Banda Aceh - Peninggalan benda sejarah di seluruh Indonesia merupakan salah satu identitas bangsa yang perlu dilestarikan dan diselamatkan di masa mendatang, kata anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Dr Meutia Hatta.
"Benda-benda bersejarah merupakan identitas bangsa yang perlu dilestarikan dan diselamatkan sehingga generasi penerus bangsa dapat mengenal sejarah bangsanya," katanya, saat berkunjung ke museum mini benda bersejarah Aceh milik H Harun Keuchik Leumik, di kawasan Simpang Surabaya, Banda Aceh, Jumat (5/3/2010).
Menurut dia, semua pihak harus andil dalam menjaga dan merawat peninggalan sejarah sehingga peninggalan tersebut terus terjaga.
"Pelestarian itu bukan hanya dilakukan oleh pemerintah, melainkan juga oleh seluruh komponen masyarakat yang peduli akan benda bersejarah," katanya.
Hal itu juga tidak terlepas karena masih adanya benda bersejarah yang tidak tertampung di museum sehingga diperlukan perhatian semua pihak, katanya.
Menurut dia, peran individu dalam pelestarian dan menyimpan benda bersejarah tersebut harus mendapat apresiasi dari pemerintah.
"Kita bangga dan patut memberikan apresiasi terhadap para kolektor seperti Harun Keuchik Leumik yang menyimpan benda-benda bersejarah milik kerajaan Aceh tempo dulu," jelasnya.
Ia menambahkan, sebagian koleksi Harun Keuchik Leumik merupakan aset bangsa dan menjadi kebanggaan nasional yang harus terus diberikan perhatian dalam memberikan pengetahuan sejarah bagi generasi mendatang.
Sementara itu, Harun Keuchik Leumik sebagai kolektor dan penyelamat benda bersejarah Aceh mengungkapkan, awalnya pengumpulan dan penyimpanan benda-benda bersejarah ini hanya kesenangan belaka karena ingin menyimpan warisan leluhur Aceh.
Museum mini milik Harun Keuchik Leumik menyimpan ratusan benda bersejarah, yakni 300-an koleksi perhiasan emas Aceh, 30 kain sutra Aceh, 13 stempel kerajaan Aceh, dan lima Al Quran tulisan tangan dari abad ke-13.
Ia mengatakan, koleksi benda sejarah yang berada di museum mininya tersebut merupakan hasil yang dikumpulkan selama kurun waktu 30 tahun.
Menurut Harun, secara umum benda tempo dulu tersebut mempunyai motif yang beragam, rinci, halus pembuatannya, serta sarat dengan makna-makna simbolik dan spiritual.
Ia mengatakan, dari peninggalan sejarah itu menunjukkan bahwa masyarakat Aceh sejak lama sudah dikenal sebagai masyarakat yang berperadaban tinggi.
"Saya berharap kaum muda Aceh dapat belajar dan menghargai seni dan budaya Aceh melalui benda bersejarah tempo dulu," demikian Harun Keuchik Leumik. (JY)
Sumber: http://oase.kompas.com
"Benda-benda bersejarah merupakan identitas bangsa yang perlu dilestarikan dan diselamatkan sehingga generasi penerus bangsa dapat mengenal sejarah bangsanya," katanya, saat berkunjung ke museum mini benda bersejarah Aceh milik H Harun Keuchik Leumik, di kawasan Simpang Surabaya, Banda Aceh, Jumat (5/3/2010).
Menurut dia, semua pihak harus andil dalam menjaga dan merawat peninggalan sejarah sehingga peninggalan tersebut terus terjaga.
"Pelestarian itu bukan hanya dilakukan oleh pemerintah, melainkan juga oleh seluruh komponen masyarakat yang peduli akan benda bersejarah," katanya.
Hal itu juga tidak terlepas karena masih adanya benda bersejarah yang tidak tertampung di museum sehingga diperlukan perhatian semua pihak, katanya.
Menurut dia, peran individu dalam pelestarian dan menyimpan benda bersejarah tersebut harus mendapat apresiasi dari pemerintah.
"Kita bangga dan patut memberikan apresiasi terhadap para kolektor seperti Harun Keuchik Leumik yang menyimpan benda-benda bersejarah milik kerajaan Aceh tempo dulu," jelasnya.
Ia menambahkan, sebagian koleksi Harun Keuchik Leumik merupakan aset bangsa dan menjadi kebanggaan nasional yang harus terus diberikan perhatian dalam memberikan pengetahuan sejarah bagi generasi mendatang.
Sementara itu, Harun Keuchik Leumik sebagai kolektor dan penyelamat benda bersejarah Aceh mengungkapkan, awalnya pengumpulan dan penyimpanan benda-benda bersejarah ini hanya kesenangan belaka karena ingin menyimpan warisan leluhur Aceh.
Museum mini milik Harun Keuchik Leumik menyimpan ratusan benda bersejarah, yakni 300-an koleksi perhiasan emas Aceh, 30 kain sutra Aceh, 13 stempel kerajaan Aceh, dan lima Al Quran tulisan tangan dari abad ke-13.
Ia mengatakan, koleksi benda sejarah yang berada di museum mininya tersebut merupakan hasil yang dikumpulkan selama kurun waktu 30 tahun.
Menurut Harun, secara umum benda tempo dulu tersebut mempunyai motif yang beragam, rinci, halus pembuatannya, serta sarat dengan makna-makna simbolik dan spiritual.
Ia mengatakan, dari peninggalan sejarah itu menunjukkan bahwa masyarakat Aceh sejak lama sudah dikenal sebagai masyarakat yang berperadaban tinggi.
"Saya berharap kaum muda Aceh dapat belajar dan menghargai seni dan budaya Aceh melalui benda bersejarah tempo dulu," demikian Harun Keuchik Leumik. (JY)
Sumber: http://oase.kompas.com