Senin, 22 November 2010

Kota Medan Perlu Kajian Baru

Medan– Hari lahir kota Medan yang setiap tahun diperingati pada 1 Juli 1590 dipertanyakan sebagian sejarawan. Hari lahir yang diperingati berdasarkan pendirian sebuah kampung kecil oleh Guru Patimpus itu perlu diluruskan.

“Menurut saya, ada tiga kesalahan fundamental dalam penetapan hari jadi Kota Medan yang imajiner ini. Tidak ada rumusan kapan dan disebabkan oleh faktor apa sehingga suatu kampung dapat dianggap sebagai embrio sebuah kota,” tutur Sejarawan Universitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari, Minggu (1/7) di Medan.

Menurut Ichwan, Guru Patimpus—berdasarkan naskah Riwayat Hamparan Perak—merupakan penyebar Islam di kalangan Suku Karo, bukan sebagai pendiri kampung bernama Medan. Guru Patimpus ketika itu berniat mendatangi seorang bernama Datuk Kota Bangun yang konon tinggi ilmunya. Dalam konteks ini, Datuk Kota Bangun lebih besar perannya dalam memicu banyaknya pendatang masuk ke kawasan bernama Medan.

Ichwan mengatakan, penetapan hari jadi sebuah kota mesti dirumuskan dahulu tonggak penting pertumbuhan sebuah kota. Faktor utama medan berubah menjadi kota adalah munculnya perkebunan besar yang dibangun investor internasional sejak pertengahan abad ke-19.

“Sekarang tonggak mana yang perlu kita pakai. Kita bisa melacaknya pada saat pertama kali sultan Deli memberikan konsesi pertama kepada pengusaha asing. Bisa juga pada saat pemindahan ibukota keresidenan Sumatera Timur dari Bengkalis ke Medan,” katanya.

Semua tonggak peristiwa sejarah itu berperan besar sebagai peristiwa penting munculnya sebuah kawasan menjadi kota. “Sebagai sebuah embrio, Medan muncul setelah pertengahan abad ke-19. Pada waktu itu seorang musafir Inggris datang ke Deli tahun 1823. Dia menyebut penduduk Medan hanya 200 orang,” kata Ichwan.

Menurut Ichwan, hari jadi kota Medan pernah berubah. Sebelum 1972 masyarakat kota Medan memperingati hari jadi pada 1 April 1909. Hari itu merupakan saat Pemerintah Belanda mengakui Medan sebagai sebuah kotapraja (gemeente) dalam sebuah dokumen negara.

“Namun, atas usul panitia peneliti hari jadi Kota Medan pada 1972, diubah menjadi 1 Juli 1590. Alasannya, hari jadi 1 April 1950 dinilai berbau kolonial. Jadi hari jadi 1 April tidak dipakai lagi. Padahal, suka tidak suka, Medan adalah warisan kolonial dan bukan kota yang dibangun oleh kerajaan atau komunitas bumiputera,” tutur Ichwan.

Argumentasi Ichwan diperkuat dengan kenyataan yang tertuang dalam buku 50 Tahun Kotapradja Medan terbitan Djawatan Penerangan Kotapradja I Medan tahun 1959. Dalam buku itu 50 Tahun Kotapradja Medan diperingati pada 1 April 1959.

Kepala Seksi Tenaga Teknis sub Dinas Permuseuman, Sejarah, dan Kepurbakalaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumatera Utara (Sumut) Misna Shalihat mengatakan, apa yang disampaikan Ichwan ada benarnya. “Namun, penelusuran lebih mendalam mesti dilakukan terlebih dahulu sebelum memperjelas hari jadi kota Medan. Bahkan, kajian tentang hari jadi sebuah kota penting untuk generasi selanjutnya,” katanya.

Menurut Misnah, definisi hari jadi Medan mestinya disepakati dari titik mana dimulai. “Apakah hari jadi yang dimaksud berarti hari jadi pada saat daerah dibuka, atau hari jadi sebuah kota pada saat mulai dibuka sebuah kawasan menjadi kota,” tambah Misnah.

Rata PenuhSumber : www.kompas.com