Atambua- Aparat Desa Baudao mendatangi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk meminta Dewan dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Belu memfasilitas penyelesaian kasus perusakan bak penampung air minum oleh warga Desa Dualasi Berdaba, Kecamatan Lasiolat, Belu.
Hal ini disampaikan Kepala Desa Baudao, Robertus Ulu, dan Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD), Tarsisius Mau, kepada Pos Kupang di Gedung DPRD Belu di Atambua. Turut serta dalam rombongan tersebut Kepala Dusun Fatubesi, Fatululi, Pamong Adat, dan Ketua Suku Mantolu, Pius Taek.
Robertus menjelaskan, dia bersama aparat desa sebenarnya tidak datang di Dewan kalau warga dari Desa Dualasi dengan kepala dingin menanggapi soal pembuatan bak air minum di sana. Justru oknum tertentu dari desa bersangkutan mendatangi lokasi pembuatan bak air minum dan merusaknya. Hal ini yang menyebabkan warga Baudao tidak terima sehingga jalan keluar yang diambil adalah mendatangi DPRD Belu.
Robertus menjelaskan, wilayah Desa Baudao yang merupakan pemekaran dari Desa Bauho itu dulunya mengalami krisis air minum. Untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi 144 kepala keluarga atau 557 jiwa, warga harus berjalan puluhan kilometer ke sumber air Wemauta. Untuk itu, warga secara swadaya mengerahkan tenaga dengan dibantu lembaga swadaya masyarakat (LSM) Oxfam menghadirkan bak penampung juga pengadaan pipa sehingga krisis air dapat teratasi.
Hasilnya, kata Robertus, pada bulan bakti gotong royong beberapa waktu lalu, aparat desa bersama warga telah membuat satu bak air minum dan sudah diselesaikan pada Selasa (19/6/2007) dan direncanakan Rabu (20/6/2007) warga bersama aparat TNI yang bertugas di perbatasan Indonesia dan Timor Leste memasang pipa ke perkampungan.
Namun, pada Selasa (19/6/2007) malam datang oknum yang tidak bertanggung jawab dari Desa Dualasi Berdaba menghancurkan bak air minum itu.
"Warga Dualasi menklaim kalau air tersebut milik mereka, padahal sumber air itu masuk dalam wilayah Baudao. Memang kami akui, dari segi adat istiadat air itu masuk wilayah Dualasi, tapi kami sudah sepakat bahwa untuk urusan adat akan diselesaikan secara baik antar kedua wilayah bertetangga ini. Tapi mereka tidak terima dan datang merusak bak itu. Ini sudah merugikan banyak orang, makanya kami datang ke DPRD Belu agar memfasilitasi persoalan ini secara jernih," katanya.
Ketua BPD, Tarsi Mau mengatakan, masyarakat di Baudao sangat geram dengan tindakan yang dilakukan oknum warga dari Desa Dualasi ini. Namun, lanjutnya, aparat desa dan aparat TNI di perbatasan menahan warga agar jangan membalas dendam dan menyerahkan persoalan ini kepada Pemkab Belu untuk dapat diselesaikan secara jernih.
Sumber : www.indomedia.com/poskup
Hal ini disampaikan Kepala Desa Baudao, Robertus Ulu, dan Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD), Tarsisius Mau, kepada Pos Kupang di Gedung DPRD Belu di Atambua. Turut serta dalam rombongan tersebut Kepala Dusun Fatubesi, Fatululi, Pamong Adat, dan Ketua Suku Mantolu, Pius Taek.
Robertus menjelaskan, dia bersama aparat desa sebenarnya tidak datang di Dewan kalau warga dari Desa Dualasi dengan kepala dingin menanggapi soal pembuatan bak air minum di sana. Justru oknum tertentu dari desa bersangkutan mendatangi lokasi pembuatan bak air minum dan merusaknya. Hal ini yang menyebabkan warga Baudao tidak terima sehingga jalan keluar yang diambil adalah mendatangi DPRD Belu.
Robertus menjelaskan, wilayah Desa Baudao yang merupakan pemekaran dari Desa Bauho itu dulunya mengalami krisis air minum. Untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi 144 kepala keluarga atau 557 jiwa, warga harus berjalan puluhan kilometer ke sumber air Wemauta. Untuk itu, warga secara swadaya mengerahkan tenaga dengan dibantu lembaga swadaya masyarakat (LSM) Oxfam menghadirkan bak penampung juga pengadaan pipa sehingga krisis air dapat teratasi.
Hasilnya, kata Robertus, pada bulan bakti gotong royong beberapa waktu lalu, aparat desa bersama warga telah membuat satu bak air minum dan sudah diselesaikan pada Selasa (19/6/2007) dan direncanakan Rabu (20/6/2007) warga bersama aparat TNI yang bertugas di perbatasan Indonesia dan Timor Leste memasang pipa ke perkampungan.
Namun, pada Selasa (19/6/2007) malam datang oknum yang tidak bertanggung jawab dari Desa Dualasi Berdaba menghancurkan bak air minum itu.
"Warga Dualasi menklaim kalau air tersebut milik mereka, padahal sumber air itu masuk dalam wilayah Baudao. Memang kami akui, dari segi adat istiadat air itu masuk wilayah Dualasi, tapi kami sudah sepakat bahwa untuk urusan adat akan diselesaikan secara baik antar kedua wilayah bertetangga ini. Tapi mereka tidak terima dan datang merusak bak itu. Ini sudah merugikan banyak orang, makanya kami datang ke DPRD Belu agar memfasilitasi persoalan ini secara jernih," katanya.
Ketua BPD, Tarsi Mau mengatakan, masyarakat di Baudao sangat geram dengan tindakan yang dilakukan oknum warga dari Desa Dualasi ini. Namun, lanjutnya, aparat desa dan aparat TNI di perbatasan menahan warga agar jangan membalas dendam dan menyerahkan persoalan ini kepada Pemkab Belu untuk dapat diselesaikan secara jernih.
Sumber : www.indomedia.com/poskup