Minggu, 25 Oktober 2009

Melestarikan Danau Tondano dengan Pesta Nelayan

Minahasa - Pemandangan Danau Tondano, di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut) pada Sabtu (10/10), tampak tidak seperti biasanya. Danau seluas kurang lebih 4.278 ha tersebut dipadati ratusan perahu bolotu yang bercorak warna-warni. Perahu bolotu merupakan perahu khas masyarakat setempat yang tidak bercadik

Kehadiran ratusan perahu bolotu secara bersaman tersebut untuk memeriahkan "Pesta Nelayan Danau Tondano 2009". Kegiatan ini diprakarsai Istitut Seni Budaya Sulawesi Utara (ISBSU).

Berbagai kegiatan dilakukan dalam pesta nelayan tersebut, antara lain lomba dayung, lomba perahu hias, lomba tangkap ikan tanpa alat, serta parade perahu bolutu yang masuk dalam Musuem Rekor Indonesia (MURI).

Kegiatan yang dipusatkan di obyek wisata Danau Tondano Sumaro Endo Remboken itu dipadati masyarakat yang datang dari berbagai kota di Sulut.

Sejumlah pejabat maupun tokoh agama hadir dalam kegiatan itu, antara lain Kapolda Sulut Brigjen Bekto Suprapto, Bupati Minahasa Vreke Runtu, dan Ketua Sinode GMIM Pdt Dr Albert Supit

Ketua Institut Seni Budaya Sulawesi Utara (ISBSU) Beny Mamoto, mengatakan, pelaksanan Pesta Nelayan Danau Tondano tersebut untuk memberdayakan potensi masyarakat nelayan yang berada di sekitar danau itu. Konsep kegiatan ini dari nelayan oleh nelayan dan untuk nelayan. "Jika konsep ini berjalan terus maka kegiatan tersebut akan berkelanjutan," katanya.

Beny Mamato mengatakan, kegiatan itu memberikan berbagai dampak positif bagi masyarakat nelayan di sekitar danau Tondano antara lain dari aspek lingkungan hidup. Menurut dia, masyarakat akan mencintai lingkungan serta menjaga agar Danau Tondano tersebut dapat terus terjaga.

Sebab, kata dia, kalau lingkungan tersebut tercemar atau menjadi rusak akan berdampak negatif terhadap kehidupan nelayan di sekitar danau itu. Dengan rusaknya lingkungan akan membuat Debit air Danau Tondano berkurang, populasi ikan sulit berkembang dan banyak ikan yang mati. "Jika kondisi tersebut terjadi maka penghasilan dari nelayan akan menurun," katanya.

Kelestarian Tondano

Kapolda Sulut Brigjen Pol Bekto Suprapto mengatakan, dirinya mengajak masyarakat untuk melestarikan kawasan hutan yang ada di sekitar Danau Tondano, Minahasa. "Kondisi hutan dan bukit-bukit di sekitar Danau Tondano memprihatinkan dengan semakin berkurangnya pohon atau tanaman," kata Suprapto.

Menurut Mantan Komandan Densus Mabes Polri tersebut, dengan kondisi lingkungan tersebut, perlu pemikiran dan langkah bersama dalam upaya melestarikan hutan yang ada di sekitar danau tersebut. Langkah itu sangat penting karena jika lingkungan rusak, masyarakat sendiri akan merasakan dampaknya.

Jenis ikan semakin berkurang, kata dia, begitupula jumlah ikan yang hidup di danau tersebut akan menyusut. Selain itu saat musim panas, debit air danau akan berkurang sehingga berdampak negatif terhadap ketersediaan kelistrikan di daerah tersebut.

Kondisi ini menyebabkan sering terjadinya pemadaman listrik dan berimbas terhadap aktivitas masyarakat yang terganggu. "Sehingga untuk menjaga kelestarian alam Danau Tondano merupakan suatu kewajiban kita bersama," katanya.

Beny Mamoto mengatakan, kondisi pengunungan di sekitar danau tersebut saat ini perlu menjadi perhatian dari masyarakat. Karena banyak pohon yang ditebang tanpa dilakukan penanaman kembali, padahal sumber air ada di tempat tersebut.

"Kalau dari hulu hingga hilir tidak dijaga atau dipelihara dengan baik, maka debit air danau itu akan terjadi penurunan dan imbasnya masyarakat nelayan yang rasakan," katanya.

Bagi masyarakat Sulut, keberadaan Danau Tondano, yang diapit Pegunungan Lembean, Gunung Kaweng, Bukit Tampusu, dan Gunung Masarang, sangat penting. Danau Tondano adalah danau terluas di daerah "Nyiur melambai" itu dan merupakan penghasil ikan air tawar seperti ikan mujair, kabos, payangka, dan nike.

Danau Tondano mempunyai obyek wisata yang terkenal antara lain "Sumaru Endo" Remboken, dan Resort Wisata Bukit Pinus (Tondano arah Toliang Oki).

Danau Tondano dengan 16 titik sungai yang mengaliri beberapa kabupaten dan kota se-Sulut itu memiliki manfaat besar pemenuhan kebutuhan manusia, seperti sumber air bersih melalui pengelolaan PT Air Manado.

Dana itu juga merupakan sumber air bagi PLTA Tonsea Lama sekitar 14,4 Megawatt (MW), PLTA Tanggari Satu 18 MW, PLTA Tanggari II 19 MW, dan PLTA Sawangan 16 MW. Danau itu juga bermanfaat pada sektor perikanan karena ada produksi ikan sekitar 534 ton bisa didapat setiap tahun.

"Melalui pelaksanaan kegiatan Pesta Nelayan Danau Tonado, diharapkan masyarakat akan semakin peduli untuk memelihara lingkungan," kata Beny Mamoto. (MBK)

Sumber: http://travel.kompas.com