://www.antaranews.com

Dubes Asing Rekreasi ke Krakatau

LAMPUNG, - Ribuan warga dari seluruh wilayah Provinsi Lampung berdatangan dan tumpah ruah ke jalan-jalan di Bandar Lampung untuk menyaksikan rangkaian acara Festival Krakatau XX (FK XX) Tahun 2010 yang dikonsentrasikan pada dua tempat berbeda. Karnaval budaya di Bandar Lampung, dan Tour Krakatau di Lampung Selatan yang dijadwalkan hari ini, Minggu (25/7/2010).


Setelah kemarin pihak Provinsi Lampung menggelar Karnaval Budaya yang sekaligus sebagai puncak acara FK XX 2010, di Lapangan Parkir GOR Saburai, Enggal, Bandar Lampung, hari ini sebanyak 18 duta besar dan peserta Festival Krakatau 2010 akan mengikuti tour ke Krakatau. Selain menyaksikan keindahan panorama alam Krakatau, Tour ini juga sebagai rekreasi sejarah mengenai Krakatau yang pernah meletus di tahun 1883.

Sjachroedin ZP, Gubernur Lampung mengatakan, Lampung merupakan pusat wisata yang sangat komplit jika dibandingkan daerah lain di Indonesia. Menurutnya, potensi wisata Lampung yang merupakan daerah kaya wisata alam tersebut sudah saatnya menjadi andalan wisata nasional bagi Indonesia. Ditambahkannya, Lampung merupakan daerah wisata yang komplit bagi turis lokal maupun mancanegara.

"Selain festival Krakatau, lampung juga merupakan daerah yang kaya akan potensi wisata. Kami punya lengkap disini. Mulai dari budaya adat kesenian, hingga flora dan fauna. Gunung ada, sungai juga ada. Wisata laut kami ada juga. Gajah, Harimau, Beruk dan kekayaan alam lainnya kami juga punya," ujar Gubernur.

Sebelum melihat Krakatau secara langsung, para duta besar negara sahabat yang juga ditemani jajaran Pemprov Lampung tersebut terlebih dahulu singgah di menara Siger, Bahauheni, Lampung. Sebuah titik venue pariwisata Lampung yang terdapat di sekitar wilayah Pelabuhan Bakauheni.(*)

Sumber : http://www.tribun-timur.com

Guru se-Pelalawan Ikuti Pelatihan Penulisan Arab Melayu Berbasis IT

Para guru di Kabupaten Pelalawan mendapat pelatihan penulisan Arab Melayu berbasis teknologi. Diharapkan, para pendidik tersebut bisa menularkan kemampuannya kepada anak didik.

PANGKALANKERINCI-Dinas Pendidikan Pelalawan menggelar pelatihan tulisan Arab Melayu berbasi Teknologi. Pelatihan yang digelar Jumat (23/7/10) diikuti guru mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA se-Kabupaten Pelalawan di Balai Seminai komplek perkantoran bupati Pelalawan. Acara tersebut bekerjasama dengan, Dewan Pentadbiran Aksara Nusantara.

Pada kesempatan tersebut Kepala Disdik Pelalawan Drs Darwis Alkadam, mengatakan tulisan Arab Melayu adala aksara utama dalam penyebaran bahasa Melayu, ke wilayah nusantara munculseiring dengan kedatangan agama Islam ke wilayah ini, yakni sekitar abad 12 masehi. Selama 700 tahun lamanya, Arab Melayu mendominasi bahasa persatuan di nasantara.

Dikatanya, penggunaan lambang huruf Arab Melayu tidak hanya terjadi antara sesama bangsa Melayu. Bahkan dalam perhubungan antar bangsa melayu dengan bangsa lainnya, khusunya dengan Eropa dilakukan dengan Arab Melayu. Penuliisan Arab Melayu antar bangsa ini meliputi perjanjian dagang, surat menyurat antara raja-raja Melayu.

Keberadaan Arab Melayu yang terekam kedalam berbagai bentuk media, adalah sebagai bentuk pertahanan dan perlawanan terhadap penjajah. Bagaimanapun upaya penjajah Eropa hingga Jepang untuk menggiling Arab Melayu, namun tetap tak mampu mengikis eksistensi Arab Melayu. "Bahkan produk obat dan makanan buatan China, kalau tak ada huruf Arab Melayu, rasanya tak untuk dimakan," tegas Darwis.

Riau sudah menjadi pusat perhatian. Ketika berbicara tentang budaya Melayu, orang-orang langsung merujuk pada budaya Melayu Riau. Ketika berbincang mengenai adat Melayu,dirujuklah adat Melayu Riau." Saat berpantun rujukannya adalah pantun Melayu Riau.Hendaknya, mengenai Arab Melayu, rujuknannya adalah Arab Melayu Riau," harap Darwis.

Untuk membangkitkan kembali penggunaan Arab Melayu, dibutuhkan perpaduan peran semua komponen negara,mulai dari unsur pemerintah pendidik hingga genarasi muda. Para pendidik akan menanamkan kebanggaan akan Arab Melayu sebagai identitas bangsa kepada murid-muridnya. Namun peran para pendidik ini mendapat dukungan dan sokongan dari berbagai pihak.

Seperti kata lanjut Darwis, penyusuan Perda Arab Melayu, menerapkan Arab Melayu sebagai mata pelajaran UAN, kejar paket A, B dan C bagi penduduk yang kurang mampu untuk membrantas buta aksara Melayu,penyuluhan dan memberikan contoh aplikasi Arab Melayu yang baik.***(feb)

Sumber : http://www.riauterkini.com

Program Bandar Wisata Islami Banda Aceh Dipertanyakan

Banda Aceh - Kalangan ormas Islam mempertanyakan program menjadikan Banda Aceh sebagai kota "Bandar Wisata Islami" menyusul banyaknya dibangun lokasi keramaian yang terindikasi dimanfaatkan kalangan remaja dan pemuda sebagai tempat berpacaran.

"Kami menerima laporan masyarakat menyebutkan aksi pelanggaran Syariat Islam semakin parah terjadi di lokasi keramaian yang disediakan oleh pemerintah, misalnya taman-taman di sekitar kota," kata Ketua Front Pembela Islam (FPI) Aceh, Tgk Yusuf Al Qardhawy di Banda Aceh, Jumat.

Menurut dia, taman atau tempat-tempat "mejeng" yang disiapkan Pemerintah Kota Banda Aceh, misalnya sekitar bandaran Krueng Aceh itu jelas rentan terjadinya pelanggaran Syariat Islam seperti kasus khalwat (menyepi-nyepi) antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim.

Selain itu, sepanjang jalan Tgk Daud Beureueh pusat Kota Banda Aceh yang kerap dijadikan sebagai tempat kumpul kawula muda-mudi dan remaja di bawah keremangan malam sambil menikmati roti burger juga rentan pelanggaran Syariat Islam.

"Artinya, satu sisi pemerintah gencar mempromosikan Banda Aceh sebagai bandar wisata Islami, tapi di sisi lain justru memperbanyak lokasi rentan pelanggaran Syariat Islam. Atau memang saat ini sedang ada promosi `bandar wisata maksiat` di Aceh," kata dia menjelaskan.

Seharusnya, Tgk Yusuf Al Qardhawy menyarankan Pemko Banda Aceh khususnya Pemerintah Provinsi Aceh lebih serius dalam membangun daerah ini sebagai satu wilayah di Indonesia yang berkomitmen penuh dalam penegakan Syariat Islam.

Ia juga menilai pelaksanaan Syariat Islam di Aceh lebih baik sebelum terjadinya musibah tsunami (26 Desember 2004) dibanding dalam beberapa tahun terakhir.

"Itu sebuah keprihatinan kita semua. Mudah-mudahan para pemimpin Aceh menyadari terhadap kondisi hari ini tentang maraknya pelanggaran Syariat Islam, bukan dengan cara diam dan seakan-akan tidak tahu jika ada pelanggaran dilakukan rakyatnya," kata dia.

Contoh lain yang dinilai sebagai sebuah pelanggaran Syariat Islam yakni semakin banyaknya wanita berpakaian ketat, tidak hanya di jalan-jalan tapi juga kampus-kampus di Aceh.

Rumah kecantikan (salon) yang terindikasi menyediakan Pekerja Seks Komersil (PSK) di Banda Aceh, seakan ada "pembiaran" dari pemerintah sebagai institusi yang memiliki kekekuasaan untuk melarang praktek maksiat, kata Tgk Yusuf.

Sumber : http://www.antaranews.com

Agung-Fadel Lepas Peserta Sail Banda

DARWIN, - Menko Kesra Agung Laksono didampingi Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad melepas peserta Yacth Rally Sail Banda dari Darwin menuju Ambon sebagai rangkaian acara Sail Banda di Cullen Bay, Darwin, Sabtu (24/7/2010). "Kualitas informasi dan promosi dari pelaksanaan Sail Indonesia kali ini lebih baik dibanding tahun lalu. Sehingga untuk memperkenalkan wilayah timur kita menjadi sangat signifikan," kata Agung usai melakukan tembakan salto.
Kualitas informasi dan promosi dari pelaksanaan Sail Indonesia kali ini lebih baik dibanding tahun lalu.
-- Agung Laksono

Kehadiran Menteri Perdagangan dan Hubungan Asia Northern Territory Rob Knight dan Gubernur Northern Territory Tom Paulling di atas kapal untuk melakukan pelepasan yacth rally tersebut, menurut Menko Kesra, akan lebih mengena mengingat tujuan pelaksanaan acara tahunan ini juga bertujuan sebagai promosi wisata kelautan.

"Pelaksanaan yacht rally ini juga bisa mendorong masyarakat Indonesia lebih mencintai budaya bahari," ujar Agung.

Jumlah peserta Sail Banda dari Darwin ke Ambon tahun 2010 mencapai 107 kapal dari 19 negara dengan total awak mencapai 210 orang sedangkan total peserta yang ikut didalam kapal 319 orang. Asal negera peserta antara lain Australia, Argentina, Austria, Kanada, Cayman Island, Cook Island, Perancis, Jerman, Itali, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Swedia, Swiss, Inggris, Amerika Serikat (AS), Vanuatu.

Peserta akan memasuki Indonesia melalui tiga titik yakni Banda, Bitung, dan Kupang. Jenis kapal yang digunakan peserta antara lain catamaran, cutter, sailing ship, dan sloop.

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan bahwa pelaksanaan tahunan yacth rally yang merupakan bagian dari Sail Indonesia sangat penting bagi sektor kelautan.

Fadel menjelaskan pertama, pelaksanaan Sail Indonesia bertujuan untuk mempromosikan pulau-pulau di Indonesia, mereka miliki potensi tinggi tapi belum dimaksimalkan. Kedua, pelaksanaan Sail Banda sendiri bertujuan untuk mempromosikan Maluku bahwa provinsi ini sudah aman dan damai, karena itu dapat dikunjungi. Ketiga, Sail Banda juga bermanfaat untuk Maluku dalam mempromosikan wisata maupun sektor kelautan dan perikanan.

"Tanggal 31 Juli nanti saya resmikan juga klaster perikanan di Tual, dan Presiden akan menetapkan Maluku sebagai lumbung ikan nasional", ujarnya.

Lebih lanjut, Fadel menjelaskan bahwa klaster perikanan yang akan dibuat akan terdiri dari berbagai industri pengolahan dan penunjang yang diharapkan seluruh pembangunan industri dilakukan swasta. Sejauh ini, investor yang tertarik berinvestasi dari China, Thailand, Taiwan, Vietnam, dan Australia.

Sumber : http://travel.kompas.com

Budaya, Benteng Kokoh Besarkan Melayu dan Disegani Dunia

Pantailabu, Pembangunan bukan saja harus berorientasi kepada fisik semata. Adat dan budaya juga perlu dan harus dibangun, karena budaya merupakan benteng kokoh yang membesarkan resam melayu dan disegani dunia.

Demikian dikatakan Ketua Pengurus Daerah Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PD MABMI) Deliserdang Drs Tengku Akhmad Talaa pada pelaksanaan Workshop Kesenian Tari Melayu, Rabu (28/7) di Pantai Putra Deli, Desa Denai Kuala, Kecamatan Pantailabu.

Budaya merupakan ciri khas Melayu yang identik dengan Islam dan membedakan dengan bangsa lainnya sehingga jangan sampai budaya ditinggalkan orang melayu terlebih generasi muda.

Menurut Akhmad Talaa yang akrab disapa Amek, bangsa Indonesia perlu belajar dari negara Cina yang pecah akibat penjajahan. Namun, negeri tersebut bisa bangkit dan besar serta disegani dunia karena masyarakatnya masih mempertahankan budayanya.

"Jadi, jangan tinggalkan budaya. Mari tumbuh dan kembangkan budaya masing-masing" tandas Amek yang juga Timbalan Adat Kesultanan Serdang.

Terobosan Baru
Amek yang juga Ketua DPD Golkar Deliserdang menilai, pelaksanaan workshop kesenian tari melayu yang digagas Sanggar Pusaka Serumpun Pantailabu merupakan terobosan baru yang sangat membanggakan dan sangat positif.

Menurutnya, workshop sangat berperan untuk memperbaiki kesenian tari melayu agar budaya melayu yang kaya akan nilai-nilai luhur dapat digali, dikaji, diperbaiki, ditata dan disempurnakan.

Diharapkannya, workshop tersebut mampu membahas dan memberikan rekomendasi positif serta penting bagi pelestarian seni tari melayu itu sendiri. Selanjutnya, rekomendasi tersebut bisa disampaikan kepada MABMI Deliserdang yang akan diperjuangkan agar menjadi cikal bakal untuk ‘ditularkan’ kepada kecamatan lain.

Ketua Asosiasi Kepala Desa Kecamatan Pantailabu Mahmurad memaparkan, budaya melayu saat ini nyaris tenggelam terlebih di daerah pedesaan. Penyebabnya, banyak masyarakat melayu tidak lagi mengenal kebudayaannya sendiri karena kurang dilestarikan.

"Untuk itu, budaya-budaya melayu ini harus dilestarikan dengan menampilkannya ke tengah-tengah masyarakat" ujarnya.

Ketua Sanggar Pusaka Serumpun Pantailabu Bahriyun selaku penggagas workshop kesenian tari melayu menjelaskan, kegiatan dilaksanakan selama sehari sebagai rangkaian penutupan latihan menjelang bulan ramadan.

Workshop bertujuan menggali potensi dan meningkatkan kualitas para pegiat kesenian tari tergabung dalam Sanggar Pusaka Serumpun sehingga ke depan memiliki keterampilan hidup dan bisa pula dikembangkan di masyarakat.

Pusaka Serumpun katanya, sudah berkiprah dalam pengembangan dan pembinaan kesenian tari daerah khususnya tari melayu sejak 7 tahun lalu dan pegiatnya mencapai 100 orang.

"Kendala kami sampai saat ini terkait pembiayaan dan managemen promosi" tandasnya seraya berharap workshop yang dilaksanakan bisa pula memberikan solusi dan memajukan Sanggar Pusaka Serumpun di masa mendatang.

Untuk membantu pengembangan Sanggar Pusaka Serumpun, Ketua MABMI Deliserdang Tengku Akhmad Talaa yang turut didampingi Wakil Sekretaris Drs Syarifuddin Nong, Wakil Ketua MABMI Pantailabu Drs M Nasir dan unsur pengurus lainnya serta dihadiri Sekcam Pantailabu Drs Zulkifli Tanjung memberikan bantuan dana pembinan senilai Rp 1 juta. (ak)

Sumber : http://www.analisadaily.com

Konferensi Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing

Depok - Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) akan menggelar Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing ke-7 (KIPBIPA VII).

"Kegiatan ini untuk memperkuat peran bahasa Indonesia dalam era globalisasi," kata Kepala Kantor Komunikasi UI, Vishnu Juwono, di Depok, Rabu.

Konferensi ini akan mengambil tema ?Memperkuat Posisi Bahasa Indonesia Di Era Globalisasi Melalui Peningkatan Kualitas Manajemen Pengelolaan dan Pengajaran BIPA.

Konferensi ini akan digelar pada 29 - 31 Juli 2010 di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, Depok.

Ia mengatakan konferensi ini antara lain untuk memperkuat peran Bahasa Indonesia dalam era globalisasi, memperkuat strategi pengembangan dan pengajaran BIPA, dan mengintegrasikan budaya dalam pengajaran BIPA.

Konferensi akan menghadirkan beberapa narasumber dalam dan luar negeri, antara lain Karen Bailey, Ph.D (Departemen Pendidikan Australia Barat), Philip Mahnken, Ph.D. (Sunshine Coast University, Queensland), dan para pakar pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing dari berbagai daerah di Indonesia.(*)

Sumber : http://www.antaranews.com

Wayang Betawi Dorong Jakarta Bersaing

JAKARTA, --Wayang Betawi yang merupakan salah satu produk dan aset budaya bagi Daerah Khusus Ibukota(DKI) Jakarta harus dikembangkan untuk memenangkan persaingan sebagai kota global.

"Modernitas, teknologi, dan infrastruktur yang canggih tidak cukup bersaing dengan kota-kota besar di dunia tanpa pengembangan budaya," kata Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Provinsi DKI Jakarta Rohmad Hadiwijoyo, kepada pers di Jakarta, Rabu.

Rohmad, yang ditemui dalam acara seminar "Kontribusi Wayang Betawi Dalam Rangka Mewujudkan Jakarta Berbudaya", mengatakan, PEPADI memiliki tanggung jawab moral untuk melestarikan kearifan budaya lokal sehingga mampu berkontribusi untuk Jakarta berbudaya.

"Para dalang Betawi juga harus inovatif dalam mendalang dan harus bisa melakukan terobosan-terobosan dalam mengemas cerita, sehingga bisa meningkatkan minat penonton," ungkap Rohmad.

Kata Igo, dengan alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah(APBD) DKI Jakarta sebesar ratusan milyaran rupiah belum mampu menunjang kepentingan budaya daerah.

Igo mengatakan, jumlah 100 pendalang di Jakarta terlalu sedikit untuk menghibur sekitar 9 juta penduduk Jakarta berdasar sensus penduduk 2010 sehingga juga perlu ada pembinaan dan regenerasi dalang.

Rohmad juga mengungkapkan, pembinaan penonton juga menjadi aspek yang tidak kalah penting karena penonton menjadi indikator keberhasilan dalam perkembangan wayang betawi.

Wakil Ketua Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) Provinsi DKI Jakarta Igo Ilham mengatakan, melalui modal budaya yang cukup dimiliki oleh masyarakat seharusnya Jakarta menjadikannya sebagai aset daerah.

"Wayang betawi dan produk budaya lain harus dikembangkan dan dikapitalisasi agar mampu berkontribusi positif untuk menggerakan roda investasi, pariwisata. Dan produk jasa lainnya," kata Igo.

Menurut Igo, sekesil apapun modal budaya yang dimiliki DKI Jakarta sedapat mungkin harus mendapat perhatian dan dijadikan peluang untuk terus dikembangkan.

Igo mengungkapkan, dengan strategi yang berorientasi kepada pengembangan sumder daya manusia(SDM) budaya, produk biaya dan tempat budaya yang representatif.

"Produk-produk budaya harus bisa menjadi bahan bakar pendorong DKI Jakarta dalam memenangkan persaingan antar kota-kota besar di dunia," ungkap Igo.

Sumber : http://oase.kompas.com

Maros Pilot Project Pelestarian Adat Istiadat dan Budaya

Maros, - Masyarakat Kabupaten Maros patut berbangga karena daerah penyangga Kota Makassar ini terpilih sebagai pilot project pelestarian adat istiadat dan budaya.

Program ini dicanangkan pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.

Program ini dilaksanakan sebagai upaya pelestarian adat istiadat dan pengembangan nilai sosial budaya di daerah untuk memperkokoh jati diri individu dan masyarakat dalam mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Hal ini terungkap pada acara pelepasan Kelompok Kerja (Pokja) Pelestari Budaya Salewangang Maros di Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMD) Kabupaten Maros, Jumat (23/7) lalu.

Ketua Pokja Pelestarian Adat Istiadat dan Budaya Maros, Aris, mengungkapkan lokasi pilot project itu tersebar di sejumlah desa yang ada di Kabupaten Maros.

Desa tersebut, diantaranya Desa Minasa Baji di Kecamatan Bantimurung, Desa Jenetaesa di Kecamatan Simbang), Desa Bonto Manurung dan Desa Bonto Somba di Kecamatan Tompobulu, Desa Pettanyamang di Kecamatan Camba, Desa Pattontongan di Kecamatan Mandai, Desa Botolempangan di Kecamatan Bontoa.

Selanjutnya, Desa Temmapaduae di Kecamatan Marusu, Desa Bonto Marannu di Kecamatan MoncongLoe, Desa Mattirotasi di Kecamayan Maros Baru, Desa Mattampapole di Kecamatan Mallawa, Desa Allaere di Kecamatan Tanralili, Desa Bontomarannu di Kecamatan Lau dan Desa Labuaja di Kecamatan Cenrana.

"Ini adalah kebanggaan tersendiri jika Maros terpilih sebagai salah satu kabupaten pilot project tersebut," katanya.(ink)

percontohan antara lain:
- Desa Minasa Baji (Kecamatan Bantimurung)
- Desa Jenetaesa (Kecamatan Simbang)
- Desa Bonto Manurung (Kecamatan Tompobulu)
- Desa Bonto Somba (Kecamatan Tompobulu)
- Desa Pettanyamang (Kecamatan Camba)
- Desa Pattontongan (Kecamatan Mandai)
- Desa Botolempangan (Kecamatan Bontoa)
- Desa Temmapaduae (Kecamatan Marusu)
- Desa Bonto Marannu (Kecamatan MoncongLoe)
- Desa Mattirotasi (Kecamayan Maros Baru)
- Desa Mattampapole (Kecamatan Mallawa)
- Desa Allaere (Kecamatan Tanralili)
- Desa Bontomarannu (Kecamatan Lau)
- Desa Labuaja (Kecamatan Cenrana)

Berangkat ke Jakarta
DALAM rangka persiapan pemberian stimulan dan implementasi program dalam kegiatan pilot project pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan budaya masyarakat, beberapa orang dikirim ke Jakarta.

Pelepasan dilakukan Bupati Maros Andi Nadjamuddin Aminullah yang diwakili oleh Staf Ahli Bupati Maros Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Thamrin Gassing.

Hadir dalam acara pelepasan ini, Kepala BPMD Maros Yudhi Indrajaya, Kepala Bagian (Kabag) Administrasi Humas Sekretariat Daerah (Setda) Maros Drs Arwin Malik MSi dan para anggota Pokja dari setiap desa yang terpilih sebagai pilot project se-Kabupaten Maros.

Seluruh biaya pemberangkatan ditanggung oleh pihak panitia penyelenggara, yakni Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departeman Dalam Negeri RI.(ink)

Sumber : http://www.tribun-timur.com

29 Juli, festival musik Aceh

BANDA ACEH - Pemerintah provinsi dan seniman Aceh menggelar festival musik tradisional Aceh 2010 sebagai upaya menyelamatkan dan menggali kembali warisan budaya itu dari ancaman kepunahan.

"Festival musik Aceh 2010 yang akan diikuti ratusan pekerja seni tradisional itu bertujuan menggali dan memperkenalkan kembali musik-musik tradisi yang pernah ada dan berkembang di seluruh Aceh ratusan tahun lalu," kata Koordinator festival Dindin Ahmad Najmuddin, malam ini.

Festival yang melibatkan 17 grup dari kabupaten/kota se-Aceh itu digelar selama tiga hari terhitung sejak 29 Juli 2010.

"Kegiatan tersebut terselenggara atas kerja sama seniman dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, dan juga merupakan rangkaian memperingati hari kesenian daerah (2 Agustus)," katanya menambahkan.

Ia mengatakan, festival musik tradisional itu berlangsung di Taman Budaya Aceh di Banda Aceh. "Kami berharap masyarakat berbondong-bondong menyaksikan perhelatan seni dan musik tradisi khas daerah ini," kata Dindin menambahkan.

Festival itu dimaksudkan sebagai ajang eksebisi dan berkreasi bagi para seniman dan musisi Aceh baik dalam musik tradisi maupun yang berminat terhadap bentuk-bentuk musik kreasi (kolaborasi musik tradisi dan modern), kata Dindin.

Untuk jenis musik tradisi diselenggarakan dalam bentuk eksibisi dan panitia akan memberikan penghargaan bagi penyaji terbaik dengan kriteria penilaian meliputi kekompakan, penampilan, harmonisasi dan keunikan khas musik asal daerah masing-masing.

"Kalau karya nusik kreasi diselenggarakan dalam bentuk kompetisi dan diberikan pengharagaan dengan sistem peringkat. Kriteria penilaian meliputi harmoniasasi, komposisi, penampilan, konsep garap, muatan khas atau karakteristik musik tradisi daerah asal," tambahnya.

Selain itu, kata dia, kegiatan festival dan eksebisi musik tradisi dan kreasi itu juga akan menampilkan para musisi muda Aceh, orkestra, perkuisi Aceh oleh komunitas drumer dan perkusi Aceh. Sarasehan dan diskusi dengan tema "Musik tradisi diantara industri musik modern".

Sumber : http://www.waspada.co.id

Bupati Sergai akan Dianugrahi Gelar Kehormatan "Pangeran"

Tebingtinggi, Meski berbagai anugrah penghargaan diberikan pemerintah telah diterima Bupati Serdang Bedagai Ir.H.Tengku Erry Nuradi, atas kinerja yang dicapainya dalam memimpin dan menggerakkan roda pemerintahan di Kabupaten Serdang Bedagai

, namun kali ini warga adat kerajaan Negeri Bedagai, juga akan menganugrahkan gelar kehormatan "Pangeran" kepada Bupati Sergai.

Gelar kehormatan "Pangeran" akan diserahkan langsung Kepala Masyarakat Adat Kerajaan Negeri Bedagai Ir.Tengku Achmad Syafei Gelar Tengku Pangeran Nara Kelana Wajir Negeri Deli beserta ke empat datuknya, ujar Ir.Tengku Achmad Syafei ketika dikonfirmasi Analisa berkaitan gelar kehormatan, Rabu (28/7) di kediamannya Jalan Negara Desa Firdaus Sergai.

Dikatakan Ir.Tengku Achmad Syafei, Wajir Negeri Deli beserta ke Empat Datuknya masing masing Datuk Amar Asmara Mubasshirun, Datuk Perdana Raja Ir.Syaiful Muhajiddin, Datuk Setia Raja OK.Benyamin SH, Datuk Pemegang Rencana, Maulana Yokaika Barus SE, telah membubuhkan tanda tangannya dan melayangkan surat pemberitahuan kepada Seri Peduka Sultan Deli XIV Tuanku Mahmud Lamantjiji Perkasa Alam, agar Ir.HT.Erry Nuradi dapat diberi gelar sesuai dengan adat Melayu, dan dapat diterima sebagai orang besar Kerajaan Negeri Bedagai Wajir Negeri Deli, berdasarkan tilikan pihaknya atas kepemimpinan H.T.Erry Nuradi di Kabupaten Serdang Bedagai.

Menurut Tengku Acmad Syafei, Penganugrahan gelar kehormatan "Pangeran" dijadwalkan Minggu 8-Agustus 2010, pagi bertempat di Istana Maymon Medan, dengan kepemimpinannya wajarlah Ir.H.T Erry Nuradi sebagai salah seorang tokoh Melayu di Sumatera Utara apalagi Erry Nuradi merupakan Kepala Asosiasi Bupati Kabupaten wilayah pemekaran se Indonesia.

Berdasarkan duet kepemimpinan Ir.HT.Erry Nuradi dan Ir.H.Soekirman melalui motto Serdang Bedagai "Tanah Bertuah Negeri Beradat" dan agamais, melakukan Tablig Akbar secara berkala di tiap kecamatan se daerah ini, pemersatu segala etnis yang ada di Serdang Bedagai, peduli terhadap masyarakat Melayu serta lembaga adatnya, dengan dibangunnya Balairung Adat Kerajaan Serdang di Fortuna, juga berpartisipasi aktif dalam acara penabalan Kepala Masyarakat Adat Kerajaan Negeri Bedagai, Wajir Negeri Deli pada Bulan Maret lalu, maka tidak terlalu berlebihan jika anugrah kehormatan ini diberikan padanya.

Diharapkan dengan penganugrahan gelar kehormatan ini pada Bupati Sergai, warga melayu akan bangkit kembali dan tetap komit dalam mendukung tata pemerintahan yang baik di wilayah kabupaten pemekaran ini, dimana Kabupaten Serdang Bedagai dapat dikatakan merupakan basisnya Melayu sebagai perekat semua suku, sehingga mampu mewujudkan visi dan misi sergai, harapnya seraya menambahkan komposisi kepengurusan Forum Komunikasi Masyarakat Melayu (FKMM) Sergai dewan pembina Muspida Plus, didukung dewan penasehat, serta Ketua Drs.Haris Fadillah M.Si, (Sekdakab Sergai) wakil ketua dr.Tengku Amri Fadly, (Direktur.RSU Sultan Sulaiman) dan Sekretaris Nazwir Sulong. (fel)

Sumber : http://www.analisadaily.com

Musik Dambus Khas Bangka

PANGKALPINANG, --Musik tradisional ’dambus’ khas Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Babel), kurang diminati generasi muda karena kurangnya sosialisasi.

A. Ziwar Dahlan, budayawan Babel di Sungailiat, Senin, mengatakan, musik tradisional ’dambus’ kurang disosialisasikan kepada generasi penerus, sehingga dikhawatirkan kurang menyentuh dan bahkan tidak diminati generasi muda sekarang.

"Para pemuda kebanyakan tidak tertarik dengan musik budayanya sendiri, Mereka lebih tertarik pada musik-musik modern, padahal musik dambus adalah warisan kebudayaan yang mesti terpelihara," ujarnya.

Ia mengatakan, seharusnya untuk mempertahankan keberadaan musik dambus, pemerintah daerah tidak hanya mengadakan sebatas festival dambus saja, melainkan bagaimana cara melestarikan dambus sendiri dengan memberikan pelajaran musik dambus ke sekolah-sekolah.

Menurut dia, untuk kemajuan dan tetap menjaga eksistensi musik dambus, para pelajar sedini mungkin dapat dibina, sehingga dapat mengganti para pelaku seni musik dambus yang sudah lanjut usia.

"Sekarang, pelaku seni musik dambus kebanyakan sudah lanjut usia, sehingga perlu pembinaan lebih kepada generasi muda terutama para pelajar," ujarnya.

Ia menjelaskan, pemerintah daerah seharusnya membuat semacam peraturan daerah untuk mengembangkan serta melestarikan musik dambus dan menyosialisasikannya kepada para pelajar, dengan memberlakunan pelajaran muatan lokal seni musik dambus, sehingga pembinaan bisa terarah.

Sumber : http://oase.kompas.com

Jumat, 30 Juli 2010

Wow... Kota Tomohon Bertabur Bunga

TOMOHON, — Kota Tomohon, Sulawesi Utara, sepanjang hari Jumat (23/7/2010) bertabur bunga. Tomohon Flower Festival dalam bentuk pawai kendaraan hias yang digelar sejak pukul 10.00 dan diikuti 82 peserta sukses menyedot lebih dari 10.000 penonton, baik dari masyarakat lokal maupun wisatawan dalam dan luar negeri.

Kami memberi alternatif wisata untuk pengunjung yang ke Sulawesi Utara, setelah Bunaken, wisatawan dapat menikmati Tomohon.

Tomohon Flower Festival (Festival Bunga Tomohon) kali ini lebih menarik dan ramai dengan melibatkan peserta asing, seperti dari Rusia, India, Vietnam, Malaysia, dan Korea Utara, serta puluhan peserta dari sejumlah kota di Tanah Air.

Mereka berpawai dengan kendaraan hias yang dipenuhi bunga lokal, antara lain marygold, aster, dan krisan. Pawai bunga tersebut menghabiskan sedikitnya 14 juta kuntum bunga dari berbagai jenis dan harga. Tampilan kendaraan hias amat beragam, menggambarkan ikon wisata setiap kabupaten/kota peserta.

Kendaraan hias peserta asing ditempatkan di depan pada iring-iringan mobil hias. Peserta dari Rusia memamerkan kendaraan hias bunga berbentuk beruang dan bangunan khas pemerintahan Kremlin.

India menampilkan bentuk bangunan Taj Mahal, diikuti Korea Utara dengan bentuk bebek. Sementara kendaraan hias Malaysia berbentuk bangunan parlemen, diikuti Vietnam dengan bentuk kereta yang ditarik oleh manusia.

Kegiatan Festival Bunga Tomohon dilanjutkan dengan pameran bunga di Lapangan Kaskasen serta pemilihan Putri Bunga Nusantara di Gedung Inspirasi Tomohon.

Hingga Jumat malam, areal pameran 82 kendaraan hias bunga di Lapangan Rindam, di pusat Kota Tomohon, masih dipadati masyarakat. Pawai kendaraan diselingi belasan kelompok drumband.

Wali Kota Tomohon Jefferson Rumajar mengatakan, festival bunga Tomohon memberi nuansa baru bagi pariwisata Sulawesi Utara. "Kami memberi alternatif wisata untuk pengunjung yang ke Sulawesi Utara, setelah Bunaken, wisatawan dapat menikmati Tomohon," katanya.

Bunga telah menjadi trademark Kota Tomohon. Festival Bunga telah mendongkrak pendapatan masyarakat Kota Tomohon yang 70 persen petani.

Menurut Jefferson, setiap kendaraan hias sedikitnya menghabiskan dana Rp 30 juta untuk membeli bunga petani.

Jefferson menambahkan, festival itu bertujuan mempromosikan potensi Tomohon sebagai Kota Bunga dan industri pendukungnya.

Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Utara Rotinsulu mengatakan, kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulawesi Utara mencapai 75.000 orang tahun 2009. "Tahun ini kita menargetkan lebih banyak karena obyek-obyek wisata Sulut tengah dibuka, termasuk pelaksanaan Festival Bunga Tomohon," katanya. (zal)

Sumber : http://travel.kompas.com

Tiga Kawasan Bali Jadi Warisan Dunia

DENPASAR, — Tiga kawasan di Bali diusulkan menjadi warisan budaya dunia (WBD), tetapi masih harus dipetakan ulang batas-batasnya secara jelas agar bisa dikelola dengan baik.

"UNESCO menginginkan ada batas-batas yang jelas dalam areal kawasan WBD guna memudahkan pengelolaan dan menyelamatkan kawasan tersebut di masa mendatang," kata tim ahli penyusunan proposal WBD I Gde Parimartha di Denpasar, Minggu.

Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Udayana itu menilai, pembatasan yang jelas sangat penting guna menyelamatkan kawasan tersebut.

Kawasan pesawahan Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, salah satu dari tiga daerah yang diusulkan WBD di Bali hanya berluas 300 hektar.

Kawasan subak tersebut menjadi satu kesatuan dengan kawasan hutan termasuk Danau Buyan di Bedugul, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, dan Danau Tamblingan di Kabupaten Buleleng seluas 1.000 hektar.

"Usulan tersebut secara konsep sangat baik untuk melestarikan kawasan hutan, termasuk danau yang berfungsi sebagai penyimpan air untuk kepentingan pengairan irigasi subak, tetapi dalam tataran pelaksanaannya hal itu sangat sulit untuk dilakukan," ujar Parimartha.

Oleh sebab itu, proposal itu masih disusul, demikian pula obyek Taman Ayun, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, dan Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar.

Tim dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) sudah beberapa kali meninjau tiga kawasan yang diusulkan menjadi WBD itu.

Jika UNESCO menyetujui ketiga kawasan itu dijadikan WBD, ketiga obyek tetap milik masyarakat Bali, tetapi pelestarian dan keutuhannya menjadi tanggung jawab dunia internasional.

UNESCO akan membantu dalam bidang pendanaan, peralatan, dan kebutuhan lain sesuai usulan masyarakat pengelola ketiga kawasan tersebut, tetapi perlindungan dan pelestarian oleh UNESCO tidak keluar dari cita rasa masyarakat Bali.

Sumber : http://oase.kompas.com

Gubernur: Kemilau Sumatera Wadah Promosi Pariwisata Babel

Sumatera - Gubernur Bangka Belitung (Babel) Eko Maulana Ali menyatakan bahwa Festival Kemilau Sumatera pada 24 hingga 27 Juli 2010 di Kota Pangkalpinang merupakan wadah untuk mempromosikan potensi pariwisata di "Negeri Laskar Pelangi" itu.

"Festival Kemilau Sumatera diharapkan sebagai wadah promosi kepariwisataan se-Sumatera untuk tingkatkan jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara," kata Eko Maulana Ali di Pangkalpinang, Minggu.

Menurut dia, meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan adalah ukuran suksesnya pembangunan kepariwisataan di provinsi itu.

"Berbagai pihak harus bersinergi dalam meningkatkan pembangunan pariwisata, pemrintah dan swasta harus bergandengan tangan untuk memajukan pariwisata," kata gubernur.

Ia menambahkan, pariwisata merupakan sektor andalan di Babel sehingga terus ditingkatkan pembangunannya. Salah satunya dengan mengadakan berbagai kegiatan untuk mempromosikan potensi kepariwisataan.

"Untuk membangun kepariwisataan daerah pemerintah pusat telah mengeluarkan semboyan `Visit Indonesia Years 2008` dan Babel telah mengeluarkan semboyan `Visit Babel Archi 2010`," ujarnya.

Menurut Gubernur Eko Maulana Ali, adanya program "Visit Babel Archi 2010" telah dirasakan manfaatnya olehh masyarakat Babel, antara lain berupa masuknya investor swasta untuk membangun sarana dan prasarana di daerah itu.

Masyarakat, katanya, telah merasakan dampak dari promosi kepariwisataan yang ada di Babel itu seperti peningkatan jumlah penerbangan dari dan menuju Pangkalpinang, bertambahnya tingkat hunian hotel dan meningkatnya industri rumah tangga di provinsi tersebut.

Dalam Festival Kemilau Sumatera itu ditampilkan Festival Serumpun Sebalai, Festival Gasing dan Festival Barongsai, yang semuanya bertaraf nasional.

"Jumlah Penduduk etnis China di Babel menempati urutan kedua, sehingga perlu diadakan festival barongsai sebagai tujuan melestarikan, menumbuh-kembangkan dan memperkenalkan seni barongsai kepada masyarakat," kata gubernur.

Sumber : http://www.beritadaerah.com

Kelompok Musik Saung Angklung Udjo Pukau Warga Tunisia

Tunisia - Lagu Habibie yang dibawakan kelompok musik tradisional Saung Angklung Udjo dibawah pimpinan Taufik Hidayat Udjo berhasil mengoyang sekitar 1.000 penonton pada Theater Municippalite Ariana, Tunisia, Minggu malam.

Acara yang dihadiri Dubes RI untuk Tunisia dan Ny Muhamad Ibnu Said serta Kepala Dinas Kebudayaan Ariana, Chikhi Chakir, berlangsung dari jam 10 hingga 12 malam di theater terbuka selain menampilkan madley lagu Indonesia dari Aceh sampai Irian juga lagu rakyat Tunisia seperti Habibie dan Ya Musthapa yang diikuti seluruh penonton.

Direktur Festival Ariana Zohair Ben Ramadan mengatakan bahwa pertunjukkan musik dari Indonesia menjadi acara puncak festival yang menampilan delapan kelompok kesenian lainnya dari Tunis.

"Saya mohon kepada Dubes agar pada tahun tahun mendatang Indonesia dapat menampilkan keseniannya lagi," ujar Zohair Ben Ramadan yang merasa sangat puas dengan hiburan yang dibawakan pemain musik tradisional dari Jawa Barat itu.

Dikatakannya Tunisia merupakan negeri yang sangat terbuka dan ternyata Indonesia juga memiliki kesenian yang sangat memukau dan unik.

Sementara itu seniman dan juga penyair Tunisia Lassad sangat kagum dengan musik yang ditampilkan kelompok musik Saung Angklung Udjo yang baru pertama kali didengarnya. "Penampilan mereka sangat bagus dan meninggalkan kesan yang mendalam," ujar Lassad lagi.

Sementara itu Madame Honolo Achouri mengakui ia baru pertama kali mendengarkan musik yang sangat indah dari alat musik tradisional itu. "Excellence," ujar Madame Honolo.

50 tahun hubungan diplomatik RI -Tunisia

Kehadiran kelompok musik Saung Angklung Udjo ke Tunisia ikut merayakan rangkaian peringatan 50 tahun hubungan diplomatik RI-Tunisia yang diadakan KBRI Tunisia dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI. Selain itu mereka juga akan tampil di enam kota di Tunisia hingga tanggal 5 Agustus.

Festival Ariana merupakan salah satu festival musim panas terkemuka di kota Tunisia karena merupakan sarana berkumpulnya warga Tunis yang menikmati liburan musim panas di panggung terbuka.

Dutabesar RI di Tunisia Muhammad Ibnu Said mengatakan sambutan antusias dari pengunjung merupakan cerminan positif khususnya dari masyarakat Tunis yang ingin mengenal Indonesia, sementara bagi Indonesia festival tersebut berhasil meningkatkan awareness masyarakat Tunisia terhadap Indonesia yang memiliki beragam budaya.

Penampilan budaya Indonesia tersebut penting meninggat generasi muda Tunisia saat ini tidak memiliki ikatan emosional sejaray seperti yang dimiliki generasi sebelumnya.

Untuk itu KBRI Tunisia bertekad untuk menjadikan peringatan 50 tahun hubungan RI-Tunisia sebagai momentum untuk meningatkan generasi muda Tunisia tentang peranan Indonesia terhadap Kemerdekaan Tunisia dengan menjadikan kegiaan tersebut sebagai kegiatan tahunan.

Sementara itu Taufik Hidayat Udjo mengatakan bahwa ia sangat terkesan dengan adanya perhatian dari dari pemerintah Indonesia yang cukup besar pada kesenian Angklung dari kelompok Saung Udjo yang memberikan fasilitasi untuk tampil diberbagai negara.

Apalagi dengan adanya kemungkinan disyahkannya alat musik angklung sebagai warisan bukan benda oleh UNESCO pada bulan November mendatang.

Taufik Hidayat Udjo yang menyelesaikan Program S1 Ekonomi di STIE Dharma Agung, beliau Lahir di Bandung 1966 merupakan putra ke 9 dari Udjo Ngalagena dan Uum Sumiati , saat ini menjabat sebagai Direktur Utama PT. Saung Angklung Udjo.

Pada festival yang diselingi dengan permainan kuis yang dibawakan pembawa acara dari KBRI Tunisia Fauzi Anteman yang sangat fasih berbahasa setempat dengan membagi bagikan paket hadia berupa kaos wisata dan tas yang bertuliskan Visitez L Indonesie.

Meskipun acara telah ditutup dengan menampilkan lagu Kopi Dangdut yang diikuti oleh joget bersama, penonton masih enggan beranjak dari halaman Theater Municipalite, propinci Ariana, Tunisia meskipun hari telah larut malam. (ZG/K004)

Sumber : http://www.antaranews.com

Motif Lurik Terancam Diakui Pihak Asing

Klaten : Motif lurik berpotensi diakui oleh pihak asing apabila Indonesia tidak segera mengusulkan pada UNSECO sebagai warisan budaya asli, seperti yang terjadi pada batik.

"Bukan tidak mungkin lurik justru diakui oleh pihak asing jika tidak segera didaftarkan sebagai budaya asli Nusantara. Oleh sebab itu pemerintah diharapkan segera mengusulkan kepada UNESCO," kata peneliti dari Universitas Sebelas Maret Solo, Mulyadi, di Klaten, Minggu (25/7).

Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Solo itu mengemukakan saat bersama rombongan meninjau salah satu UKM kerajinan tenun lurik Yu Siti di Desa Tulas, Kecamatan Karangdowo, Cawas, Klaten, Jateng.

Pengrajinnya telah mendapat bantuan pembinaan pengembangan disain oleh UNS dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Program Ilmu Pengetahuan dan daerah.

Menurut Mulyadi, pemerintah sebaiknya mengusulkan lurik sebagai budaya asli Nusantara, menyusul batik yang baru saja dikukuhkan sebagai Warisan Dunia dari Indonesia.

Terkait dengan adanya bantuan pembinaan pengembangan disain oleh UNS-LIPI, dia mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan untuk melestarikan warisan budaya dan untuk mempertahankan lurik sebagai budaya asli Indonesia.

Secara umum, katanya, UKM lurik yang ada di Klaten saat ini adalah yang tersisa dari sekian banyak industri rumahan yang telah berhenti beroperasi. "UKM tenun yang terhenti beroperasi dikarenakan kurangnya promosi daerah dan dukungan yang diberikan oleh pihak-pihak terkait," kata Mulyadi.

Apalagi dengan maraknya penyerobotan dan pengakuan aset budaya oleh pihak asing, pemerintah daerah hendaknya bersikap proaktif dalam melestarikan aset budya daerah. "Dengan adanya perlindungan lurik sebagai aset budaya nasional maka diharapkan UKM lurik bisa bertahan keberadaannya dan lebih baik kalau ada yang tumbuh lagi," katanya.

Siti Lestari, pemilik UKM Yu Siti, mengatakan bahwa adanya bantuan yang diberikan oleh UNS-LIPI tersebut ternyata mampu memberikan nilai positif, karena disain yang dijual ke masyarakat mendapat sambutan baik.

Diakuinya, sebelum perusahaan mendapat bantuan disain yang dijual kepasaran monoton dan terkesan kuno, sehingga pembeli tidak terlalu tertarik untuk membeli. "Tapi dengan adanya bantuan dari UNS-LIPI maka omset penjualan kami bisa naik hingga 100%, sehingga terus terang kewalahan memenuhi permintaan masyarakat," katanya. [EL, Ant]

Sumber : http://www.gatra.com

Tari Sakral Jangan Dipentaskan Sembarangan

Denpasar Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr I Gde Parimartha MA, mengingatkan seniman Bali dan tokoh-tokoh masyarakat setempat untuk tidak mementaskan tari-tari sakral secara sembarangan untuk memenuhi keinginan pihak-pihak tertentu.

"Tari sakral hanya dipentaskan untuk melengkapi kegiatan ritual masyarakat desa adat setempat," kata dosen senior Fakultas Hukum Unud Prof Gde Parimartha di Denpasar Minggu.

Hal itu diungkapkan karena "perang pandan", tradisi khas masyarakat Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem, Bali timur dipentaskan untuk memeriahkan salah satu kegiatan di Solo.

Pementasan ritual "perang pandan" itu di luar wilayah desa adat Tenganan itu sebenarnya tidak perlu terjadi, jika masyarakat dan semua pihak menjunjung dan menghormati nilai-nilai kesakralan dalam ritual Hindu di Bali.

"Bisa saja seniman mengambil inspirasi dari `Perang pandan` untuk menciptakan tabuh dan tari guna dipentaskan dalam berbagai kepentingan," ujar Prof Parimartha.

Ia mengingatkan, kesakralan dari sebuah tari itu harus dipegang teguh oleh masyarakat pendukung, agar tetap kokoh, lestari dan unik, karena kesenian tradisi itu tidak ada di tempat lainnya.

"Ke depan masalah itu diharapkan tidak terulang lagi, karena masyarakat umum maupun wisatawan yang ingin menyaksikan `perang pandan` bisa datang ke Desa Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali timur," ujarnya.

Masyarakat Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, Kabupaten Karangasem kembali akan menggelar kegiatan tradisi "perang pandan" melibatkan puluhan orang dari dua kelompok yang saling berhadapan pada hari Jumat 30 Juli 2010.

Perang pandan tersebut dalam rangkaian kegiatan ritual Ngusaba Desa di desa adat Tenganan Dauh Tukad, kata Prof Parimartha juga juga tokoh masyarakat Desa Tenganan itu.

Tradisi perang pandan itu akan berlangsung mulai pukul 13.00 waktu setempat, sebelum kegiatan ritual "Ngusaba Desa" dimulai.

Tradisi perang pandan itu digelar masyarakat setempat secara berkesinambungan setiap tahun, sebagai rangkaian kegiatan "Ngusaba Desa" dan kali ini akan digelar munggu depan.

Sedikitnya 15 pasang dari kedua kelompok yang saling berhadapan itu terdiri atas anak-anak, pemuda dan orang tua.

Di tangannya masing-masing peserta yang akan tampil itu terdapat sebuah "senjata" pandan berduri yang akan dipergunakan untuk melukai tubuh lawannya dalam sebuah perang.

Parimartha menambahkan, "perang pandan" diiringi dengan alunan musik tradisional Bali (gamelan) makin keras suara gamelan, kedua pria yang saling berhadapan itu lebih semangat untuk saling menyerang.

Perang antardua kelompok itu diawasi oleh seorang wasit yang memimpin pertandingan tersebut. Ketika para pria bertemu dengan "musuhnya" dan masing-masing memegang satu ikat daun pandan berduri (satu ikat terdiri dari 20 batang) maka perang pun tidak bisa dihindari, ketika wasit memulai pertandingan tersebut.

Sumber : http://www.antaranews.com

Expert: Malay Language Must Not Only Be Inherited, But Also Learned

Bandar Seri Begawan - The Malay language must not only be inherited but also learned, said a Bruneian expert at the Knowledge Convention 2010 yesterday.

"Being Malay does not necessarily mean one can speak the language well," said Dato Paduka Hj Alidin Hj Othman, a former Language and Literature Bureau director.

During his presentation, "Bahasa Melayu Jati Diri Bangsa" or Malay language as national identity at the Knowledge Convention, he highlighted the need to continue learning and improve one's use of the Malay language.

"Learning and improving our Malay language does not prevent us from learning other languages. Learn and master as many languages as you want," he said.

"...but do not let the languages master you, you are the one who should master these languages," he added.

He added that even though one is educated in the Western world, one should continue to master the Malay language.

"Learning the language does not necessarily mean entering (Malay language) classes," he said, adding that it is important to learn from the learned and be willing to accept criticisms.

The attitude towards a particular language has an impact on its survival. Even though many consider attitude as a small matter, it can have negative effects to the language, he said.

He further touched on youths as Brunei's future generation and the need for them to be given due attention in this issue.

Dato Hj Alidin put forward several recommendations in mastering the language.

He emphasised the importance of the family institution, schools and the media in their roles in mastering the Malay language.

"Family is the first place/institution for individuals and it plays an important role in practising the usage of proper Malay language."

"Schools provide a formal education where with guidance from trained teachers, students can master the language," he added.

He said that formal education is important, especially with students now showing a weakness in spelling Malay words.

Dato Hj Alidin suggested that Malay spelling competitions be held to encourage correct Malay words spelling.

The former Language and Literature Bureau director also recommended youths to listen to Brunei Malay songs as another way of mastering the language.

He also pointed out the role of media in improving Malay language.

"The media play an important role in strengthening Malay language, especially in terms of language arrangement and correct pronunciation," he said.-- Courtesy of The Brunei Times

Written by Rasidah HAB

Source: http://www.brudirect.com

Songket Palembang Dipamerkan di Bandung

Palembang - Pemerintah Kota Palembang, Sumatera Selatan memamerkan kain songket khas dari proses pembuatannya pada city expo yang diselenggarakan di lapangan Gasibu Bandung, Jawa Barat, Senin.

Ade Jaya Martin, Kapala Bidang (Kabid) Pembinaan usaha kecil menengah (UKM) Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Palembang, mengatakan, tujuan keikutsertaan dalam pameran ini sebagai upaya mempromosikan keunggulan dan juga potensi dimiliki oleh kota tersebut.

"Songket kita jadikan sebagai komoditas utama, karena ini merupakan warisan dari masyarakat Palembang secara turun temurun," ujar dia di sela-sela mempromosikan kain yang melegenda di Bumi Sriwijaya itu.

Pantauan di lapangan, dalam stan Palembang, tidak hanya mempromosikan kain songket yang telah jadi, melainkan juga diperagakan tentang bagaimaa cara pembuatan songket dengan menggunakan alat masih tradisional disebut godekan dihadapan para pengunjung.

"Kami sengaja ke sini membawa alat godekan, setidaknya menunjukkan kepada daerah lain bagaimana cara pembuatan songket sekaligus perbandingannya," kata dia.

Tidak hanya itu saja, seorang gadis Palembang yang jelita dan kreatif sengaja diajak untuk mempragakan bagaimana cara membuat kain tenun kebanggan daerah itu, dengan tujuan mampu menarik perhatian pengunjung pada stan yang merupakan rangkaian dari kegiatan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI).

Ia menegaskan, daerah lain banyak memiliki kain tenun dengan berbagai bentuk dan kekhasannya. Tetapi songket Palembang, memiliki ciri khas baik dalam proses pembuatannya maupun dengan hasil dari kain itu sendiri.

"Yang jelas tujuan utama kita ikut kegiatan ini agar songket mampu dikenal luas dan mudah-mudahan tidak akan ada yang mengakui songket Palembang, sebagai kebudayaan mereka," ungkapnya.

Yanti (19) gadis Palembang, penenun songket yang diajak untuk mempragakan pembuatan kain songket mengatakan, membuat songket dengan menggunakan alat tradisional ini memang memakan waktu yang lama, tetapi hasil dari pembuatan tersebut jelas dan dapat dikatakan kualitas terbaik.

Menurut dia, keberadaan songket Palembang, dikenal oleh daerah lain bahkan manca negara, merupakan tujuan utama dalam mengikuti pameran itu.

Sementara itu, Wali Kota Pelembang Eddy Santana Putra, beberapa kesempatan yang lalu mengatakan jika city expo ini dilakukan setiap tahun oleh anggota APEKSI dengan daerah penyelenggaranya secara bergantian.

Sumber: http://travel.kompas.com

Kongres Kebudayaan Minangkabau Digelar

Padang - Kongres Kebudayaan Minangkabau akan digelar kelomok Gebu Minang pada 23 September di Balai Sidang Bung Hatta, Sumatera Barat.

Kongres ini digelar sebagai upaya mendorong pendalaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah" kepada seluruh lapisan dan kalangan sebagai jati diri dan identitas kultural Minangkabau, kata Anggota Sekretariat Kongres Kebudayaan Minangkabau (KKM) Armen Zulkarnaen di Padang, Senin.

Ia menerangkan, pembahasan dalam kongres diharapkan akan menjadi sumbangan pemikiran semua dalam membangun masa depan Minangkabau.

Sumbangan pemikiran, katanya, disalurkan dengan tidak mengusik apa yang sekarang sudah berjalan baik.

Ia menjelaskan, pada bulan Februari hingga April 2010 telah diadakan sepuluh kali diskusi dalam rangka sosialisasi mengenai rencana akan diadakannya KKM beserta gagasan yang akan dibahas.

Diskusi dan sosialisasi telah digelar baik di Ranah Minang maupun di Jakarta dan Pekanbaru, baik dengan tokoh-tokoh masyarakat maupun dengan pejabat-pejabat pemerintahan.

Kemudian ia menjelaskan bahwa sebagian besar undangan yang hadir dalam kegiatan sosialisasi tersebut mendukung diselenggarakannya Kongres Kebudayaan Minangkabau 2010.

Sedangkan Sumatera Barat yang mulanya menolak konsep Majelis Adat dan Syarak, katanya, setelah bertukar pikiran secara mendalam dengan tim sosialisasi KKM, sekarang ini menyatakan mendukung diselenggarakannya acara itu.

Dalam KKM 2010, ia memaparkan, akan dirintis terciptanya suasana baru untuk merenungkan, membahas, serta mengambil keputusan tentang berbagai masalah mendasar yang dihadapi oleh rakyat dan masyarakat Minangkabau.

Berbagai masalah mendasar itu, baik yang terjadi di Ranah Minang maupun yang bertebaran di Rantau di manapun di kawasan Nusantara ini, bahkan di luar negeri sekalipun.

Selanjutnya, dalam KKM juga akan dikukuhkan landasan kehidupan sosial budaya serta identitas kultural suku bangsa Minangkabau yang terbuhul dalam ungkapan filosofis’Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah’.

Informasi dihimpun ANTARA, sebelumnya KKM sempat ditolak sejumlah kalangan, karena misi KKM diduga berpotensi memperlemah Adat Minang dan menghancurkan eksistensi lembaga adat yang sudah ada di setiap nagari di Sumbar.

Gerakan penolakan tersebut masih ada di jejaring sosial ’Facebook’, namun peminatnya sangat sedikit.

Sumber: http://oase.kompas.com

Budaya Melayu di Permainan Gasing

Pangkalpinang - Permainan gasing tradisional yang sekarang menjadi cabang olahraga kegemaran masyarakat di Provinsi Bangka Belitung (Babel), sarat dengan nilai budaya Melayu.

"Gasing ini adalah permainan tradisional orang Melayu pada masa lalu, dan sekarang mampu menjadi olahraga profesi yang dimodernisasi, sehingga tidak kalah dari cabang olahraga tradisional lainnya," kata Ketua Gasing se-Indonesia, Agus MD, di Pangkalpinang, Senin.

Menurut dia, permainan itu adalah warisan dari nenek moyang yang sudah ada sejak puluhan bahkan mungkin ratusan tahun yang silam.

"Sekarang gasing menjadi satu dari beberapa cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Festival Serumpun Sebalai di Kota Pangkalpinang, Provinsi Babel, guna melestarikan dan mengembangkan olahraga ini di kalangan generasi muda," katanya.

Ia mengatakan, permainan gasing sudah dikenal masyarakat Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri dengan ciri khas keunikan dan menarik sehingga bermanfaat bagi daerah sebagai sarana menarik kunjungan wisatawan ke Babel.

"Sekarang permainan gasing sudah masuk salah satu mata pelajaran olahraga ekstrakurikuler di sejumlah sekolah di Babel," katanya.

Ia mengatakan, permainan gasing ni memiliki berbagai teknik yang unik dan menarik serta ukuran gasing yang beragam dari ukuran 2,5 kilo gram hingga 30 kilo gram.

"Cara bermain gasing ini adalah dengan memutar gasing dengan tali pada sumbu atau kepala gasing dan menghasilkan putaran sangat kencang dan kemudian lawan tanding memukul (pemangkak) gasing tersebut," ujarnya.

Ia menjelaskan, khusus untuk pertandingan gasing standar ada tiga gaya yaitu gaya normal, selintet dan dincak, dan dari tiga jenis itu memiliki teknik yang berbeda dalam memutarnya.

"Sistem permainan ada yang beregu dan perorangan dengan nilai penuh 100, pemenang ditentukan gasing yang paling lama berputar," ujarnya.

Ada atlet gasing yang berhasil memukul gasing lawan hingga pecah, maka kata dia langsung mendapatkan nilai seratus.

Permainan sistem beregu, pemenangnya ditentukan dengan poin akhir yang diperoleh oleh masing-masing regu dengan jumlah per regu tiga hingga enam orang, ujarnya.

"Khusus untuk permainan gasing raksasa yang beratnya mencapai 30 kilogram, ditarik oleh beberapa orang seperti halnya dengan permainan tarik tambang," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Babel, Yan Megawandi, mengatakan, permainan gasing salah satu olahraga tradisional yang memiliki nilai adat dan budaya yang harus dilestarikan.

"Permainan gasing ini sarat dengan nilai adat dan budaya sehingga mampu menjadi salah satu sarana untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke daerah ini," katanya.

Ia mengatakan, permainan gasing sangat unik sehingga mampu menarik minat masyarakat untuk menyaksikannya.

"Kami terus mengembangkan permainan gasing ini agar tetap menjadi olahraga yang sarat dengan nilai budaya yang menjadi ciri khas suatu daerah," katanya. (JY)

Sumber: http://oase.kompas.com

Sore Ini Pekan Kemilau Banua Seribu Sungai Dimulai

Banjarmasin - Beragam jenis seni dan budaya akan ditampilkan untuk menyemarakkan Pekan Kemilau Banua Seribu Sungai (PKBSS) 2010, yang digelar 28 Juli hingga 5 Agustus. Kesenian yang akan ditampilkan tersebut, mulai pergelaran teater, musik, baca puisi, pameran instalasi seni rupa dan lain sebagainya.

Seni teater yang akan dipentaskan, di antaranya teater anak, monolog, hingga modern. Pementasannya melibatkan anak-anak, seniman, dan juga komunitas Sanggar Budaya Kalsel.

Sedangkan pergelaran musik, juga akan ditampilkan beragam jenis musik. Mulai tradisional hingga musik dan lagu legendaris seperti lagu karya Koes Plus, Panbers, The Mercy's, Ebiet G Ade. Bahkan musik etnik Arabian dan musik kolaborasi juga akan ditampilkan.

Selain pergelaran, PKBSS diisi dengan lomba, seperti vokal grup lagu Banjar dan lagu perjuangan, membuat bakul purun, bakisah, merangkai payung kembang, festival tari dan lain sebagainya.

Acara PKBSS akan dipusatkan di Taman Budaya Kalsel, Jalan Brigjen H Hasan Basri Banjarmasin baik di dalam maupun luar ruangan.

Kepala Taman Budaya Kalsel, Drs Akhmadi Soufyan, mengatakan PKBSS ini merupakan agenda rutin Taman Budaya Kalsel, dan tahun ini yang ketiga kalinya dilaksanakan.

Gelaran seni budaya tersebut untuk memeriahkan Hari Jadi ke-60 Provinsi Kalimantan Selatan (14 Agustus) sekaligus memperingati HUT ke-65 Kemerdekaan RI (17 Agustus). "Tujuan dilaksanakannya PKBSS ini, untuk menjalin silaturahmi dengan para seniman," ujar pria yang akrab disapa Ennos Karli ini.

Di samping itu, lanjut dia, memberikan kesempatan kepada masyarakat dan komunitas seni untuk berkreativitas pada bidang masing-masing.

Pergelaran PKBSS tidak hanya melibatkan seniman dari Banjarmasin, di antaranya datang dari Kabupaten Tanahbumbu, yang akan mementaskan wayang kulit purnaBanjar dengan judul Wating Saka.

Acara akan dimulai pada Rabu (28/7/2010) sore, dan akan diawali dengan pementasan musik gamelan Banjar yang akan disuguhkan oleh grup Pawaris Harum, dan Paning VG. PKBSS digelar setiap hari, selama sembilan. Kegiatan mulai pagi, siang hingga malam.

Selama PKBSS dilaksanakan, setiap harinya akan dibacakan empat puisi oleh beberapa sastrawan Kalsel. Mereka masing-masing akan mebacakan dua buah puisi. (pp)

Sumber: http://www.banjarmasinpost.co.id

16 Peserta Sail Banda Tiba

Ambon - Sedikitnya 15 kapal layar dari 49 peserta yang mengikuti pelayaran internasional Sail Banda telah tiba di Banda Naira, Kabupaten Maluku Tengah, setelah flag off dari dermaga Cullen Bay Darwin, Australia Utara, 24 Juli lalu.

Race officer Sail Banda, Iwan Ngantung, yang dikonfirmasi ANTARA di Ambon, Selasa, membenarkan 16 kapal layar telah menyelesaikan rute pertama tiba di Banda yang dijadikan ikon pelayaran internasional itu.

"Delapan dari 15 kapal layar yang sudah tiba di Banda merupakan peserta lomba layar memperebutkan total hadiah 5.000 dollar AS. Peserta Sail Banda yang mengikuti lomba sebanyak 11 kapal layar dan sisanya mengikuti relly," katanya.

Kapal layar Convergence asal Amerika Serikat dengan kapten Willye tercatat sebagai satu-satunya kapal yang tiba di Banda pada Senin (26/7) pukul 16.45 WIT.

Sedangkan 15 kapal yang tiba pada Selasa yakni Toccata I asal Perancis dengan kapten Jean Jaques pukul 08.00 WIT, diikuti Intiag, (swiss) dengan kapten Rossat Jean Francois, Orono I (Australia) kapten Peter Vibral, Esprit (Inggris) dinakhodai Charles E. Mc. Williams, Pegasus (Australia) dengan kapten Jason Charles Lawrence, Miranda (Australia) dengan kapten Georfrey Phillip Rawlins Birch, Anui (Amerika Serikat) dengan kapten Scoot Kevin Amstrong.

Kapal layar Harmonie (Amerika) kapten Donald W. Nyers, Prissilia (australia) kapten Thomas Foley, Red Boomer (Australia) dengan kapten William Thomas Mc.Neil, Story Teller (Australia) dengan kapten John David Gilder, Camille (Inggris) dinakhodai Peter Boardman, Citting Edge (Australia) kapten Peter Brandon, Island Time (Australia) dengan kapten Matthew Brain Paulin serta kapal Firts Light III (Australia) dengan kapten Bernard Mc Goldrick.

Ngantung memperkirakan semua kapal layar akan masuk di Banda pada Rabu (28/7) untuk mengikuti acara penyambutan yang dilakukan di atas benteng peninggalan Purtugis Belgica dan dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad serta Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu.

Dia mengakui, kondisi angin yang bertiup dari arah tenggara di laut Banda dengan ketinggian ombak tiga meter, turut membantu para peserta mencapai lokasi finish etape pertama di Pulau Banda.

"Saat ini ombaknya sudah tidak terlalu tinggi dibanding dua minggu lalu dan anginnya sangat bersahabat serta membantu para peserta mencapai titik singgah pertama di Banda," katanya.

Dia menambahkan, 11 peserta yang mengikuti lomba akan berangkat lebih awal meninggalkan Banda menuju Ambon yakni pada 29 Juli mendatang, dan diperkirakan selama 24 jam sudah tiba di Kota Ambon sebagai titik singgah kedua, kegiatan Sail Banda 2010.

Sedagkan peserta yang mengikuti relly kapal layar baru akan berangkat meninggalkan Banda menuju Ambon pada 30 Juli mendatang.

"Event ini akan berdampak mengembalikan kepercayaan dunia luar tentang kondisi Maluku yang semakin aman, sekaligus menjadikan daerah ini sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan Indonesia di masa mendatang," tandasnya. (ANT/R009)

Sumber: http://www.antaranews.com