Mamuju - Raja Mamuju XVII, Andi Maksum Dai, prihatin dengan kondisi Rumah Adat Mamuju saat ini.
Menurut Andi Maksum Dai, di Mamuju, Senin, kondisi Rumah Adat Mamuju saat ini tidak lagi menjadi simbol kebesaran bagi warga Mamuju.
Ia mengaku sangat kecewa dengan pemeliharaan dan penjagaan rumah kerajaan yang menjadi bagian dari Kerajaan Pitu Ba’nana Binanga tersebut.
"Lemahnya penjagaan membuat banyak coretan di bangunan raja. Belum lagi kerusakan di beberapa bangunan seperti rumah Joa (pengawal) yang belum dibenahi sampai sekarang," ujarnya.
Kompleks rumah adat menjadi semakin mengenaskan dengan banyaknya sampah yang berserakan di kolong dan halaman rumah, karena tiap sudut kompleks tidak terdapat tempat sampah.
"Lampu hias yang menjadi alat penerangan pada malam hari seluruhnya tidak dapat berfungsi, dan sudah banyak yang pecah," imbuhnya.
Sebelumnya, Rumah Adat tersebut digunakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Mamuju sebagai kantor, namun tidak mendapatkan pemeliharaan yang baik.
"Sampai saat ini tidak ada penjagaan yang maksimal tehadap Rumah Adat Mamuju, sehingga mengakibatkan pengunjung gampang keluar masuk dan merusak bagian rumah adat," jelasnya.
Ia juga menyayangkan tidak adanya tindakan yang tegas dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mamuju, mengingat rumah adat ini juga dijadikan sebagai obyek wisata.
"Kalau memang rumah adat ini dijadikan sebagai obyek wisata, tentunya ada perhatian yang maksimal dari Pemkab Mamuju untuk memelihara dan menjaga agar rumah adat ini tetap lestari," ujarnya.
Menurutnya, Rumah Adat Mamuju memiliki nilai historis yang tinggi, sehingga sangat ironis jika kondisinya justru tidak menunjukkan nilai-nilai tersebut.
Ia menambahkan, belum terlambat jika seluruh komponen mau untuk menjaga rumah adat, dan mengembalikan kelestarian simbol kebesaran warga Mamuju ini. (JY)
Sumber: http://oase.kompas.com
Menurut Andi Maksum Dai, di Mamuju, Senin, kondisi Rumah Adat Mamuju saat ini tidak lagi menjadi simbol kebesaran bagi warga Mamuju.
Ia mengaku sangat kecewa dengan pemeliharaan dan penjagaan rumah kerajaan yang menjadi bagian dari Kerajaan Pitu Ba’nana Binanga tersebut.
"Lemahnya penjagaan membuat banyak coretan di bangunan raja. Belum lagi kerusakan di beberapa bangunan seperti rumah Joa (pengawal) yang belum dibenahi sampai sekarang," ujarnya.
Kompleks rumah adat menjadi semakin mengenaskan dengan banyaknya sampah yang berserakan di kolong dan halaman rumah, karena tiap sudut kompleks tidak terdapat tempat sampah.
"Lampu hias yang menjadi alat penerangan pada malam hari seluruhnya tidak dapat berfungsi, dan sudah banyak yang pecah," imbuhnya.
Sebelumnya, Rumah Adat tersebut digunakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Mamuju sebagai kantor, namun tidak mendapatkan pemeliharaan yang baik.
"Sampai saat ini tidak ada penjagaan yang maksimal tehadap Rumah Adat Mamuju, sehingga mengakibatkan pengunjung gampang keluar masuk dan merusak bagian rumah adat," jelasnya.
Ia juga menyayangkan tidak adanya tindakan yang tegas dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mamuju, mengingat rumah adat ini juga dijadikan sebagai obyek wisata.
"Kalau memang rumah adat ini dijadikan sebagai obyek wisata, tentunya ada perhatian yang maksimal dari Pemkab Mamuju untuk memelihara dan menjaga agar rumah adat ini tetap lestari," ujarnya.
Menurutnya, Rumah Adat Mamuju memiliki nilai historis yang tinggi, sehingga sangat ironis jika kondisinya justru tidak menunjukkan nilai-nilai tersebut.
Ia menambahkan, belum terlambat jika seluruh komponen mau untuk menjaga rumah adat, dan mengembalikan kelestarian simbol kebesaran warga Mamuju ini. (JY)
Sumber: http://oase.kompas.com