Rabu, 15 Juli 2009

Ragam Corak Seni Kriya dalam Nuansa Etnik-Kontemporer

Surabaya - Ragam corak seni kriya dalam nuansa etnik-kontemporer hasil karya kreatif 23 seniman pengkriya dari Surabaya, Malang, Yogyakarta, Jepara, dan Purwokerto menyapa khalayak pencinta seni dalam sebuah pameran nasional seni kriya kontemporer bertajuk Craft Speaks, 15 Juli-9 Agustus 2009, di Galeri Seni, House of Sampoerna, Jalan Taman Sampoerna 6, Surabaya.

Gelaran karya seni kriya kontemporer yang dihadirkan oleh House of Sampoerna ini layak mendapat apresiasi, selain karena karya yang ditawarkan beragam corak yang digubah dalam cita rasa etnik-kontempoer maupun kontemporer art, sebagian besar mereka adalah staf pengajar seni kriya ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta, Universitas Negeri Surabaya, dan Universitas Negeri Malang.

Sentuhan seni kriya dalam gubahan etnik-kontemporer dari bahan material tembaga dan kuningan, tampak dalam karya berjudul "The Player" hasil olahan kreatif seniman pengkriya asal Purwokerto, Budi Hartono. Karya Budi Hartono yang idenya berpijak dari sosok Semar itu hadir dalam wujudnya yang unik dan lucu.

Nuansa etnik-kontemporer dalam olah cipta seni kriya, terlihat pula dalam karya berjudul "Wild Jasmine" ciptaan Chrysanti Anggie berbahan material kuningan, karya berjudul "The Burned of Alengka Kingdom" ciptaan Ponimin berbahan material keramik (stoneware/glazur), karya berjudul "Wajah-Wajahku-Sama Sempurnanya" ciptaan Herry Pujiharto berbahan material kayu jati, karya berjudul "The Weaving Leaf in The Circle" ciptaan Pandansari Kusumo berbahan material anyaman pandan dan logam.

Sedangkan, nuansa kontemporer dalam penciptaan seni kriya, setidaknya terasa menguat dalam karya berjudul "Kebenaran" dan "Cokro Manggilingan" ciptaan Timbul Raharjo berbahan material besi/paku dan powder coating, karya berjudul "Beriring" ciptaan Toyibah Kusumawati berbahan material kulit sapi samak nabati, kulit sued, fiberglass dan besi, karya berjudul "Solid 1" dan "Dignity" ciptaan Yulriawan Dafri berbahan material stainless steel, serta karya berjudul "Migrasi dari Dapur" ciptaan Muchlis Arif Sutopo berbahan material porselen, kawat baja dan kayu, serta karya berjudul "Proses" ciptaan Noor Sudiyati berbahan material keramik.

Timbul Raharjo, selaku koordinator pameran seni kriya kontemporer Craft Speaks dalam keterangan persnya menyatakan bahwa setiap seniman pengkriya dalam karyanya memiliki karakter yang selaras dengan jiwa dan zamannya. Masing-masing karya memiliki daya dobrak yang universal, tegasnya.

Seni kriya yang diusung oleh seniman pengkriya, yang seluruhnya berlatar belakang akademisi, itu setidaknya membersitkan pesan kuat atas perjalanan dan perkembangan karya seni kriya di negeri ini bahwa karya seni kriya memiliki keunikan dan keindahan estetik yang tak kalah menariknya dengan karya seni yang lain, tatkala sebuah karya seni kriya itu tercipta dengan sentuhan bernuansa etnik-kontemporer ataupun kontemporer art oleh kreator-kreator seni kriya berlatenta yang kini unjuk karya di ibu kota Provinsi Jatim, Surabaya. (TIF)

Sumber: http://oase.kompas.com