Selasa, 30 November 2010

Kondisi Istana Indragiri Memprihatinkan

RENGAT--: Kondisi replika istana Kerajaan Indragiri yang terdapat di Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau memprihatinkan dan tidak terurus.

Dari pantauan Antara di lokasi istana di Rengat, Minggu (28/11), banyak kerusakan
terjadi pada replika istana yang diresmikan pada 2008 lalu ini.

Terutama pada pagar istana dan bangunan yang rusak. Selain itu, istana yang berada di tepi Danau Raja tersebut juga tidak terawat terlihat dari tingginya rumput ilalang yang berada di lingkungan istana.

Istana yang dibangun dalam kurun waktu tujuh tahun semasa pemerintahan Bupati Thamsir Rahman tersebut, sedianya dijadikan objek wisata. Namun yang terjadi saat ini, istana tersebut lebih banyak digunakan oleh muda-mudi sebagai tempat pacaran.

Salah seorang warga, Rahmadi, mengatakan jarang dilakukan kegiatan di stana tersebut dan selalu terkunci. Begitu juga tidak ada petugas yang menjaga istana tersebut.

"Dulu memang ada Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja-Red) yang menjaganya, tetapi sekarang tidak ada lagi yang menjaganya. Makanya banyak anak muda yang menjadikan tempat tersebut sebagai tempat pacaran. Apalagi lokasinya berada di samping Danau Raja," jelasnya.

Padahal, lanjutnya, di istana tersebut menyimpan berbagai benda yang berkaitan dengan budaya Melayu serta pusaka peninggalan Kerajaan Indragiri. Kerajaan Indragiri merupakan kerajana Melayu.

Cucu dari Sultan Mahmud yang merupakan Raja Indragiri terakhir, Tengku Parameswara, mengatakan sangat menyayangkan hal tersebut. "Istana tersebut dibangun kembali untuk melestarikan nilai-nilai budaya Melayu. Jadi sangat disayangkan sekali jika ditelantarkan begitu saja," jelasnya.

Istana Indragiri yang asli sebelumnya telah roboh pada 1964 karena terkena abrasi Sungai Indragiri. Sementara lokasi replika terletak sekitar 100 meter dari lokasi istana yang asli. (OL-9)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com

Helmy Faishal Terpesona Desa Sastra

JIKA program bedah desa yang dilakukan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) lebih banyak menggunakan pendekatan infrastruktur, maka bedah desa di Desa Linggang, Gantung, Belitung Timur- Bangka Belitung berbeda. Mengambil konsep Desa Sastra yang langsung mereproduksi popularitas tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, desa kecil tersebut kini benar-benar bangkit baik secara ekonomi, budaya, maupun kehidupan sosial masyarakatnya.

Inilah setidaknya yang terlihat dari puncak Festival Laskar Pelangi, kemarin. Menteri PDT Helmy Faishal Zaini yang berkesempatan meresmikan Desa Sastra sebagai seremoni puncak festival tersebut, pun dibuat terkagum-kagum dengan karya yang disebutnya paradigma baru pembangunan ekonomi ini.

“Dengan kejeniusannya saudara Andrea ini mampu membangun daerah dengan paradigma sastra. Ini menjadi paradigma baru bahwa ternyata sebuah novel bisa menggerakkan ekonomi masyarakat, hebat,” kata Helmy.

Menurut Helmy, sebelum tetralogi novel Laskar pelangi mendunia, wilayah kepulauan Bangka Belitung khususnya kabupaten Belitung Timur hanyalah sebuah kawasan eksplorasi timah yang miskin. Lebih 80 persen penduduk saat itu bekerja sebagai pendulang timah.

“Setelah Laskar pelangi mendunia, seluruh negeri bahkan dunia baru menoleh ke sini. Pak Bupati tadi bilang dengan konsep wisata Laskar Pelangi wisatawan yang datang ke Belitung ini meningkat drastis hingga 800 persen. Saya yakin ini jadi seperti ini karena bang Andrea menulis karyanya dengan hati,” tuturnya. (did)

Sumber : http://www.jpnn.com

Ramon Terkesan Tarian Melayu

BATAM - Bintang layar lebar Ramon Y Tungka sudah empat kali menginjakkan kaki di Batam. Kehadiran bintang Heart Break.com, kali ini ke Batam, untuk mewakili filmnya yang masuk nominasi di ajang FFI 2010.

"Kalau filmku gak masuk nominasi mana mungkin aku di Batam he....hee...," ujarnya saat ditemui saat sarapan pagi di Hotel Amir Batam, Minggu (28/11 2010).

Ada yang paling berkesan di hati Ramon saat kegiatan FFI 2010 di Batam, ketika dirinya bisa menyaksikan langsung 'Tarian Makan Sirih,' tarian khas Melayu di Batam sebagai tarian adat untuk menyambut tamu agung. Tarian itu, digelar untuk menyambut kedatangan Menteri Kubadayaan dan Pariwisata serta 80 artis ibu kota, kemarin malam.

"Terus terang aku kagun dengan tarian Sirih Semalam. Batam yang sudah terkontaminasi Singapore, gaya hidup masyarakat sini juga bisa dikatakan maju dan tidak jauh dengan gaya hidup Singapura. Tapi masih memegang adat budaya Melayu. Ini yang mebuat saya takjub, tariannya sangat elok dan murni," ujarnya sambil mengolesi roti bakarnya dengan keju.

Ramon berharap dengan adanya kegiatan FFI di Batam, minat masyarakat Batam terhadap perfilman nasional makin meningkat.

"Ya untuk pariwisatanya juga makin banyak diminati wisatawan asing. Batam semoga makin populer," tukasnya.

Ramon mengaku, di ajang FFI 2010 ini bisa meraih penghargaan sebagai pemain terbaik dan bisa menyabet piala citra untuk kategori sebagai pemain utama.

"Ya semua menginginkan prestasi tertinngi dan meraih Citra, doanya saja," harapnya.

Sumber : http://www.tribunnews.com

Ngumbay Lawok, Budaya Ruwatan Masyarakat Lampung

Tanggamus,Lampung - Ngumbay lawok atau syukuran atas keberkahan yang diberikan Allah SWT, dilakukan nelayan Teluk Semangka, Kabupaten Tanggamus, Lampung, Minggu.

"Ruwatan, atau istilah Lampung Ngumbay lawok, merupakan bagian dari warisan budaya bangsa indonesia yang perlu dilestarikan," kata Bupati Tanggamus, Bambang Kurniawan, di Kotaagung, Minggu.

Ia menghimbau masyarakat agar dapat menjaga lingkungan laut dan pantai, terutama tentang kebersihan, kesehatan, fasilitas penerangan yang telah diberikan oleh pemerintah kabupaten maupun provinsi.

Dia menegaskan, masyarakat di pesisir Tanggamus harus menjaga aset tersebut, demi kelancaran dan kenyamanan nelayan.

Ia mengatakan, Ruwatan (Ngumbay lawok) itu salah satu upacara adat leluhur yang lazim dilakukan masyarakat di pulau Jawa hingga Sumatera, yang memiliki tujuan untuk membebaskan manusia atau lingkungan dari ancaman bahaya.

"Intinya kita semua diperintahkan untuk selalu berdoa, mohon perlindungan kepada Allah dari ancaman bahaya, seperti bencana alam, dan berdoa mohon pengampunan dosa-dosa dari kesalahan-kesalahan yang sudah dilakukan yang dapat menyebabkan bencana," kata Bambang.

Upacara adat tersebut merupakan ajaran budaya Jawa kuna yang sangat sakral dan sekarang diadaptasi dan disesuaikan dengan ajaran agama.

Bambang mengatakan makna ruwatan jangan disalahartikan, karena ruwatan itu maknanya adalah mengembalikan pada keadaan sebelumnya, dan maksudnya keadaan sekarang yang kurang baik dikembalikan kepada keadaan semula awal penciptaan yang baik dari Tuhan.

Ruwatan (Ngumbay lawok) juga membebaskan penduduk desa dari ancaman bencana yang kemungkinan akan terjadi.

Ruwatan seperti itu setiap tahun dilakukan oleh sebagian warga Tanggamus keturunan dari Jawa sebagai tolak bala atau buang sial, katanya.

Bambang mengharapkan agar masyarakat dapat sama-sama memahami arti kemajemukan itu dan tidak menjadikan perpecahan antara satu dengan lainnya, hanya karena perbedaan pendapat dan tata cara dalam mengungkapkan rasa syukur pada Sang Pencipta.

"Semua itu pada dasarnya sama, yang terpenting adalah menjaga dan memelihara isi seluruh alam, agar dapat memberikan kemanfaatan yang besar bagi masyarakat di Tanggamus," ujarnya menambahkan.

Sumber :http://www.antaranews.com

Tenun Bali, Batik Solo Menarik Perhatian Disainer, Wartawan Mode Ceko

London - Busana Tenun Bali dan Batik Solo karya perancang Priyo Oktaviano menarik perhatian para disainer wanita terkemuka Ceko dan wartawan mode dari majalah fashion Harper`s Bazaar, Marie Claire, Cosmopolitan dan "Mlada Fronta Dnes", yang diperagakan oleh pragawati pada acara `Coffee Morning' di Wisma Duta Praha.

Dalam acara coffee morning tersebut juga hadir sejumlah duta besar wanita negara sahabat, diplomat wanita, para isteri duta besar, pengusaha wanita yang menyatakan kekaguman dengan keindahan kain tenun Bali dan Batik Solo, ujar Counsellor Pensosbudpar, KBRI Praha, Azis Nurwahyudi kepada koresponden Antara, Senin.

Dikatakannya dalam acara peragaan busana Indonesia itu ditampilkan sebanyak 18 koleksi gaun koleksi busana disainer terkemuka Indonesia, Priyo Oktaviano, dengan bermotif Tenun Bali dan Batik Solo yang diperagakan oleh para model dari Ceko.

Dubes RI Praha, Emeria Siregar, dalam sambutan menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu cara memperkenalkan kekayaan ragam busana tradisional Indonesia, sekaligus sebagai pembuka jalan untuk membina hubungan antara perancang mode Indonesia dengan perancang mode setempat.

Menurut Emeria Siregar, selain batik, wayang, keris, gamelan dan angklung, yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya nasional Indonesia, dan Indonesia juga memiliki warisan budaya tenun yang kini sedang digalakkan.

UNESCO telah menetapkan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah Sidang ke-6 Inter-governmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Bali tahun 2011. Emeria Siregar berharap kegiatan ini menjadi salah satu mendekatkan Indonesia kepada para sahabat Indonesia di Ceko.

Peragaan busana tersebut diawali dengan memamerkan mantel musim dingin motif kain tenun Bali, dilanjutkan dengan peragaan baju siap pakai bermotif Batik Solo, dan diakhiri dengan peragaan gaun malam yang anggun bermotif tenun khas Bali.

Sementara itu Priyo Oktaviano, sang perancang, menaruh harapan tinggi agar ragam tenun bisa go internasional dan menyampaikan keinginan, bahwa nantinya kain tenun nusantara bisa menjadi trendsetter di kancah dunia.

Untuk itu, semuanya harus dimulai dari diri sendiri sebagai warga negara Indonesia dengan mulai memakai dan memperkenalkan ragam busana tenun nusantara, ujarnya.

Selain peragaan busana di Wisma Duta Praha, Priyo Oktaviano juga memperagakan koleksi busana yang sama di Galeri Emila Filly di kota Usti Nad Labem, Ceko, pada Senin, mendatang atas permintaan universitas setempat kepada KBRI Praha, demikian Azis Nurwahyudi. (ZG/K004)

sumber : http://www.antaranews.com

Budaya Melayu dibangkitkan kembali

“Festival ini sangat penting bagi kita semua dalam mengembangkan dan melestarikan kebudayaan melayu agar dapat lebih terjaga. Festival ini tentu juga bermanfaat sebagai ajang promosi kebudayaan yang nantinya dapat meningkatkan jumlah wisatawan asing dan nusantara,” katanya, tadi malam.

Koordinator Festival Budaya Melayu, Cut Umi yang juga menjabat sebagai Kasubdis Seni dan Budaya Disbudpar Sumut, menambahkan pagelaran ini sebagai wujud komitmen dari Disbudpar yang sangat memberikan perhatian penuh terhadap potensi budaya lokal.

Apalagi Budaya Melayu di Sumut, yang selalu menjadi salah satu kebudayaan bagi para wisatawan lokal maupun asing yang datang ke provinsi ini.

“Event ini sangat memiliki manfaat bagi generasi muda dan masyarakat luas agar lebih dapat mencintai dan melestarikan potensi kebudayaan lokal, khususnya Melayu di Sumut ,” tuturnya.

Festival Budaya Melayu yang diikuti sepuluh kabupaten dan kota, diantaranya Medan, Binjai, Langkat, Deliserdang, Serdang Bedagai, Kotamadya Tebing Tinggi, dan Asahan.

Tanjung Balai, Labuhan Batu dan Batubara. Selain itu Disbudpar Sumut juga menggelar seminar kebudayaan yang diikuti stakeholders pariwisata di Toara Convention Center Medan.

Sumber : http://www.waspada.co.id

Senin, 29 November 2010

Banjarmasin Bangun Keraton Banjar

BANJARMASIN, KOMPAS.com - Banjarmasin sebagai daerah yang menuju kota metropolitan tentu tidak lupa pada sektor pariwisata. Pembangunan keraton Banjar atau kerajaan Banjar di kawasan Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan akan menjadi salah satu aset pariwisata menuju kota metropolitan. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarmasin Fajar Desira, Selasa (16/11/2010).

Pembangunan keraton Banjar kawasan Sungai Gampa Kota Banjarmasin saat ini sudah masuk tahap pembahasan jajaran Pemerintah Kota. Rencana pembangunan keraton tersebut sudah mulai dilakukan studi kelayakan dengan menyiapkan lahan di kawasan Sungai Benua Anyar tepatnya di pesisir sungai Gampa. "Lahan untuk pembangunan keraton Banjar sudah dipersiapkan di kawasan Sungai Gampa dengan luas areal sekitar dua hektare lebih," kata Fajar.

Menurut Fajar, keberadaan keraton Banjar itu diharapkan dapat menunjang bidang pariwisata daerah Kalimantan Selatan, khususnya Kota Banjarmasin sebagai ibukota provinsi. Dengan adanya keraton Banjar, maka Kota Banjarmasin akan memiliki ikon khas seperti Kota Yogyakarta dan Solo yang memiliki keraton atau kerajaan.

Banjarmasin yang memiliki luas 72 Km persegi harus dikembangkan menjadi kota metropolitan. Fajar menyatakan bahwa jumlah penduduk Banjarmasin saat ini hampir 700 ribu jiwa dengan pertumbuhan penduduk setiap tahun sebanyak dua persen.

Karena itu, pengembangan wilayah kota Banjarmasin harus dilakukan terutama daerah pemukiman penduduk, pusat perbelanjaan, sarana umum, sarana hiburan dan pariwisata yang saat ini berkembang dengan pesat. Fajar berharap pada tahun 2020 akan terwujud Banjarmasin sebagai kota metropolitan.

Sumber : http://travel.kompas.com

Museum Nasional Jadi Pusat Studi Warisan Budaya

JAKARTA--Museum Nasional, sebagai lembaga resmi pemerintah di bawah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, menjadi pusat penelitian dan studi warisan budaya bangsa Indonesia. "Museum Nasional adalah sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap kebudayaan nasional serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa," kata Kepala Bidang Bimbingan dan Publikasi Musem Nasional, Dedah R Sri Handari, di Jakarta, Kamis.

Keberadaan Museum Nasional atau Museum Gajah diawali dengan berdirinya lembaga "Bataviaasch Genootschap Van Kunstenen Watenschappen" pada 24 April 1778 yang didirikan oleh ilmuan Belanda yaitu J. C. M Radermacher. Dedah menjelaskan, mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada 17 september 1962 lembaga kebudayaan indonesia secara resmi menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia yang kemudian menjadi museum pusat.

Mengenai hal tersebut, berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional. Museum Gajah ini memiliki fungsi sebagai pusat informasi khasanah budaya bangsa Indonesia yang bersifat edukatif kultural juga menyebarluaskan informasi kepada masyarakat baik melalui pameran, penerbitan buku atau brosur dan program kegiatan umum. "Dalam mengadakan suatu kegiatan, museum ini selalu mengupayakan pendekatan yang bersifat adaptif dan dapat diterima sesuai dengan tingkatan masyarakat," katanya.

Museum ini selain disebut sebagai Museum Gajah juga dikenal penduduk Jakarta sebagai Gedung Arca karena di dalam gedung itu tersimpan berbagai jenis arca yang berasal dari berbagai periode yang terdiri dari koleksi prasejarah arkeolog numistik dan heraldik, keramik, etnografi, sejarah dan geografi. Berhubungan dengan hal tersebut, museum ini memiliki tugas melaksanakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan memberikan bimbingan edukatif kultural mengenai benda-benda bernilai sejarah, budaya dan ilmiah bersifat nasional.

Sumber : http://www.republika.co.id

Tari Saman Diajukan Jadi Warisan Dunia

JAKARTA,--Setelah UNESCO menetapkan Angklung Indonesia ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia (Representative List of he Intangible Cultural Heritage of Humanity) pada Sidang ke-5 Komite Antar-Pemerintah tentang Perlindungan Warisan Budaya Takbenda di Nairobi, Kenya, pada tanggal 16 November 2010 , kini Indonesia mengajukan Tari Saman dari Aceh dan Tari Baris Gede dari Bali, untuk menjadi warisan dunia.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan hal itu, Kamis (18/11) di Jakarta, ketika menerima 10 Komite Wakil Tetap ASEAN dari negara ASEAN. Angklung ditetapkan sebagai warisan dunia melalui proses panjang. Sehingga, sampai sekarang sudah ada empat khasanah budaya Indonesia yang sudah menjadi warisan dunia. Sebelumnya adalah wayang, keris, dan batik. Kini yang tengah disiapkan materinya untuk diusulkan adalah Tari Saman dan Tari Baris Gede, ujarnya.

Jero Wacik menjelaskan, UNESCO menetapkan Angklung sebagai warisan budaya takbenda dunia antara lain karena, pertama, a ngklung merupakan seni musik yang mengandung nilai-nilai dasar kerjasama, saling menghormati dan keharmonisan sosial, y ang merupakan bagian utama identitas budaya masyarakat di Jawa Barat dan Banten.

Kedua, d imasukkannya Angklung ke Representative List of Humanity akan meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya arti warisan budaya tak benda, dan mempromosikan nilai-nilai kerjasama, disiplin dan saling menghormati.

Ketiga, langkah-langkah pelestarian yang dilaksanakan Indonesia telah melibatkan kerjasama menyeluruh antara seniman, Pemerintah dan masyarakat. Tujuannya adalah mendorong tersebarnya pengetahuan Angklung dalam konteks formal dan informal, diselenggarakannya lebih banyak pertunjukan kesenian Angklung, berkembangnya kerajinan Angklung, dan keberlanjutan tanaman bambu yang menjadi bahan baku Angklung.

Keempat, nominasi Angklung mencerminkan luasnya partisipasi komunitas baik dalam usaha- usaha pelestarian dan dalam proses penyusunan nominasi Angklung ke UNESCO , yang dilaksanakan melalui konsultasi formal .

Dan kelima, Pemerintah RI melalui Pusat Litbang Kebudayaan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata telah memasukkan Angklung dalam daftar inventarisasi nasional. Beberapa universitas dan komunitas Angklung juga telah mendata Angklung dalam daftar inventarisasi khusus.

Dimasukkannya Angklung sebagai warisan budaya takbenda, menurut Menbudpar Jero Wacik, akan berdampak positif bagi usaha-usaha pelestarian di tataran nasional dan regional. Masyarakat di Indonesia dan negara-negara tetangga akan melihat bahwa pelestarian budaya merupakan langkah yang mungkin dilakukan, dan didukung oleh UNESCO melalui pelaksanaan Konvensi UNESCO m engenai Pelestarian Budaya Takbenda.

Selain itu, dimasukkannya Angklung Indonesia tentunya akan menarik generasi muda untuk belajar dan memainkan Angklung di berbagai institusi pendidikan di Indonesia dan luar negeri, di mana pengetahuan mengenai Angklung akan diteruskan. Selanjutnya, akan terbentuk lingkungan yang kondusif yang mendukung pembangunan karakter bangsa, juga ruang bagi pengembangan kreativitas berbagai komunitas Angklung. Semua dampak ini akan mendorong pelestarian dan promosi warisan budaya Angklung.

Seluruh upaya Pemerintah Indonesia ini meru pakan perwujudan komitmen Indonesia sebagai negara pihak Konvensi UNESCO tentang Perlindungan Warisan Budaya Takbenda. Konvensi ini telah berlaku sejak tahun 2003 dan telah diratifikasi 132 negara, termasuk Indonesia yang telah meratifikasinya pada tahun 2007 . Konvensi tersebut menekankan perlindungan warisan budaya tak benda, yaitu tradisi bertutur dan berekspresi, ritual dan festival, kerajinan tangan, musik, tarian, dan pagelaran seni tradisional, jelas Jero Wacik.

Sumber : http://oase.kompas.com

Tradisi Wisuda Haji Bugis-Makassar

Makasar, Ada tradisi khusus bagi sebagian besar jamaah asal Bugis- Makassar usai melaksanakan wukuf di Padang Arafah dan melontar di Mina, Arab Saudi.

Demikian pula dengan jamaah Bugis-Makassar yang merantau puluhan tahun asal Kalimantan Timur (Kaltim). Mereka tetap menjalankan prosesi patoppo (bugis) dan padongko (Makassar).

Tradisi khas warga Bugis Makassar ini yakni dengan menyematkan songkok bagi pria dan kerudung (tippolo) bagi wanita oleh ustad sebagai simbol resmi sudah menjadi haji dan hajjah.

Ini pula yang terlihat di kalangan jamaah haji plus Anamona. Para jamaah yang berasal dari Sulsel dan Kaltim ini ramai-ramai meminta ustad Anshar Tamanggong (pembimbing jamaah) untuk "mewisuda" mereka.

Ritual patoppo yang digelar di tenda pada Selasa (16/11/2010) siang atau petang wita sontak menjadi perhatian jamaah haji lainnya di Maktab 108 Haji Plus Indonesia.

Sebelumnya kami melontar jumrah sebagai penutup ihram wukuf pada pukul 03.00 dinia hari hingga menjelang subuh.

Tradisi patoppo oleh sebagian jamaah dianggap sebagai salah satu ritual resmi haji. Padahal tradisi itu asli Bugis Makassar tak disunatkan apalagi diwajibkan.

"Tradisi ini tak diperintahkan (wahyu dan Al Quran) namun memiliki makna yang baik antara lain sebagai sugesti bahwa ketika songkok putih sudah disematkan maka perilaku dosa sebelumnya tak boleh lagi dilakukan karena telah menjadi seorang haji," kata Ustad Ashar.

Usai patoppo jamaah pria mengenakan baju koko baru setelah sebelumnya mandi dan mencukur kumis dan jenggot. Sementara jamaah wanita secara bergantian memasangkan kerudung khas Bugis Makassar, bollang.

Jamaah kemudian bersalam-salaman dan menyapa sesamanya "Oe e haji.." dilengkapi pula dengan berfoto-foto. Wajah mereka berseri-seri layaknya seorang mahasiswa usai diwisuda. Tradisi dan kearifan lokal yang mengagumkan.(*)

Sumber : http://www.tribun-timur.com

Unesco: Candi Muarojambi Berpotensi Menjadi Warisan Dunia

Jambi - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan (Unesco) menilai situs Candi Muarojambi di Provinsi Jambi berpotensi untuk dijadikan warisan dunia.

Pernyataan tersebut disampaikan Masanori Nagaoka, pembicara dari Unesco dalam jumpa pers di sela pelaksanaan seminar internasional "Jambi Heritage" di Jambi Sabtu.

Oleh karena itu, situs Candi Muarojambi perlu mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah agar peninggalan sejarah itu tetap lestari.

"Candi Muarojambi yang diperkirakan dibangun abad XI Masehi itu sudah masuk dalam beberapa kriteria untuk menjadi warisan dunia, tinggal bagaimana upaya pemerintah daerah untuk melestarikannya," kata Masanori.

Dalam penelitian dan kajian yang telah dilakukan oleh Unesco, situs Candi Muarojambi memiliki potensi besar untuk dijadikan warisan dunia.

Pertama, bentuk arsitekturnya yang masih asli, meskipun telah mulai dibangun ulang dan batas-batas wilayah komplek candi yang sangat jelas.

Ketika ditanya potensi kegagalan untuk menjadi warisan dunia, Masanori mengaku belum melihat potensi tersebut karena waktu penelitian belum lama dilakukan.

Kegagalan ini bisa terjadi jika karakter situs yang diusulkan tidak mendasar, seperti tidak dikategorikan dalam warisan budaya dan warisan alam.

Hal lain yang menjadikannya gagal adalah tidak jelas batas-batas wilayah situs yang diusulkan dan kurangnya metode yang efektif dalam pengusulan.

Masanori juga minta pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam memilih situs yang akan diusulkan menjadi warisan dunia, keterlibatan masyarakat ini sangat penting.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi Didy Wurjanto menyatakan untuk meraih predikat warisan dunia, diharapkan adanya dukungan dari pemerintah daerah.

"Perhatian yang diberikan belum cukup maksimal, baik pemerintah provinsi maupun kabupaten," katanya.

Didy mengaku belakangan ini pemerintah perlahan-lahan sudah memperhatikan adanya potensi Candi Muarojambi sebagai bagian dari warisan budaya, dan menjadi salah satu objek wisata yang menarik.

Bentukk perhatian itu adalah dengan melakukan pemugaran dan pengangkatan candi-candi yang masih berada di dalam tanah dan pembangunan infrastruktur jalan menuju akses Candi Muarojambi.

Candi Muarojambi yang berada di Kabupaten Muarojambi atau berjarak sekitar 50 Km dari Kota Jambi, menyimpan ratusan candi, sebagian masih terbenam di dalam tanah.(*)
(T.KR-YJ/E003/R009)

Sumber : http://www.antaranews.com

Keberadaan Kesultanan Cermin Kekayaan Budaya Indonesia

PALEMBANG--: Keberadaan kesultanan, kerajaan, dan lembaga adat nusantara merupakan cermin kekayaan budaya Indonesia dalam kebhinekaan namun tetap satu.

Sultan Edward Pernong dari Kesultanan Sekala Berak Lampung, di Palembang, Minggu (28/11), mengatakan guna melestarikan kekayaan budaya tersebut raja, sultan dan lembaga adat wajib bersinergi dengan pemerintah.

"Pemerintah juga diharapkan tidak membiarkan raja-raja berjalan sendiri karena roh negara ini berasal dari kearifan lokal," katanya.

Menurut dia, kebhinekaan menjadi persepsi para raja dalam mempertahankan tradisi yang sampai kini masih lestari.

Meskipun berbeda tetapi kerajaan, kesultanan dan lembaga adat mampu menyamakan persepsi mereka dalam menjaga stabilitas negara dan membingkai kebhinekaan sebagai kekayaan bangsa, tambahnya.

Ia mengatakan, melalui Festival Keraton Nusantara ini raja dan sultan serta ketua lembaga semakin mempertebal kecintaan terhadap bangsa ini.

Namun pihaknya berharap pemerintah tidak memandang sebelah mata keberadaan kerajaan, kesultanan dan lembaga adat, katanya.

Dukungan pemerintah dalam memberbagai kebijakan mendorong sinergi antara kearifan lokal dengan kepentingan negara.

Karena sesungguhnya ratusan kerajaan dan kesultanan yang sampai kini masih bertahan bukti keajaiban Indonesia yang wajib dilestarikan, ujarnya.

Edward menambahkan, festival keraton menjadi ajang memperat tali silaturahmi dan wadah untuk saling bertukar pikiran terkait dengan perkembangan kerajaan dan kesultan serta lembaga adat dalam mempertahanan tradisi, adat dan budaya.

Kegiatan ini juga diharapkan mengeluarkan kesepakatan bersama untuk kontribusi pemikiran bagi bangsa dan negara ini, tambah dia.

Festival Keraton Nusantara VII diikuti 155 utusan kerajaan, kesultanan dan lembaga adat yang berlangsung, 26-28 November.

Kegiatan festival ini diawali dengan makan malam bersama di Griya Agung kediaman resmi Gubernur Sumatera Selatan, kirab agung, pameran benda pusaka dan musyawarah besar raja dan sultan.

Sekitar 3.000 orang menjadi peserta dalam kegiatan dua tahunan raja, sultan dan lembaga adat tersebut. (Ant/OL-3)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com

Festival Keraton 2012 Digelar di Buton

PALEMBANG-- Kesultanan Buton, Sulawesi Tenggara akhirnya terpilih menjadi tuan rumah Festival Keraton Nusantara VIII tahun 2012, kata Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi Informasi Keraton Nusantara, Gusti Kanjeng Ratu Wandan Sari Kusmurtia, di Palembang, Minggu (28/11).

Dikatakannya, setelah terjadi kemufakatan raja dan sultan serta ketua lembaga adat, akhirnya Kesultanan Buton terpilih sebagai tuan rumah Festival Keraton Nusantara VIII tahun 2012.

Festival merupakan kegiatan rutin dua tahun sekali sebagai ajang silaturahmi raja dan sultan nusantara, katanya.

Menurut dia, berbagai kegiatan menjadi agenda rutin festival, seperti kirab agung, pagelaran seni dan musyawarah besar. Semua kegiatan diharapkan mampu menjadi ajang mempromosikan adat dan budaya kerajaan dan kesultanan nusantara, tambahnya.

Ia mengatakan, setelah mendapat persetujuan forum yang terdiri atas 155 utusan kesultanan, kerajaan dan lembaga adat maka disepakati Buton menjadi tuan rumah. Karenanya pataka langsung diserahkan Sultan Palembang Darussalam setelah sukses menyelenggarkan FKN VII, katanya.

Pantauan saat penentuan tuan rumah FKN VIII, sempat terjadi perbedaan pendapat. Awalnya sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan saat FKN VI di Gowa Sulawesi Selatan lalu, disepakati setelah dua kali festival di luar Pulau Jawa yang menjadi tuan rumah kesultanan di Jawa.

Kesultanan Kasepuhan Cirebon menyatakan siap menjadi tuan rumah, namun di tengah penentuan pilihan terjadi protes dari sejumlah raja dan sultan yang akhirnya menentukan Buton.

Zuriat Kesultanan Palembang Darussalam, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin mengatakan pemilihan Kesultanan Buton tersebut merupakan hasil pemilihan demokratis. Dengan disepakati tuan rumah festival keraton tahun 2012 itu secara otomatis kegiatan tersebut berakhir, katanya.

Iskandar menambahkan, pihaknya menilai kegiatan FKN VII yang berlangsung 26-28 November berjalan sukses. "Kami berharap kegiatan ini mampu mempererat silaturahim antar raja dan sultan, sehingga menjadi satu kesatuan serta mendukung penuh negara Indonesia," tambahnya. (Ant/OL-2)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com

Naskah Laskar Pelangi Dibeli Penerbit AS

BELITUNG, — Sukses novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata tak habis-habisnya. The Rainbow Troop yang telah diangkat dalam layar lebar dan mendapat penghargaan itu kini dibeli penerbit Catlyn Anderson Literary Management, sebuah penerbit di Amerika Serikat.

Laskar Pelangi yang mengisahkan semangat anak-anak kampung Gantung, Kabupaten Belitung Timur, yang tak mengenal menyerah itu makin mendunia.

"Jadi siap-siap saja, novel ini akan mendunia. Bagaimana kesiapan kita di Belitung memanfaatkan momentum ini," kata Andrea Hirta saat ditemui Grup Bangka Pos di sela-sela latihan tari pendulang timah di kawasan Pasar Rakyat Laskar Pelangi, Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Jumat (26/11/2010) petang.

Andrea memanfaatkan liburan kuliahnya ke kampung halaman. Bersama dengan beberapa rekan seniman dan musisi, dia menggarap acara kirab budaya Festival Laskar Pelangi.

Sabtu (27/11/2010) ini Andrea menghadiri peresmian sekolah Laskar Pelangi dan rumah puisi di Desa Lenggang. Rangkaian kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Andrea memotivasi warga kampungya yang menginginkan Lenggang sebagai desa budaya di Belitung. Festival Laskar Pelangi berlangsung sejak 1 November dan akan berakhir Selasa (30/11/2010).

Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata telah mengangkat Bangka Belitung di pentas nasional.

"'Ketika Laskar Pelangi sudah mendunia, kita menariknya kembali ke desa, sebagai sumber pemberi inspirasi. Inilah keindahan metamorfosis warga Lenggang, dari inspirasi dan mimpi sebagai refleksi menuju fraksis pencitraan yang paling monumental. Inilah keagungan kultural itu," kata Agus Ismunarno, Pemimpin Redaksi Bangka Pos Groups pada saat membawa orasi budaya di areal Festival Laskar Pelangi, Jumaat (27/11/2010) malam. (Bangkapos/Wahyu K/Rusmiadi)

Sumber : http://oase.kompas.com

Keraton Berpartisipasi


Palembang, Sumsel - Para raja, sultan, dan pemangku adat dari 155 kerajaan atau keraton se-Nusantara siap berpartisipasi memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satunya menjaga kekayaan nilai adat budaya sehingga bisa dimanfaatkan sebagai aset pariwisata nasional.

Demikian disampaikan Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin dari Kesultanan Palembang Darussalam sebelum Musyawarah Besar sekaligus Deklarasi Pembentukan Lembaga Adat Nusantara dalam rangkaian Festival Keraton Nusantara VII di Kota Palembang, Minggu (28/11).

Selain musyawarah dan deklarasi, kegiatan pada hari terakhir atau hari ketiga FKN VII ini antara lain pameran benda pusaka keraton dan kerajaan di Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, pentas seni tari keraton dan kerajaan di Benteng Kuto Besak, serta pembentukan koperasi.

Pameran pusaka
Menurut Sultan, semua peserta membawa benda-benda pusaka dari tempatnya untuk diperkenalkan kepada peserta lain, termasuk publik Palembang. Di pameran, Kesultanan Palembang Darussalam juga memamerkan benda pusaka peninggalan Raja SMB I dan SMB II, antara lain keris, tongkat, manuskrip kuno, dan tombak.

”Pameran benda pusaka yang berlangsung selama tiga hari ini cukup direspon masyarakat karena pengunjung Museum SMB II diperkirakan lebih dari 1.000 orang,” katanya.

Selain pameran, semua peserta FKN VII juga memperkenalkan tarian tradisional khas keraton dan kerajaan. Sultan Palembang menjamin sepenuhnya keunikan tarian-tarian ini karena ada perbedaan dengan tarian daerah.

Berdasarkan susunan acara, lebih dari 100 tarian keraton dan kerajaan akan ditampilkan sejak sore sampai malam selama acara itu. Semangatnya yakni memperkenalkan tarian yang sangat jarang dipentaskan ini agar tidak hilang tergilas modernisasi.

”Tetapi ingat, kita tidak antimodernisasi. Hanya jangan sampai kita terlena dengan perubahan zaman tanpa mempertahankan budaya tradisi. Jika semua adat budaya dari keraton terjaga dengan baik, negara ini akan diuntungkan dari sisi pariwisata,” ujar Sultan Iskandar.

Tidak politis
Ketua Panitia FKN VII Ismed Adiguna menambahkan, ajang pertemuan para pemimpin adat budaya dan pergelaran seni keraton setiap dua tahun sekali ini jangan diartikan sebagai salah satu upaya membangkitkan semangat feodalisme. FKN VII juga tidak diarahkan untuk menjadi ajang politik, perebutan kekuasaan, atau isu disintegrasi.

”Sebaliknya, ini merupakan even perjumpaan para pelaku budaya dan semangatnya justru untuk mempererat tali silaturahim di antara lembaga-lembaga adat, yang diharapkan bisa meningkatkan nasionalisme sebagai bagian dari Indonesia,” ujarnya. (ONI)

Sumber: http://cetak.kompas.com

Minggu, 28 November 2010

Labuhanbatu Gelar Malam Budaya Etnis di Lapangan Ikabina Rantauprapat

Rantauprapat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Labuhanbatu mulai 20 Nopember s/d 1 Desember 2010 menggelar malam seni dan budaya setiap malam di Lapangan Ikabina Rantauprapat. Hal itu berkaitan dengan rangkaian kegiatan Hari Jadi ke-65 Pemkab Labuhanbatu tahun 2010, yang resepsinya telah dilaksanakan 16 Oktober 2010 lalu.

Demikian dijelaskan Bupati Labuhanbatu dr H Tigor Panusunan Siregar SpPD melalui Kabag Humas Infokom Setdakab Labuhanbatu Drs Muksin Matondang didampingi Kasubbag Pemberitaan Armansyah Abdi SSos, Kamis (18/11) di ruang kerjanya.

Secara rinci Sugeng memaparkan jadwal penampilan etnis yang akan mengisi pagelaran seni dan budaya itu pada setiap malamnya mulai pukul.20.00 WIB tersebut, yakni Sabtu (20/11) pentas seni yang berdiri kokoh di Lapangan Ikabina Rantauprapat itu akan diisi dengan penampilan budaya Melayu, Minggu (21/11), budaya Batak Toba, Senin (22/11), budaya Tionghoa, Selasa (23/11) budaya Simalungun.

Sedangkan, Rabu (24/11) pagelaran akan diisi dengan penampilan budaya Minang, Kamis (25/11) budaya Jawa, Jum’at (26/11) budaya Batak Karo, Sabtu (27/11) budaya Aceh, Minggu (28/11) Penampilan Etnis Budaya Nias, Senin (29/11) budaya Dairi, Selasa (30/11) budaya Sunda dan pada malam terakhir, Rabu (1/12) akan diisi dengan penampilan budaya Tapanuli Selatan, jelas Drs Muksin Matondang.

Menurutnya, pelaksana kegiatan malam pagelaran etnis budaya pada setiap malamnya adalah ketua atau pengurus etnis masing-masing, sedangkan sebagai koordinator pelaksana adalah para Kepala SKPD di jajaran Pemkab Labuhanbatu, para asisten dan kepala bagian di lingkungan Setdakab yang telah dihunjuk Bupati Labuhanbatu. “Bupati Labuhanbatu sudah menghunjuk pelaksana dan para koordinator selama berlangsungnya kegiatan pagelaran etnis budaya itu pada setiap malamnya,” ucap Muksin Matondang.

Atas nama Bupati Labuhanbatu, Muksin Matondang juga menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat yang berdomisili di wilayah Kabupaten Labuhanbatu untuk menyaksikan pagelaran ini setiap malam di Lapangan Ikabina Rantauprapat. “Tujuannya adalah agar kita dan anak cucu lebih mengenal dari dekat etnis budaya dan kesenian-kesenian yang ditampilkan dari masing-masing etnis yang ada di Kabupaten Labuhanbatu tersebut,” kata Matondang. (S18/u)

Sumber : http://hariansib.com

Indonesia Tuan Rumah Sidang UNESCO 2011

JAKARTA-- Indonesia diputuskan untuk menjadi tuan rumah sidang keenam Komite Antar-Pemerintah tentang Perlindungan Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada 2011.

"Pada 19 November 2010 lalu, Indonesia ditetapkan sebagai tuan rumah sidang keenam IGC-ICH yang menurut rencana akan berlangsung di Bali pada 2011," kata Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar), Jero Wacik, di Jakarta, Senin (22/11).

Dalam sidang IGC-ICH Unesco (Inter Governmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage) keenam tersebut, rencananya akan dibahas berbagai agenda penting bagi masa depan implementasi Konvensi Pelestarian Budaya Takbenda.

Pembahasan akan meliputi nominasi berbagai matabudaya takbenda yang diajukan negara pihak konvensi kepada Unesco serta prosedur yang lebih efektif bagi badan pertimbangan nominasi dalam memproses nominasi.

"Indonesia akan terlibat aktif dalam sidang tersebut sebagai host dan sebagai anggota komite subsidiary body dan consultative body," katanya.

Menteri Wacik mengatakan, Indonesia sebagai negara pihak konvensi telah berperan aktif dalam berbagai sidang terkait konvensi tersebut sejak 2008.

Dalam sidang kelima di Nairobi, Kenya, pada 15-19 November 2010 ada tiga keputusan penting bagi Indonesia.

"Sidang tersebut juga menetapkan angklung Indonesia masuk dalam daftar representatif budaya takbenda warisan manusia," katanya.

Sidang yang berlangsung pada 16 November 2010 itu mengukuhkan 46 nominasi matabudaya takbenda dari 31 negara di antaranya angklung Indonesia.

"Dengan demikian, Unesco telah menetapkan wayang, keris, batik, dan terbaru angklung Indonesia sebagai intangible cultural heritage of humanity," katanya.

Unesco menilai angklung Indonesia memenuhi kriteria sebagai warisan budaya takbenda dunia antara lain karena angklung merupakan seni musik yang mengandung nilai-nilai dasar kerja sama, saling menghormati, dan keharmonisan sosial yang merupakan bagian utama identitas budaya masyarakat di Jawa Barat dan Banten.

Menteri Wacik menyatakan telah mengambil langkah pelestarian angklung dengan bekerja sama menyeluruh antara pemerintah, seniman, dan masyarakat.

Dengan demikian diharapkan tercapai tujuan untuk mendorong tersebarnya pengetahuan angklung dalam konteks formal dan informal, diselenggarakannya lebih banyak pertunjukan kesenian angklung, dan berkembangnya kerajinan angklung, dan keberlanjutan tanaman bambu yang menjadi bahan baku angklung.

"Dalam sidang IGC-ICH Unesco pada 18 November 2010 juga telah menyepakati untuk memberikan akreditasi kepada Asosiasi Tradisi Lisan (Oral Tradition Association) Indonesia sebagai organisasi non-pemerintah," kata Menteri.

Dengan status itu, maka Asosiasi Tradisi Lisan dari Indonesia dapat berpartisipasi dalam menyusun rekomendasi apabila diminta oleh Komite, demikian Menbudpar Jero Wacik. (Ant/OL-3)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/11/23/183410/129/101/Cagar-Budaya-Lombok-Barat-Segera-Direnovasi

JAKARTA, — Buku mengenai KRI Dewa Ruci berjudul Sebuah Kisah Nyata Dewa Ruci, Pelayaran Pertama Menaklukkan Tujuh Samudra diluncurkan pada Jumat (19/11/2010) di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta Timur. Buku ini berisi mengenai perjalanan pertama KRI Dewa Ruci pada tahun 1964.

Dalam buku setebal 472 halaman ini, Cornelis Kowaas menuliskan pengalamannya berlayar bersama KRI Dewa Ruci. Pengalaman manis dan pahit dia tulis dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh berbagai kalangan.

Menurut Eddy Prastyono PhD, Wakil Dekan FISIP Universitas Indonesia, setidaknya ada tiga kekuatan yang dimiliki buku ini. Kekuatan pertama adalah teknik penulisan dan alur cerita yang sangat baik.

"Bagaimana Pak Kowaas menceritakan pengalaman unik secara sangat baik, misalnya saat salah satu kru kapal mendekati seorang wanita Mediterania. Kru ini minta berkunjung ke rumah si wanita, padahal di sana kalau pacaran di rumah itu artinya melamar," kata Eddy.

Kekuatan kedua buku ini adalah mengenai substansinya. Eddy menjelaskan bahwa ternyata kapal Dewa Ruci selalu mendapat sambutan yang luar biasa saat melakukan kunjungan ke negara lain. "Jadi, kunjungan kapal ke mana-mana itu merupakan diplomasi juga yang tidak kalah efektifnya dengan diplomasi resmi," ujarnya.

Adapun kekuatan ketiga dari buku ini, lanjut Eddy, adalah bagaimana Kowaas menunjukkan bahwa dengan pelayaran ke luar negeri, Indonesia menunjukkan eksistensi dan kebesaran negara.

"Saat ketemu kapal-kapal lain, ternyata berlayarnya suatu kapal itu merupakan simbol eksistensi bangsa. Kita menunjukkan bahwa kita bangsa yang besar," ujarnya.

Kowaas sendiri berharap, buku ini dapat mengingatkan masyarakat, terutama kaum muda, terhadap kebesaran Indonesia di bidang kelautan. "Dengan buku ini, saya berharap kita ingat bahwa kita itu bangsa maritim. Kebanggaan kita jangan pernah pudar akan hal itu," katanya.

Sumber : http://travel.kompas.com

Cagar Budaya Lombok Barat Segera Direnovasi

LOMBOK BARAT: Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Dinas Pekerjaan Umum segera melakukan renovasi cagar budaya di Kabupaten Lombok Barat.

"Kami dalam perencanaan 2011 mengajukan renovasi untuk kawasan Pura Lingsar dan Gerung sebagai ibu kota Kabupaten Lombok Barat," kata Kepala Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Provinsi NTB Ananto di Giri Menang, Selasa (23/11).

Ananto yang ditemui saat ekspose program tersebut mengatakan pada 2011 DPU NTB mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp750 juta dari Kementerian Pekerjaan Umum.

Dana tersebut rencananya akan dibagi menjadi dua kegitan, yakni Rp500 juta untuk perencanaan renovasi Pura Lingsar termasuk jalan dan fasilitas pendukung lainnya.

"Sedangkan yang Rp250 juta akan dipergunakan untuk perencanaan pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) dan lahan parkir di kawasan Gerung," katanya.

Ia menjelaskan, dana sebesar Rp750 juta tersebut merupakan dana tahap awal khusus untuk perencanaan, sedangkan pembangunan fisiknya akan dianggarkan secara bertahap mulai 2012 dan direncanakan berjalan hingga tiga tahun ke depan.

"Program ini bertujuan untuk menjaga, dan melestarikan cagar budaya yang ada di masing-masing kabupaten/kota di NTB, tanpa merusak bangunan asli," katanya.

Menurut Ananto, sebelumnya program renovasi cagar budaya di Kabupaten Lombok Barat sudah dilakukan terhadap Taman Narmada yang merupakan peninggalan Kerajaan Karang Asem yang berjalan selama empat tahun.

"Sementara program yang sedang berjalan saat ini adalah renovasi Taman Suranadi yang pada tahun 2011 akan mulai pembangunan fisik dengan dana Rp1,4 miliar," katanya.

Ia menambahkan, dalam setiap pelaksanaan program renovasi cagar budaya ini, pihaknya tetap melakukan koordinasi dengan Badan Purbakala agar tidak menyalahi aturan. (Ant/OL-3)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com

Lampung Arts Festival Siap Digelar

JAKARTA, - Dewan Kesenian Lampung memastikan menggelar Lampung Arts Festival (LAF) pada 23-28 November mendatang. Kegiatan pentas seni seperti lomba baca puisi bahasa Lampung, pameran peserta lomba foto, lomba mewarnai, serta pergelaran seni dan cangget bakha dilangsungkan di Taman Budaya Lampung.

Selain itu, kegiatan penunjang LAF adalah seminar dan silaturahmi Dewan Kesenian (DK) provinsi se Indonesia. Kegiatan tersebut, dipusatkan di Hotel Arinas, Jalan Radin Inten Bandar Lampung, 24-26 Nobember 2010.
Demikian dikatakan Ketua Umum Dewan Kesenian Lampung Syafariah Widianti dan Ketua Harian Syaiful Irba Tanpaka, Senin (15/11/2010).

"LAF 2010 merupakan program unggulan DKL. Karena itu tak bisa ditunda lagi. Apalagi ini adalah program akhir dari kepengurusan DKL sekarang. Sebab sebentar lagi DKL akan melaksanakan musyawarah daerah untuk memilih pengurus baru," jelas Syafariah Widianti.

Dia menjelaskan, selain gelar dan lomba seni LAF 2010 itu akan diisi dengan seminar tentang peran Dewan Kesenian (DK). Pada seminar ini, sejumlah pengurus DK provinsi se Indonesia dan DK kota/kabupaten se-Lampung akan berpartisipasi aktif.

Syaiful Irba Tanpaka mengatakan, seminar DK itu menghadirkan Taufik Abdullah (sejarawan/budayawan) dan Firman Ikhsan (Ketua DKJ). Kedua pembicara dalam sesi Pidato Kebudayaan tersebut, akan memaparkan peran dan fungsi DK bagi perkembangan dan kebangkitan kesenian. Setelah itu silaturahim DK, yaitu pertemuan seluruh pengurus DK provinsi se-Indonesia. "Acara ini untuk menggagas kemungkinan dibentuknya Dewan Kesenian Indonesia," kata Syaiful.

Menurut Syaiful, silaturahim DK provinsi se-Indonesia di Lampung ini berbeda dengan Kongres Dewan Kesenian se-Indonesia yang dituju DKJ di Papua beberapa tahun silam. "Kami hanya melempar wacana tentang kemungkinan terbentuknya DKI. Adanya DKI kelaknya sebagai katalisator presiden terhadap DK di provinsi atau kabupaten/kota," tambah Syaiful.

Pada silaturahim DK , DKL akan mengundang tiga pengurus DK di luar Lampung untuk memaparkan lika-liku perjalanan DK, serta peluang terbentuknya DK Indonesia. "Diharapkan dari silaturahmi ini ada rekomendasi untuk pemerintah, tentang pentingnya payung hukum bagi DK. Sebab selama ini DK hanya memiliki Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmenda gri) Nomor 5 tahun 1993," ujar Syaiful.

Menyinggung pergelaran seni, Sekretaris Umum DKL Hary Jayaningrat mengaku sudah dipersiapkan. "Terutama untuk seniman yang akan tampil dan cangget bakha," katanya. Selain itu, para tamu yang bakal diundang juga sudah terdata.

Ada pun jadwal pergelaran seni, terang Hary, dari 23-30 pameran foto peserta lomba foto bertema transformasi di Ruang Pameran Taman Budaya Lampung (TBL). Kemudian pentas seni dan cangget bakha pada Kamis (25/11/2010) malam, lomba baca puisi bahasa Lampung dilaksanakan pada Sabtu (27/11/2010), dan lomba mewarnai pada Minggu (28/11/2010).

Sumber : http://oase.kompas.com

Presiden Akan Lakukan "Vote Komodo" pada HPN

Kupang - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan melakukan "vote komodo" atau memberikan suara untuk mendukung Komodo pada puncak peringatan Hari Pers Nasional di Kupang, Nusa Tenggara Timur, 9 Februari 2011.

Pemberian suara untuk mendukung binatang langka komodo itu akan berarti bagi perjuangan seluruh rakyat negeri ini menjadikan komodo sebagai salah satu tujuh keajaiban dunia, kata Gubernur NTT Frans Lebu Raya di Kupang, Jumat.

"Kami sudah berkoordinasi dengan panitia nasional dan rencananya Presiden akan memberikan suara untuk komodo pada puncak HPN. Saya minta supaya disiapkan secara baik," katanya pada rapat persiapan pelaksanaan HPN.

Gubernur mengakui posisi komodo selalu fluktuatif, tetapi semua harus memiliki keyakinan bahwa komodo akan lolos menjadi salah satu keajaiban dunia karena biawak raksasa itu hanya ada di NTT.

Kalaupun komodo tidak bisa lolos menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia, kata Lebu Raya, NTT tetap kebanjiran wisatawan dari berbagai belahan dunia karena nama komodo sudah mendunia.

"Memang posisi komodo selalu fluktuatif. Kadang berada pada peringat lima, empat tetapi belum pernah berada pada peringkat satu, tetapi kita harus yakin bahwa komodo pasti masuk dan terpilih menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia," katanya.

Dia juga yakin, jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan suara maka akan diikuti oleh seluruh anak bangsa di negeri ini, paling tidak, seluruh peserta HPN akan ikut memberikan suara untuk komodo.

Gubernur menambahkan pihaknya terus menggalakkan promosi untuk mencari dukungan agar komodo (varanus comodoensis) bisa lolos dan masuk dalam daftar tujuh keajaiban dunia.

"Posisi komodo memang selalu fluktuatif tetapi dengan kerja keras dan dukungan dari semua pihak di Tanah Air maupun di luar negeri, kami yakni komodo akan lolos menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia," katanya.

Dia mengatakan Pemerintah NTT terus meminta dukungan dari semua pihak sejak komodo diumumkan pada 21 Juli 2009 melalui situs New7 Wonders Foundation, agar makluk purba terakhir di muka bumi ini masuk sebagai salah satu finalis dari 28 finalis setelah menyisihkan sekitar 440 nominasi dari 220 negara.

Karena itu, pemerintah dan rakyat NTT optimistis komodo akan lolos dan masuk menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia karena komodo yang diyakini sebagai makluk purba terakhir di muka bumi ini hanya ada di bumi NTT, katanya. (T.B017/N002/R009)

Sumber : http://www.antaranews.com

Ribuan Pelajar Bandung Mainkan Angklung

Bandung: Kesenian angklung dikukuhkn sebagai warisan budaya Indonesia oleh Badan Dunia untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya UNESCO pada 18 November 2010. Warga Jawa Barat selayaknya berbangga karena alat musik yang terbuat dari bambu ini berasal dari daerah mereka.

Ekspresi kebanggaan itu antara lain ditunjukkan 2010 pelajar, mulai dari murid sekolah taman Kanak-kanak hingga mahasiswa se-Bandung Raya, Jumat (19/11). Mereka memainkan angklung secara massal pada acara pembukaan Monju West Java World Music Festival yang akan digelar selama dua hari di Monumen Perjuangan Rakyat Jabar di Kota Bandung.

Para pelajar itu membawakan sejumlah lagu secara medley, di antaranya lagu Dangdut is the Music of My Country yang dipopulerkan oleh Project Pop. Lagu ini kemudian diubah menjadi Angklung is the Music of My Country.

Rasa bangga pun ditunjukkan para pengajar sebuah taman kanak-kanak di Bandung. Mereka sengaja mengajarkan anak didiknya yang masih berusia dini untuk ikut memainkan alat musik yang terbuat dari bambu itu secara massal.

Setelah angklung dikukuhkan UNESCO menyusul batik yang telah dikukuhkan terlebih dahulu. Kini tinggal kita yang harus menjaga serta terus melestarikan seni budaya bangsa yang kini sudah diakui sebagai warisan budaya dunia.(ADO)

Sumber : http://berita.liputan6.com

Tradisi Lisan Jadi Bahan Ajar

Rata PenuhPangkal Pinang, Babel - Kementerian Pendidikan Nasional berjanji menjadikan tradisi lisan sebagai salah satu bahan ajar untuk pengembangan karakter bangsa. Kearifan lokal dalam tradisi lisan diyakini bisa kembali menyadarkan pentingnya kehidupan multikultural.

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal saat membuka Seminar Internasional Tradisi Lisan VII di Pangkal Pinang, Sabtu (20/11), menjanjikan, Kementerian Pendidikan Nasional akan menjadikan tradisi lisan Nusantara sebagai salah satu bahan ajar. Lembaga Peningkatan Mutu Pendidikan di bawah Kementerian Pendidikan Nasional akan dilibatkan untuk menggagas kompetensi guru dan tenaga pendidik yang dibekali pengetahuan soal tradisi lisan lokal.

”Guru jadi punya pintu masuk yang relevan bagi pengembangan karakter bangsa,” ujarnya. Saat ini Kementerian Pendidikan Nasional bekerja sama dengan Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) memberi beasiswa program master dan doktoral di luar dan dalam negeri bagi mereka yang tertarik melakukan kajian tradisi lisan.

Dia mengakui pentingnya tradisi lisan sebagai salah satu stimulus bagi pengembangan pendidikan anak usia dini. Tradisi lisan membantu anak didik, terutama di usia dini, mengembangkan mimpi dan karakter mereka saat dewasa.

Menurut dia, karakter bangsa Indonesia sebagai bangsa yang multikultur dan menghargai keharmonisan mestinya bisa dibentuk sejak awal jika tradisi lisan tetap hidup dan menjadi stimulus setiap anak didik.

”Anak ketika lahir sudah diberkati Tuhan dengan 100 miliar sel otak. Saya membayangkan tradisi lisan yang sudah embedded dalam kultur bangsa ini bisa menjadi stimulus bagi pengembangan sel-sel otak anak. Kalau sel-sel otak ini distimulasi dengan kekayaan dalam tradisi lisan Nusantara, mereka tidak akan mati, dan menyelamatkan anak Indonesia dari kebodohan,” papar Fasli.

Disharmoni
Ketua ATL Pudentia Maria Purenti Sri Sunarti mengakui, disharmonisasi masyarakat multikultural di Indonesia akhir-akhir ini sebenarnya akibat dari mulai hilangnya tradisi lokal. Pudentia mengatakan, tradisi lisan yang hidup di masyarakat sejak lama, seperti Pela Gandong di Maluku, sebenarnya mengajarkan harmonisasi dalam kehidupan masyarakat majemuk. Namun, hilangnya tradisi lisan di banyak tempat membuat disharmonisasi dalam masyarakat majemuk di Indonesia mudah terjadi.

Guru Besar Tamu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dick van Der Meij yang menjadi salah satu pembicara mengungkapkan, proyek revitalisasi tradisi lisan tak boleh kaku jika menyangkut pelibatan anak didik. Dia mencontohkan, tradisi lisan tak harus dipertahankan dalam bentuk bahasa asal atau bahasa Indonesia yang baku dalam pengajarannya. ”Tetapi harus juga menggunakan bahasa anak muda atau bahasa gaul mereka agar pesan penting tradisi lisan bisa tersampaikan,” katanya.

Kemiskinan jadi ancaman
Sementara itu pada seminar serupa di hari Minggu (21/11), Carmen Padilla dari Program Intangible Cultural Heritage Forum Unesco mengungkapkan, seniman tradisi di Indonesia banyak hidup dalam kemiskinan, sementara perhatian pemerintah terhadap mereka masih sangat minim. Akibatnya, karena seni tradisi tak bisa lagi menghidupi senimannya, proses kepunahan terus terjadi.

Upaya revitalisasi seni tradisi dinilai tak hanya cukup dengan memberikan penghargaan maestro terhadap seniman. Dia mencontohkan, di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin, budaya adalah mata pencarian yang sangat penting.

”Jika masyarakat dapat menghidupi dirinya dari bentuk seni tradisi mereka, maka budaya mendapat posisi penting dalam masyarakat. Seniman harus bisa bertahan untuk membuat seni tradisi tetap lestari. Jika komunitas seniman bisa hidup dari bentuk seni yang mereka pertunjukkan, secara otomatis seni tradisi juga tetap hidup,” kata Padilla.

Menurut Padilla, Unesco sebenarnya cukup memberi perhatian bagi inisiatif masyarakat sipil mendorong komunitas seniman, menjadikan seni tradisi sebagai bagian dari mata pencarian mereka, seperti di Bengal Barat, India. Sementara pemerintah pusat dan daerah di sisi lain kurang bisa diharapkan mendorong seni tradisi sebagai mata pencarian yang layak bagi seniman lokal, seperti kasus di Provinsi Bangka Belitung. (BIL)

Sumber: http://cetak.kompas.com

Tengkuluk di Festival Melayu Jambi

Jambi – Masalah seni dan budaya mendapat perhatian khusus Gubernur Jambi Hasan Basri Agus (HBA). Salah satu tolok ukur kemajuan provinsi, menurut HBA, juga harus diikuti dengan kemajuan seni budayanya. “Karena itu saya sangat mendukung rencana Unja membentuk Fakultas Sastra,” ujar HBA saat membuka acara Festival Tradisional Melayu Jambi di Taman Budaya Jambi (TBJ), kemarin (22/11).

Dalam festival kemarin, diadakan berbagai kegiatan. Di antaranya lomba mendongeng atau bertutur yang dalam bahasa Jambi disebut kunun. Lainnya, teater tradisi yang menampilkan sejumlah ibu yang mengenakan tengkuluk, berkerudung, dan lainnya. Ada juga lagu daerah Jambi.

Penonton yang memadati ruangan gedung utama TBJ dibuat terpesona dengan keindahan budaya melayu Jambi. Sejumlah tari-tarian yang disuguhkan benar-benar menghipnotis penonton. Dalam kesempatan tersebut juga dipertunjukkan Tarian Merajut Kasih yang dipersembahkan Kelompok Tari Kajanglako di bawah binaan Lili Abdurrahman Sayoeti. “Dengan adanya festival seperti ini, maka diharapkan generasi penerus Jambi mengerti dan mengenali seperti apa budaya melayu Jambi itu sebenarnya. Saya berterima kasih kepada Unja sebagai penyelenggara acara ini,” ujar HBA.

Festival juga membuka stan makanan tradisional Jambi. Salah satunya, aneka dodol khas Kerinci. Kelompok Usaha Bersama (KUB) Jaya Bersama juga menghadirkan makanan ringan kreasi baru. Yakni, Rempeyek Aneka Dedaunan seperti keripik daun sirih dan daun melinjo serta daun ubi.

Evi Marlina, Direktur Art Davici yang juga mahasiswa Unja memanfaatkan momen ini untuk memamerkan kerajinan Suku Anak Dalam (SAD).

HBA dan rombongan menyempatkan diri mengunjungi stan yang ada dan membeli beberapa buah tangan khas Jambi yang dipamerkan dalam pameran tersebut. “Ini menunjukkan kreativitas yang tinggi, minat dalam berkreasi yang luar biasa,” ujarnya.

HBA menambahkan peminat ilmu seni dan sastra sangat banyak. Ini terlihat dari banyaknya anak-anak Jambi yang menuntut ilmu seni ke Fakultas Sastra di luar Jambi. “Saya menerima laporan bahwa tidak kurang dari 68 orang anak Jambi menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Sastra (STIS) di Padang Panjang. Jadi mengapa mereka tidak kita tampung di Jambi dengan mendirikan Fakultas Sastra,” jelas HBA, lagi.

Dukungan serupa juga diberikan HBA terhadap Unbari yang juga memiliki wacana untuk mendirikan Fakultas Sastra. “Saya sudah bertemu dengan Rektor Unbari dan saya mendorong rencana tersebut,” ujar HBA.

Dengan memiliki ilmu dan keterampilan di bidang seni dan sastra, HBA mengharapkan agar masyarakat Jambi dapat membuka lapangan pekerjaan sendiri. Artinya mereka tidak mengandalkan lapangan pekerjaan yang ada dan hanya mengandalkan menjadi tenaga kerja. Tetapi dapat membuka usaha sendiri dengan keterampilan dan ilmu yang mereka miliki.

Sementara itu, Rektor Unja, Kemas Arsyad Shomad mengatakan, akan melihat dulu sejauh mana minat masyarakat terhadap ilmu seni dan sastra. “Kalau memang besar, kita akan coba ajukan ke Dikti karena saat ini sudah banyak prodi yang kita punya,” ujarnya.(tya)

Sumber : http://www.jambi-independent.co.id

Kain Tenun Mekongga Tampil di Malaysia

KOLAKA, SULTRA, --Kain tenun tradisional Mekongga asal Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara akan ditampilkan pada Sulawesi Expo 2010 di Serdang Malaysia, 26-29 Desember 2010.

Kepala Bagian Ekonomi Setda Kolaka, Asmani Arif di Kolaka, Senin, mengatakan, selain menampilkan kain tenun khas adat Mekongga juga akan ditampilkan berbagai kerajinan tangan buatan warga kolaka.

"Kami juga akan penampilkan berbagai kerajinan serta potensi alam dan pertanian Kolaka pada acara Sulawesi expo tersebut karena dari 11 Kabupaten se-sultra yang ikut hanya Kolaka yang diberikan stand khusus, "katanya.

Pameran yang berlangsung empat hari itu, menurut Asmani Arif selain menampilkan potensi daerah, juga akan ada pertemuan dengan Perdana Menteri Malaysia.

Selain agenda pameran tersebut, juga berlangsung jamuan makan malam bersama dengan PM Malaysia Najib Tun Abdul Razak, ungkapnya.

Di samping itu, kata Asmani Arif, juga akan digelar pertemuan Investor Agribisnis Malaysia yang akan di hadiri peserta dari 30 negara yang ditandai penandatanganan MoU se-Sulawesi dengan Investor Malaysia.

Sumber : http://oase.kompas.com

Sang Pemimpi Jadi Film Terbaik di Festival Madrid

London, "Sang Pemimpi" yang merupakan sekuel dari film Laskar Pelangi meraih penghargaan sebagai Film Terbaik Kategori Remaja dalam Festival Film Anak dan Remaja Internasional (Festival Internacional de Cine para la Infancia y la Juventud / FICI) yang diadakan di Madrid.

Penghargaan diserahkan pada acara penutupan festival yang diterima aktor Lukman Sardi yang hadir dalam festival tersebut sebagai undangan, beserta Salman Aristo, penulis naskah Sang Pemimpi, ujar Sekretaris III KBRI Madrid, Krisnawati Desi Purnawestri dalam keterangannya kepada Antara London, Selasa.

Dikatakannya pada pemutaran film Sang Pemimpi, masyarakat Indonesia yang ada di Madrid juga banyak yang menonton termasuk Dubes Adiyatwidi Adiwoso Asmady bersama staf KBRI di Madrid.

Selain film Sang Pemimpi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol, "El So-ador" film berjudul Jermal hasil karya sutradara Ravi Bharwani juga menjadi wakil Indonesia dalam festival tersebut.

Film Sang Pemimpi dilombakan dalam kategori film remaja, bersaing dengan film-film lain dari Amerika Serikat, Perancis, Rusia, dan Turki, sedangkan Jermal merupakan film undangan yang tidak dilombakan.

Pada festival ini masyarakat umum di Madrid dapat menonton film-film ber-genre anak dan remaja dari lebih 15 negara di seluruh dunia yang diputar di Bioskop Dream, Palacio de Hielo Madrid, secara gratis.

Sistem penjurian sendiri dilakukan oleh panel terdiri dari empat orang yang berasal dari kalangan perfilman Spanyol, yaitu Angeles Perez Chica, Jose Diaz de Espada y Galan, Oscar Peyrou, dan Carlos Cespedes, serta didukung angket yang diisi oleh para penonton yang berasal dari berbagai tingkat usia.

Kedua film Indonesia tersebut masing-masing diputar dua kali selama festival, dengan penonton berjumlah sekitar 300 untuk setiap filmnya. Pada hari terakhir pemutaran film Indonesia, ditampilkan pula kesenian angklung secara interaktif oleh masyarakat Indonesia di Madrid.

Dari jumlah penonton yang hadir menunjukkan apresiasi masyarakat Spanyol terhadap film-film Indonesia cukup tinggi.

Hal ini tidak mengherankan mengingat ini adalah partisipasi Indonesia yang ketiga kalinya dalam festival ini.

Pada tahun 2008 film Garasi mewakili Indonesia, sedangkan pada tahun 2009 film Laskar Pelangi juga dilombakan dalam kategori film anak-anak.

Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol, Adiyatwidi Adiwoso Asmady mengatakan perolehan penghargaan ini menjadi peluang untuk memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Spanyol melalui film-film Indonesia.

Industri perfilman Indonesia yang semakin maju dengan teknik dan jenis yang semakin beragam akan dapat menjadi sarana "soft power diplomacy" untuk lebih membuka wawasan dunia internasional tentang Indonesia dan potensi yang dimiliki, ujarnya

Diharapkannya akan lebih banyak film Indonesia yang mengikuti festival-festival film internasional, tidak hanya yang bergenre anak dan remaja, akan tetapi yang juga ditujukan untuk semua kalangan. (Ant)

Sumber : http://sosialbudaya.tvone.co.id

Tembang Gamelan Mengalun Merdu di Katedral Carlisle

London - Tembang Gamelan Jawa mengalun merdu di Katedral Carlisle, di bangunan megah pada tahun 1123 M, terasa semakin sakral dengan alunan gamelan yang memukau 300 pengunjung yang menyaksikan pertunjukkan malam itu.

Pertunjukan gamelan tersebut, merupakan acara utama "An Indonesian Evening" yang dimotori Cumbria Inter-faith Forum (CIF), suatu wadah komunikasi antar umat beragama di Cumbria, wilayah di bagian utara England, satu dari empat region yang membentuk United Kingdom of Great Britain, ujar Sekretaris Satu KBRI London Novan Ivanhoe Saleh kepada Antara London, Rabu.

Pertunjukan gamelan mengawali National Interfaith Week yang bertujuan untuk meningkatkan profil dialog antar agama di berbagai kelompok masyarakat guna mendorong kerukunan antar umat beragama di Inggris.

KBRI London, juga aktif berpartisipasi dan mendukung penuh acara malam ini, antara lain dengan memamerkan barang-barang kerajinan khas Indonesia dan pakaian adat Indonesia serta brosur-brosur tujuan wisata di Indonesia.

Pada kesempatan tersebut, wakil KBRI London juga telah menyampaikan apresiasi yang sangat mendalam atas inisiatif warga setempat dalam meningkatkan pemahaman dan dialog antar berbagai kelompok agama, khususnya di Cumbria.

Menurut Novan Invanoe, Indonesia dipakai sebagai tema utama yang mengawali rangkaian kegiatan inter-faith selama satu minggu, khususnya di Cumbria , berdasarkan pada pemikiran Indonesia satu-satu negara di dunia yang mencantumkan harmoni antar umat beragama di dalam konsititusinya.

Selain pertunjukan gamelan, dibacakan juga ayat-ayat dari tujuh agama/aliran kepercayaan, yang menunjukan bahwa setiap agama/aliran kepercayaan memiliki prinsip dasar yang sama serta mendorong kerukunan kehidupan antar agama.

Ayat-ayat tersebut dibacakan oleh wakil dari agama/aliran kepercayaan di Cumbria , yaitu Islam, Nasrani, Yahudi (Judaism), Hindu, Budha, Sikh dan Baha'i.

Forum dialog antar umat agama di Cumbria didirikan atas respon terhadap peledakan bom di London pada tahun 2005, yang diharapkan dapat menjadi sarana dalam membangun dialog dan jaringan kerjasama antar agama serta sebagai forum komunikasi antar kelompok agama di Cumbria.

Panitia juga berhasil mengumpulkan sumbangan sebesar 640 Pounsterling dari para pengunjung yang akan diberikan kepada korban bencana alam Tsunami di Mentawai dan Gunung Merapi yang akan disalurkan melalui KBRI London. (ZG/K004)

Sumber : http://www.antaranews.com

Tradisi Lisan Bisa Jadi Mediasi Konflik

Pangkal Pinang, Babel - Tradisi lisan di Nusantara ternyata sangat banyak yang bisa dijadikan mediasi dan transformasi konflik dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia. Pengelolaan tradisi lisan yang baik diyakini bisa menjamin keharmonisan kehidupan berbangsa di Indonesia.

Salah satu rumusan Seminar Internasional Tradisi Lisan VII yang digelar di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, 20-22 November, mencatat berbagai bentuk tradisi lisan di Nusantara sesungguhnya memiliki kandungan kebijaksanaan lokal tentang bagaimana cara memediasi konflik di antara kelompok masyarakat.

”Tradisi lisan, seperti pidato Pasambahan di Sumatera Barat, menjadi contoh bagaimana konflik di antara kelompok masyarakat sesungguhnya dapat diubah dan disesuaikan menjadi kemampuan berbahasa yang diwakili setiap kelompok tersebut. Belum lagi jika bicara soal tradisi Pela Gandong di Maluku,” ujar Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Pudentia Maria Purenti Sri Sunarti di Pangkal Pinang, Senin (22/11).

Kekayaan tradisi lisan Nusantara yang dapat dijadikan mediasi konflik diakui oleh ahli perbandingan Sastra Indonesia dan Malaysia dari Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang, Malaysia, Muhammad Haji Salleh. ”Seharusnya ada proyek besar untuk mengumpulkan tradisi lisan yang bisa menjadi resolusi konflik di Indonesia ini,” katanya.

Menurut Pudentia, sayangnya banyak hal secara sistematis justru membuat tradisi lisan—yang bisa menjadi mediasi dan transformasi konflik—semakin menghilang dari kebudayaan masyarakat Indonesia. Dia mencontohkan kebijakan pemerintah soal penggunaan bahasa Indonesia yang justru membuat bahasa daerah semakin hilang.

”Ada rencana balai bahasa hanya membina bahasa daerah yang memiliki penutur minimal satu juta orang. Ini kan justru menimbulkan hegemoni bahasa Indonesia yang malah membuat bahasa daerah semakin hilang,” katanya.

Di sisi lain, pemerintah tak memperlakukan tradisi lisan yang bisa dijadikan mediasi konflik tersebut dengan benar. Ketua Badan Pekerja Kongres Kebudayaan Indonesia Mukhlis PaEni menuturkan, tradisi Pela Gandong diperlakukan secara keliru ketika digunakan mendamaikan konflik di Ambon.

”Pemerintah yang menunjuk orang-orang yang dianggap sebagai tokoh untuk datang dalam upacara adat. Sementara masyarakat menganggap mereka bukan tokoh pilihannya. Masyarakat pun menilai, tak ada wakil mereka dalam upacara adat itu,” ungkap Mukhlis yang juga mantan Direktur Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film Kementerian Pendidikan Nasional ini.

Sumber: http://cetak.kompas.com

Sastra Lisan Moronene Terancam Punah

KENDARI - Sastra lisan bahasa Moronene Kabaena, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), kini terancam punah akibat tidak adanya generasi penerus yang berminat mempelajari sastra tersebut.

"Akibat pergeseran zaman, menyebabkan generasi mudah tidak tertarik lagi mempelajari asatra lisan Moronene Kabaena," kata salah seorang mahasiswa pasca sarjana Universitas Gajah Mada (UGM) yang sedang meneliti Sastra Lisan Etnis Moronene, Azramal, di Kendari, Kamis.

Sastra lisan yang sudah terancam punah itu kata dia antara lain, Kada (syair kepahlawanan), Ohoohi (syair penyambutan tamu), Tumburi`ow (dongeng) dan ka`oliwi (amanah leluhur).

Sastra lisan yang hampir punah tersebut, lanjut Azramal, memiliki nilai-nilai dan fungsi tersendiri dalam kehidupan masyarakat pendukung khususnya dan umumnya bangsa Indonesia dalam konteks keanekaragaman budaya.

"Nilai dan fungsi yang terkandung dalam sastra lisan tersebut seperti cerita tentang asal-usul suku Moronene, membangkitkan semangat kepahlawanan dan gairah kegotongroyongan," katanya.

Sastra Kada tutur Azramal, sampai saat ini belum ada yang menulisnya dalam bentuk karya ilmiah secara tuntas.

Itu sebabnya kata dia, dirinya tertarik meneliti Sastra tersebut, dan akan menjelaskan tentang kedudukan sastra lisan tersebut ditinjau dari teks, formulasi dan fungsi.

Sementara itu, tokoh adat dan budaya Kabaena, Abdul Madjid Ege, mengatakan, penutur sastra lisan Bahasa Moronene Kabaena seperti Kada dan ohoohi, tinggal hitungan jari dan rata-rata telah berusia di atas 65 tahun.

"Maka dari itu kita berharap ada generasi muda yang mau mempelajari sastra lisan tersebut guna melestarikan budaya daerah dan memperkaya khasanah budaya bangsa," katanya.

Sumber : http://www.sripoku.com

Sabtu, 27 November 2010

Kuatkan Budaya Lokal Dipamerkan 50 Masterpiece Manik-manik

PONTIANAK – Pameran regional bertajuk ‘Pesona Manik-manik Borneo’ resmi digelar pada Senin (22/11) di Museum Negeri Kalimantan Barat. Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya membuka pameran yang memajang 50 masterpiece manik-manik paling bersejarah di tanah Borneo. Christiandy mengatakan, pameran ini sebagai bentuk memanfaatkan koleksi budaya yang menjadi implementasi konkret dari penjabaran visi Pemprov Kalbar. “Ini juga usaha bersama untuk melestarikan budaya demi kesejahteraan masyarakat,” kata Christiandy di Pontianak, kemarin. Ia menambahkan, kelestarian budaya nasional dimunculkan dari budaya lokal. “Jika budaya lokalnya kuat, maka budaya nasional ikut kuat.”

Menurut Wagub, pameran ini sekaligus ajang pembelajaran untuk mengenalkan budaya lokal kepada masyarakat. Hal ini sebagai upaya menarik wisatawan agar berkunjung. “Tidak mudah merangkai sebuah karya manik-manik. Memerlukan waktu yang panjang, namun bisa menghasilkan karya seni yang sangat indah,” katanya. Budaya, kata dia, harus dibangun secara serius. Generasi dulu telah mewariskan budaya yang sangat bernilai. Orang sekarang harus mempelajari sisi positif dari karya seni itu. “Kami berharap tumbuh kesadaran pentingnya museum sebagai tempat penyimpanan koleksi karya seni budaya yang bersejarah, tempat pembelajaran sekaligus tempat wisata,” katanya.

Menurut Kepala UPT Museum Negeri Kalbar Daud Dagel, pameran diikuti Museum Negeri Kalbar, Museum Mulawarman Kaltim, Museum Lambung Mangkurat Kalsel, Museum Balanga Kalteng, dan Muzium Tun Abdul Razak Kuching, Sarawak. Hadir juga Museum Olahraga Nasional Taman Mini Indonesia Indah. Masing-masing akan memamerkan sepuluh masterpiece karya manik-maniknya. Beberapa jenis manik-manik yang akan dipamerkan terdiri atas manik-manik yang berfungsi mas kawin, pakaian pengantin, pakaian penari dalam upacara penyambutan tamu, perhiasan, jimat atau penolak bala, perlengkapan dalam pengobatan, penghias benda tertentu, sarana dalam religi, alat tukar, hingga bekal kubur. Untuk Kalbar, akan menonjolkan manik-manik upacara kematian milik suku Dayak Taman Kapuas di Kapuas Hulu, yang usianya diperkirakan telah lebih dari seratus tahun.

“Manik-manik itu berfungsi sebagai multisimbol. Ia tidak lagi hanya untuk kelengkapan adat, tapi sudah termodifikasi menjadi karya seni bernilai. Pameran ini ingin mengenalkan koleksi budaya yang sudah lama dikenal secara parsial,” kata Daud di Pontianak, kemarin. Selain pameran, pihaknya memberikan kesempatan kepada perajin manik-manik untuk memasarkan hasil karyanya. “Mereka bisa bertransaksi jual beli. Stan diberikan gratis, hasil penjualan dikembalikan kepada mereka,” kata Daud. Ia menambahkan, pameran itu sebagai wadah memperkenalkan bahan, bentuk, fungsi, dan kegunaan manik-manik dalam kehidupan masyarakat. “Ada keinginan mau meningkatkan apresiasi dan kreativitas masyarakat terhadap seni kerajinan manik-manik,” katanya. Pameran ini menjadi bagian dari upaya menjaring wisatawan terkait tahun kunjungan museum dan visit Kalbar year. Pihaknya menargetkan ada 15.000 pengunjung pada pameran tersebut. “Kami mengundang seluruh masyarakat untuk melihat langsung kekayaan seni budaya manik-manik,” katanya. (mnk)

Sumber : http://www.pontianakpost.com

Pulau Kabaena, Pusat Kerajaan Moronene

KENDARI, - Pulau Kabaena, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra) di masa lampau merupakan pusat Kerajaan Moronene, salah satu etnis di Sultra.

"Benteng Tawulagi, tempat pelantikan mokole (raja), merupakan bukti kuat bahwa Kabaena pernah menjadi pusat Kerajaan Moronene," kata tokoh budaya Kabaena, Abdul Majid Ege, di Kendari, Kamis (25/11/2010).

Menurut Madjid, ada beberapa benteng penunjang benteng utama Tawulaagi, yaitu Benteng Doule, Tontowatu, Mataewolangka dan Tuntuntari.

"Benteng Tawulagi merupakan tempat pelantikan mokole, mataewolangka tempat mengintai musuh dari arah selatan, Benteng Doule tempat mengintai dari arah barat dan utara dan dua benteng penunjang lainnya masing-masing tuntuntari dan tontowatu merupakan tempat mengintai dari arah timur," katanya.

Di wilayah daratan tenggara Sulawesi sebagai asal muasal etnis Moronene Kabaena, tidak ditemukan benteng seperti di Kabaena.

Itu membuktikan pusat Kerajaan Moronene memang di Kabaena, bukan di wilayah daratan. Di Benteng Tawulagi, kata Abdul Majid Ege, selain masih tampak batu besar dan agak tinggi tempat melantik Mokole, juga terdapat sebuah meriam besar. Dulu, kemungkinan besar untuk melawan penjajah Belanda maupun Tobelo.

"Tobelo merupakan sekelompok orang pada zaman dulu yang kerjanya sebagai perompak laut, bahkan tidak segan-segan merampas dan membunuh warga di daratan," katanya.

Menurut Abdul Madjid, benteng-benteng di Kabaena diperkirakan didirikan pada tahun 1600-an yang digunakan sebagai tempat persembunyian dan tempat bertahan dari para musuh.

Sumber : http://oase.kompas.com

Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Harus Jadi Prioritas

Rata PenuhJAKARTA--Revitalisasi bangunan cagar budaya seharusnya menjadi prioritas. Kepala Dinas Pariwisata, Arie Budhiman, mengharapkan pada APBD 2011 ada keberpihakan secara jelas untuk mulai memperhatikan bangunan cagar budaya yang ada di Jakarta.

Selama ini, sektor pariwisata ikut menyumbangkan pendapatan asli daerah (PAD). “Kenapa PAD yang kita berikan itu tidak dikembalikan saja untuk membangun dan mengelola kawasan pariwisata, termasuk bangunan cagar budaya,” cetusnya.

Untuk jangka menengah, pihaknya mengaku sudah menyusun dokumen perencanaan. Revitalisasi bangunan cagar budaya sebenarnya merupakan prioritas. “Kita akan fokus kepada kawasan Kota Tua yang akan dikembangkan,” katanya.

Namun, karena merupakan bangunan cagar budaya, Pemprov pun tidak bisa serta merta mengubah atau membangun kawasan tersebut. Ia mengakui kondisi Kota Tua masih jauh dari harapan terlebih untuk bisa menarik minat wisatawan lebih banyak. Padahal, kawasan ini sudah memiliki daya tarik tersendiri karena menyimpan nilai historis.

Menurutnya, jika tiga museum yang ada di Kota Tua beserta balai konservasinya betul-betul tampil secara prima, ia meyakini kualitas pengunjung akan meningkat. “Maka UPT Kota Tua dan museum di sinilah (Taman Fatahillah) yang paling bisa dijangkau untuk digerakkan untuk merawat dan mengoptimalkan potensi yang ada,” katanya.

Sumber : http://www.republika.co.id

Seniman Gagas Dewan Kesenian Indonesia

BANDARLAMPUNG, -Silaturahmi seniman dari 12 Dewan Kesenian (DK) tingkat provinsi di Lampung berupaya mewujudkan gagasan pembentukan Dewan Kesenian Indonesia dan penguatan landasan hukum dewan kesenian.

Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung, Syaiful Irba Tanpaka, di Bandarlampung, Rabu, mengatakan silaturahmi yang digagas Dewan Kesenian Lampung terkait dengan acara "Lampung Arts Festival" itu menggagas kembali ide yang pernah dilontarkan pada 2005 tersebut.

"Membentuk dewan kesenian Indonesia yang bermitra langsung dengan Presiden adalah penting untuk wadah perjuangan di tingkat pusat sekaligus menjembatani aspirasi dewan kesenian di daerah," kata dia.

Selain itu, dia melanjutkan, keberadaan Dewan Kesenian Indonesia juga dianggap penting untuk memfasilitasi dan sarana katalisasi lewat hubungan kerja antardewan kesenian secara produktif.

Selain itu, sejumlah masalah yang juga menjadi prioritas pembahasan dalam pertemuan tersebut adalah peningkatan peran dan fungsi dewan kesenian dengan cara peningkatan dasar hukum dewan kesenian dari Instruksi Mendagri Nomor 5A tahun 1993, menjadi Peraturan Presiden.

Silaturahmi dewan kesenian secara berkala hingga saat ini belum dapat diwujudkan.

Pertemuan masih dilakukan secara sporadis pada 1999 di Yogyakarta, dan baru kembali diadakan pada 2005 di Papua, yang sebelumnya juga diselenggarakan kongres kesenian Indonesia II di padepokan pencak silat TMII.

Wacana pembentukan Dewan Kesenian Indonesia pertama kali mengemuka pada 2008 oleh Dewan Kesenian Jakarta, yang dilanjutkan pada 2009 di Malang, Jawa Timur.

Silaturahmi dewan kesenian se-Indonesia yang diadakan di Lampung, diikuti oleh 12 provinsi, yaitu Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Lampung.

Acara itu diadakan berbarengan dengan "Lampung Arts Festival" yang diadakan oleh Dewan Kesenian Lampung.

Lampung Arts Festival akan diselenggarakan selama dua hari, 24 hingga 26 November 2010, di beberapa tempat di Bandarlampung, seperti Taman Budaya Lampung dan Hotel Arinas.

Lampung Arts Festival akan diisi dengan Lomba Foto, pameran foto, seminar fotografi, pentas seni dan cangget bakha, lomba baca puisi bahasa Lampung, dan Lomba mewarnai antar-TK.

Lampung Arts Festival akan dimeriahkan dengan pementasan kesenian dan "cangget bakha" pada Kamis (25/11) malam di Taman Budaya Lampung.

Diharapkan tamu dari DK Provinsi Se-Indonesia bisa menikmati sajian kesenian khas Lampung dan cangget bakha.

Kemudian, pameran foto peserta lomba foto bertema transformasi di Ruang Pameran TBL (25-30/11), lomba baca puisi bahasa Lampung, Sabtu (27.11), dan lomba mewarnai pada Minggu (28/11).

Sumber : http://oase.kompas.com

Pawai Budaya Festival Laskar Pelangi, Akses Jalan Ditutup

MANGGAR, — Pawai budaya dari rangkaian Festival Laskar Pelangi (FLP) 2010 di Desa Lenggang Kecamatan Gantung, akan berlangsung, Sabtu (27/11) besok sekitar pukul 14.00 WIB, yang diikuti sejumlah pelajar dari berbagai sekolah di Kecamatan Gantung.

Pawai akan dimulai dari halaman eks Wisma Ria II (MPB), melewati Jalan Dewi Sartika, Jalan Laskar Pelangi, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan H Thamrin (Pasar Gantung), Jalan Melati dan finish di Pasar Rakyat Laskar Pelangi.

Saat berlangsung pelaksanaan pawai budaya, akses jalan yang dilewati peserta pawai ditutup sementara. Sampai para peserta pawai menempuh garis finish. Sejumlah petugas dari kepolisian, LLAJR dan Satpol PP akan ditempatkan di beberapa titik ruas jalan untuk mengatur arus lalulintas.

“Jadi untuk akses jalan kita tutup sementara pada saat pawai budaya berlangsung. Untuk Jalan Jenderal Sudirman yang menghubungkan Gantung dengan Dendang, baru akan ditutup ketika peserta pawai mulai masuki persimpangan Jalan Jenderal Sudirman, dari arah Jalan Laskar Pelangi,” ungkap Direktur FLP 2010 Fachrur Rizal.

Ia mengatakan pada saat peserta pawai memasuki Jalan Jenderal Sudirman, Jalan H Thamrin akses jalam masuk ke Pasar Gantung dari arah Manggar juga ditutup. Untuk itu ia berharap bagi para pengunjung supaya datang lebih awal. Apalagi sejak Sabtu pagi rangkaian acara sudah dimulai, seperti peresmian sekolah Laskar Pelangi oleh Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faisal Zaini, penaburan benih ikan, penanaman pohon, mengunjungi rumah puisi Andrea Hirata. (bev)

Sumber : http://www.bangkapos.com

Gelar Roadshow FSBM

PUAK Melayu Kalimantan Barat bersiap menyambut even besar berkala yakni Festival Seni Budaya Melayu (FSBM) yang kini memasuki perhelatan keenam, 14-18 Desember 2010. Guna menyosialisasikan kegiatan itu, panitia menggelar roadshow ke seluruh kabupaten/kota di Kalbar.Menurut Ketua Panitia FSBM VI Awang Sofian Rozali, roadshow ini dilakukan sebagai upaya dari panitia melakukan silaturahmi ke seluruh pengurusan Majelis Adat Budaya Melayu di Kalbar sekaligus menyosialisasikan segala macam kegiatan yang akan meramaikan festival budaya terbesar di Kalbar ini.

“Roadshow yang dilakukan tersebut sebagai bentuk keseriusan panitia untuk mengajak setiap daerah berpartisipasi dan mempersiapkan kontingen mereka dalam festival tahunan ini. Selain itu kita juga menyosialisasikan berbagai macam kegiatan dan penjelasan teknis dari pembukaan hingga penutupan,” kata Awang.Dia mengatakan, seluruh daerah menyatakan siap berpartisipasi dalam even terbesar di Kalbar ini. “Seluruh daerah di Kalbar telah memastikan diri ikut meramaikan kegiatan ini. Bahkan, dari beberapa kabupaten/kota akan mengirimkan lebih 100 orang peserta,” ujarnya.Diperkirakan, akan ada 1.400-an peserta dari seluruh kontingen yang akan menghadiri festival ini. Belum lagi, perwakilan dari provinsi lain serta tamu dari luar negeri.

FSBM merupakan event tahunan yang di selenggarakan Majelis MABM Kalbar. Kegiatan kali ini mengangkat tema ‘Mencapai Cita dan Memperteguh Marwah. Menurut Awang, kegiatan salah satunya bertujuan untuk melestarikan seni budaya Melayu sebagai unsur penting kekuatan budaya nasional. Juga, sarana aktifitas masyarakat Melayu untuk akrab dengan kebudayaan milik sendiri sehingga tidak tercerabut akar budayanya. Festival ini, lanjut Awang, juga diharapkan bisa memperteguh marwah dan jati diri masyarakat Melayu dengan seni dan budaya, sarana harmonisasi masyarakat Melayu dan masyarakat non-Melayu baik lokal, nasional, dan manca negara, hiburan, dan membantu pemerintah daerah menjaga ketahanan yang berimbas kepada kualitas pengelolaan sumber daya manusia Kalbar. Beberapa kegiatan yang meramaikan festival ini berupa seminar, pameran, dan perlombaan dari beberapa tangkai kesenian Melayu. (zan) Awang Sofian Rozali

Sumber : http://www.pontianakpost.com

Zeby Gencar Kampanye Komodo di UEA

JAKARTA, - Zeby Febrina, pegiat Komodo beraksi di Uni Emirat Arab (UEA). Dengan gencar Zeby melakukan promosi mengenai Komodo serta terpilihnya Taman Nasional Komodo sebagai 7 Keajaiban Dunia Baru untuk kategori alam versi www.new7wonders.com. Promosi di UEA oleh Zeby ini berlangsung 10-18 November 2010.

"Yang dituju Uni Emirat Arab karena di sana sistem voting bisa melalui SMS, jadi targetnya bagus," jelas Zeby Selasa (23/11/2010) kepada Kompas.com. Proses voting bisa dilakukan melalui internet dengan mengunjungi www.new7wonders.com. Namun beberapa negara sudah menerapkan voting melalui SMS. Sayangnya di Indonesia, proses voting lewat SMS ini belum bisa dilakukan.

Menurut Zeby, promosi yang dilakukannya adalah dengan berkampanye di WNI yang menetap di UEA. Pada acara pengajian yang diselenggarakan KBRI Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UAE), Zeby sempat presentasi mengenai Pulau Komodo. Sementara itu saat Idul Adha, Zeby berkesempatan melakukan kampanye dan sekitar seribu orang Indonesia yang hadir langsung melakukan voting lewat SMS.

"Cara voting-nya sangat mudah, cukup ketik Komodo kirim ke 3888, lalu langsung dapat jawaban kalau sudah ikut vote," cerita Zeby. Biaya kirim SMS sebenarnya agak mahal, namun warga Indonesia malah antusias mengirim SMS sampai berkali-kali.

Selain promosi ke sesama warga Indonesia, Zeby juga mendatangi objek-objek wisata yang ada di UEA. Di sana, Zeby membawa patung Komodo yang menarik perhatian pengunjung. Dengan cara ini, Zeby berhasil memperkenalkan Komodo tidak hanya warga setempat tapi juga turis-turis manca negara.

Zeby sendiri tidak menyangka sambutan warga Indonesia maupun penduduk UEA sangat besar dalam memberi dukungan pada Komodo.

"Jujur, ini di luar ekpektasi dan merupakan promosi yang sangat efektif," kata Zeby. Zeby berharap di Indonesia akan segera bisa melakukan sistem voting melalui SMS sama halnya seperti di UEA.

Sementara itu, menurut Ratna Suranti, Kasubdit Promosi Elektronik Direktorat Sarana Promosi Depbudpar sekaligus salah satu Official Supporting Committee Komodo For New7wonders, sistem voting lewat SMS di Indonesia masih harus menunggu beberapa hal. Karena perlu adanya persetujuan antara pihak panitia New7wonders dengan provider telekomunikasi di Indonesia.

Dalam hal ini, pihak Kemenbudpar sifatnya hanya memfasilitasi di antara kedua pihak. Ratna mengatakan bahwa tidak hanya satu provider yang terlibat tapi akan ada beberapa provider. Saat ditanya kapan sistem ini akan mulai berjalan, Ratna menjawab bahwa seharusnya tidak akan lama lagi.

Ratna menaruh harapan besar pada sistem voting SMS ini. "Terus terang voting dari internet itu lama dan susah. Sementara handphone semua orang punya dan seperti di Uni Emirat Arab, cara voting SMS gampang sekali," jelas Ratna.

Pulau Komodo hingga saat ini bersaing ketat dengan nominator lainnya untuk memperebutkan posisi sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia kategori alam. Pengumuman pemenang akan diumumkan pada 11 November 2011. Siapapun bisa ikut memilih dengan mengunjungi www.new7wonders.com.

Sumber : http://travel.kompas.com

Nage, Kampung Cagar Budaya Ngada

BAJAWA, -- Kampung Tradisional Nage di Desa Dhariwali, Kecamatan Jerebu'u, Kabupaten Ngada ditetapkan sebagai obyek wisata budaya sejak tahun 1997.

Penetapan Nage sebagai obyek wisata budaya dilakukan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata melalui Kepala Balai Arkeologi Bali yang membawahi wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kepada FloresStar di Kampung Nage, Sabtu (20/11/2010) siang, Kepala Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika (PPKI) Kabupaten Ngada, Drs. Antonius Ngadja Leza, dan Kabid Pariwisata, Thodis Reo Maghi mengatakan, Kampun Tradisional Nage ditetapkan sebagai situs benda cagar budaya dan kampung megalit pada tahun 1997 silam.

"Karena keunikan dan keaslian budaya yang terus dipelihara dan
diwariskan secara turun temurun, sehingga kampung tersebut ditetapkan sebagai kampung megalit benda budaya," kata Thodis Reo Maghi.

Dia menjelaskan, sebagai tindak lanjut dari penetapan kampung tradisional dan situs budaya tersebut, pemerintah menunjuk salah seorang juru pelihara situs. Hal ini bertujuan menjaga dan melestarikan keunikan obyek wisata budaya tersebut.
Selain merawat, lanjut Thodis, juru pelihara situs itu juga berperan membantu pemerintah melayani pengunjung obyek wisata budaya tersebut. "Juru peliharanya almarhum Yokobus Lagho. Di mana kebakaran rumah adat beberapa hari lalu itu sumber apinya berasal dari rumahnya," ujarnya.

Thodis mengatakan, keunikan - keunikan obyek wisata budaya Kampung Nage ini antara lain, Reba Nage (ritual adat syukuran hasil panen) dan ritual adat luka. Daerah Ngada memiliki kebiasaan syukuran hasil panen atau reba, tapi di Kampung Nage berbeda. Selain itu, ritus adat luka (ritus adat dan tarian serta nyanyian yang menceritakan kembali orang Ngada dari Cina Selatan).

Hal senada dikatakan Kepala Dinas PPKI Ngada, Drs. Antonius Ngadja Leza. Dia mengatakan, "Daerah (Kampung Nage) ini sudah dikenal sebagi daerah tujuan wisata sejak tahun 1960-an." (ee)

Sumber : http://www.pos-kupang.com

Senin, 22 November 2010

Angklung Semarakkan Pembukaan West Java World Music Festival

Bandung - Permainan angklung oleh 2010 pelajar SD hingga SMA menyemarakkan pembukaan West Java World Music Festival 2010 di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Jalan Dipati Ukur, Bandung, Jumat (19/11). Festival musik dua hari itu menampilkan 15 musisi dan band dari dalam dan luar negeri.

Permainan angklung massal tersebut memainkan lagu diantaranya Peuyeum Bandung, Angklung is the Music of My Country, Yamko Rambe Yamko, dan Alusio. Seluruh lagu yang dimainkan secara medley itu dipimpin oleh seorang konduktor. "Kami berlatih sebulan, dua kali latihan gabungan," kata Fitrena, pelajar SMAN 8 Bandung, Jumat (19/11).

Permainan angklung itu juga untuk menyambut disahkannya angklung oleh UNESCO sebagai warisan dunia dari Indonesia pada 18 November. Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf saat membuka acara meminta kepada seluruh pelatih angklung dan musisi membuat karya angklung yang lebih hebat lagi.

Kolaborasi permainan kelompok Samba Sunda, Dwiki Darmawan, gitaris Colin Bass dari Inggris dan Jenny Weisgerber asal Jerman, serta Kamal Musalam dari Dubai, langsung menggebrak di awal pementasan. Hingga malam nanti, dua panggung akan bergantian diisi kelompok Malire, Komunitas Seniman Bangun Pagi, Jenny Weisgerber, Ttukunak, Kamal, dan Namin.

Kelompok Akarkina akan membuka panggung di hari kedua, Sabtu (20/11), mulai pukul 10.00 WIB. Disusul Warogus, Saratuspersen, 4Peniti dan Jenny Weisgerber, Colin Bass & Sambasunda serta Harry Pochang, Viky Sianipar, Krakatau, serta Darso. Penampilan Balawan akan menjadi penutup acara yang diselenggarakan oleh Dinas Budaya dan Pariwisata Jawa Barat itu. West Java World Music Festival mempertemukan musik, instrumen, dan musisi lokal di Jawa Barat dengan pemusik internasional. ANWAR SISWADI

Sumber : http://www.tempointeraktif.com

Kota Medan Perlu Kajian Baru

Medan– Hari lahir kota Medan yang setiap tahun diperingati pada 1 Juli 1590 dipertanyakan sebagian sejarawan. Hari lahir yang diperingati berdasarkan pendirian sebuah kampung kecil oleh Guru Patimpus itu perlu diluruskan.

“Menurut saya, ada tiga kesalahan fundamental dalam penetapan hari jadi Kota Medan yang imajiner ini. Tidak ada rumusan kapan dan disebabkan oleh faktor apa sehingga suatu kampung dapat dianggap sebagai embrio sebuah kota,” tutur Sejarawan Universitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari, Minggu (1/7) di Medan.

Menurut Ichwan, Guru Patimpus—berdasarkan naskah Riwayat Hamparan Perak—merupakan penyebar Islam di kalangan Suku Karo, bukan sebagai pendiri kampung bernama Medan. Guru Patimpus ketika itu berniat mendatangi seorang bernama Datuk Kota Bangun yang konon tinggi ilmunya. Dalam konteks ini, Datuk Kota Bangun lebih besar perannya dalam memicu banyaknya pendatang masuk ke kawasan bernama Medan.

Ichwan mengatakan, penetapan hari jadi sebuah kota mesti dirumuskan dahulu tonggak penting pertumbuhan sebuah kota. Faktor utama medan berubah menjadi kota adalah munculnya perkebunan besar yang dibangun investor internasional sejak pertengahan abad ke-19.

“Sekarang tonggak mana yang perlu kita pakai. Kita bisa melacaknya pada saat pertama kali sultan Deli memberikan konsesi pertama kepada pengusaha asing. Bisa juga pada saat pemindahan ibukota keresidenan Sumatera Timur dari Bengkalis ke Medan,” katanya.

Semua tonggak peristiwa sejarah itu berperan besar sebagai peristiwa penting munculnya sebuah kawasan menjadi kota. “Sebagai sebuah embrio, Medan muncul setelah pertengahan abad ke-19. Pada waktu itu seorang musafir Inggris datang ke Deli tahun 1823. Dia menyebut penduduk Medan hanya 200 orang,” kata Ichwan.

Menurut Ichwan, hari jadi kota Medan pernah berubah. Sebelum 1972 masyarakat kota Medan memperingati hari jadi pada 1 April 1909. Hari itu merupakan saat Pemerintah Belanda mengakui Medan sebagai sebuah kotapraja (gemeente) dalam sebuah dokumen negara.

“Namun, atas usul panitia peneliti hari jadi Kota Medan pada 1972, diubah menjadi 1 Juli 1590. Alasannya, hari jadi 1 April 1950 dinilai berbau kolonial. Jadi hari jadi 1 April tidak dipakai lagi. Padahal, suka tidak suka, Medan adalah warisan kolonial dan bukan kota yang dibangun oleh kerajaan atau komunitas bumiputera,” tutur Ichwan.

Argumentasi Ichwan diperkuat dengan kenyataan yang tertuang dalam buku 50 Tahun Kotapradja Medan terbitan Djawatan Penerangan Kotapradja I Medan tahun 1959. Dalam buku itu 50 Tahun Kotapradja Medan diperingati pada 1 April 1959.

Kepala Seksi Tenaga Teknis sub Dinas Permuseuman, Sejarah, dan Kepurbakalaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumatera Utara (Sumut) Misna Shalihat mengatakan, apa yang disampaikan Ichwan ada benarnya. “Namun, penelusuran lebih mendalam mesti dilakukan terlebih dahulu sebelum memperjelas hari jadi kota Medan. Bahkan, kajian tentang hari jadi sebuah kota penting untuk generasi selanjutnya,” katanya.

Menurut Misnah, definisi hari jadi Medan mestinya disepakati dari titik mana dimulai. “Apakah hari jadi yang dimaksud berarti hari jadi pada saat daerah dibuka, atau hari jadi sebuah kota pada saat mulai dibuka sebuah kawasan menjadi kota,” tambah Misnah.

Rata PenuhSumber : www.kompas.com