Senin, 02 Agustus 2010

Pahlawan Lokal Terancam Dilupakan

MEDAN, --Pahlawan-pahlawan lokal terancam terlupakan oleh generasi muda akibat minimnya pengajaran sejarah tentang pahlawan lokal dalam memperjuangkan maupun mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kepala Pusat Studi Ilmu Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial (Pusis) Universitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari di Medan, Rabu, mengatakan, minimnya pembelajaran sejarah dan budaya lokal akan mengakibatkan anak-anak di daerah tidak mengetahui siapa saja pahlawan dari daerahnya.

"Mereka tidak mengenal pahlawan lokal. Mereka hanya mengetahui pahlawan-pahlawan nasional saja, padahal daerah juga begitu kaya akan sejarahnya," katanya.

Misalnya, kata dia, sejarah RA Kartini yang disebut selama ini sebagai tokoh perempuan yang berjuang menghapuskan buta aksara bagi kaumnya selalu diajarkan dalam pelajaran sejarah.

Sementara tokoh-tokoh lokal yang juga berjuang untuk menghapuskan buta aksara di daerahnya masing-masing pada zamannya tidak sedikitpun pernah disinggung sejarah.

"Penghapusan buta aksara sebenarnya juga terjadi di tanah Batak pada zaman yang sama. Saat itu perempuan-perempuan HKBP juga sudah berjuang untuk menghapus buta aksara, namun sejarah ini tidak pernah tersosialisasikan ke masyarakat," katanya.

Tidak hanya itu, lanjutnya, pembaca teks proklamasi di lapangan Merdeka Medan diperkirakan juga banyak yang tidak terutama mengetahui, dari kalangan muda. Orang hanya tahu yang membaca teks proklamasi adalah Soekarno dan Hatta.

Padahal di Medan tokoh yang membawa dan membacakan naskah proklamasi adalah Mohammad Hasan di Lapangan Merdeka Medan pada bulan Oktober tahun 1945.

"Namun, sejarah tidak mencatatkan hal ini. Tentu saja akibatnya siswa tidak akan ada yang mengenal kalau Mohammad Hasan juga merupakan pahlawan proklamasi dan untuk ini pemerintah darah harus lebih aktif menerbitkan buku-buku tentang sejarah lokal," katanya.

Dewasa ini, lanjutnya, Pussis sendiri telah melakukan berbagai penelitian tentang sejarah dan budaya lokal di Sumut dan untuk itu ia berharap pemerintah daerah bersedia mencetak hasil penelitian yang telah mereka lakukan tersebut.

"Kami juga berkomitmen mengajarkan kepada guru bagaimana cara mengajarkan sejarah dan budaya lokal kepada siswa, bagaimana mengajak anak didik untuk melihat sejarah," katanya.

Sumber : http://oase.kompas.com