Minggu, 31 Juli 2011

Hotel Majapahit Surabaya, Bangunan Art Deco Bersejarah

Tanggal 10 November 1945 merupakan hari bersejarah di mana kaum muda Surabaya marah ketika melihat bendera Belanda dikibarkan di atas Hotel Yamato. Mereka kemudian menyerbu, memanjat tiang bendera tersebut dan merobek warna biru dari bendera tersebut dan membuat bendera merah putih Indonesia berkibar. Hari itu selalu dikenang sebagai Hari Pahlawan. Itulah salah satu kenangan dan sejarah penting yang terjadi di hotel ini.

65 tahun kemudian, Hotel Yamato masih tetap beroperasi, kini bangunan tersebut bernama Hotel Majapahit. Hampir tidak ada perubahan dari tampilan hotel tersebut yang kini berusia 100 tahun. Sungguh luar biasa.

Riwayat dari hotel ini sendiri berawal ketika ada keluarga asal Armenia yang memang bergelut dalam bisnis hotel, yaitu Lucas Martin Sarkies dan saudara-saudaranya yang merupakan para pendiri hotel ini di tahun 1910 dengan nama Oranje Hotel.

Tahun 1936 hotel mengalami penambahan bangunan bagian depan sebagai lobby dengan gaya Art Deco. Penambahan bagian depan tersebut sepertinya merupakan penambahan terakhir di hotel ini karena sampai hari ini bentuk hotel masih sama seperti saat itu. Pada tahun 1942, Jepang mengambil alih hotel ini dan menamakannya Yamato Hoteru hingga 1945 ketika Belanda kembali datang dan merebut kembali hotel ini kemudian keluarga Sarkies kembali memiliki hotel ini pada tahun 1946.

Hotel butik kelas atas
Tahun 1969 sebuah grup pengusaha lokal membeli hotel ini. Nama kembali berubah menjadi Majapahit, nama kerajaan kuno yang sangat berjaya pada masa-nya di Indonesia. Tahun 1986 dilakukan restorasi besar yang memakan waktu 2 tahun dan hotel ini kembali dibuka dengan nama Mandarin Oriental Hotel Majapahit, Surabaya. Kini, Hotel Majapahit berdiri sendiri sebagai hotel butik kelas atas yang memiliki banyak kenangan di dalamnya.

“Kenangan, hal itulah yang ingin kami tawarkan kepada tamu-tamu hotel ini,” kata James T. Costa, General Manager dari Hotel Majapahit, Surabaya. Bukan sekedar kenangan mengenai perjalanan hotel ini sendiri, namun juga suasana hotel yang seakan kembali ke masa yang lebih tenang dan sederhana disertai dengan keramahan para staf hotel. Kenangan yang menimbulkan romantisme masa lalu di masa kini bahkan Anda sejak check in di lobby.

Ambience lobby terasa sangat cozy dan homy. Bergaya Art Deco, di mana detail ornamen-ornamen geometris sangat menonjol, tetap dipertahankan di sini dari tahun 1936 ketika lobby ini didirikan dalam ekspansi hotel saat itu. Pilar-pilar penopang yang ada di tengah ruangan dibuat cukup lebar dan dilapisi dengan kayu jati dengan sebuah aksen stain glass di tengahnya. Juga langit-langit ditengah dibuat lebih tinggi dihiasi chandelier besar, di sekeliling plafon dihiasi ukiran klasik.

Jalur menuju kamar dibuat cukup unik, kita akan keluar dari lobby dan melalui sebuah selasar yang akan mengantar kita ke bangunan atrium. Sesungguhnya bangunan ini adalah bangunan lobby ketika pertama kali hotel ini beroperasi tahun 1910.

Nuansanya tetap dipertahankan agar sama dengan 100 tahun lalu, bangunannya terasa lebih klasik dengan jendela-jendela stain glass yang sangat besar, material kaca ini tampaknya memang mendominasi banyak bagian hotel, selain di area ini, kaca patri ini juga terpasang di antara pilar-pular teras depan kamar. Dari sini terdapat dua jalur menuju ke bangunan kamar hotel, keduanya melalui selasar yang melewati taman.

Terdapat tiga taman yang rindang dengan pepohonan besar yang dikelilingi kamar-kamar hotel, dua berukuran lebih kecil yang terletak di tengah, satu lagi taman yang cukup besar di bagian belakang. Posisi kamar yang mengelilingi taman ini, selain memberikan view indah, juga sirkulasi udara yang menyegarkan, dan dapat dinikmati baik dari balkon dan teras kamar hotel serta selasar-selasar di tengahnya.

Selasar ini hanya dibatasi dengan pilar-pilar gaya bangunan kolonial Belanda, yang besar dan kokoh walau menopang hanya satu lantai bangunan di atasnya. Berjalan di sepanjang selasar sini membawa kita merasa berjalan kembali ke masa lalu, yang tenang dan romantis. Melalui selasar ini kita akan terhubung ke teras-teras di depan kamar hotel.

Ada 150 kamar hotel yang semuanya berlantai teak wood. Kamar standar di hotel ini adalah Garden Terrace Room, ukurannya mulai dari 47 meter persegi. “Kamar terkecil untuk hotel bintang 5 di Eropa adalah 28 meter persegi, hotel ini jauh melampaui itu,” kata James.

Kamar standar ini tergolong cukup luas, terdapat sebuah ruang duduk dengan sofa two seater yang nyaman dan dilengkapi dengan coffee table. Kamar mandi cukup luas dengan bathtub dan area shower terpisah. Furniture di kamar banyak yang tetap menggunakan furniture dari tahun 1936 seperti meja rias, lemari, dan sebagainya yang kebanyakan terbuat dari kayu jati.

Interior kamar hotel dibuat bernuansa klasik, menggunakan wallpaper dengan warna cream dengan pencahayaan dengan lampu warm light membuat suasana terasa lebih hangat dan klasik. Penerangan utama di ruang kamar adalah lampu gantung, tampak antik, seperti juga lampu lainnya dalam ruangan seperti lampu dinding dan lampu meja, semuanya menjadi tambahan elemen artistik di dalam ruangan kamar.

Executive suite memiliki luas kurang lebih 57 meter persegi. Perbedaannya dengan kamar standar adalah pada ruang duduk dan area kerja yang lebih luas, yang terpisah dari area tidur. Sedangkan Suite mewah dari hotel ini adalah Majapahit Suites yang terdiri dari 9 tema berbeda: Arjuna, Pandawa, Surabaya, Jawa, Madura, Oranye, Semeru, Sarkies, dan Merdeka. Memiliki luas mulai dari 97 meter persegi, kamar ini memiliki ruang duduk tersendiri, kamar mandi yang mewah, serta layanan butler.

President Suite terbesar di Asia
Di hotel ini juga akan dijumpai President Suite terbesar di Asia, berukuran 800 meter persegi dan terletak diantara dua sayap bangunan kamar hotel lainnya, seolah sebuah paviliun tersendiri. Presidential Suite ini terdiri dari dua lantai, lantai bawah terdapat ruang makan formal, ruang duduk, dan ruang rapat.

Kamar utama terletak di atas, memasukinya kita akan melalui sebuah foyer terlebih dahulu kemudian sampai di living room dan ruang kerja. Melalui sebuah pintu barulah terdapat area tidur yang dirancang sangat mewah dengan suasana yang warm. Kamar mandi juga luas dan elegan, terdapat dua meja wastafel yang berhadapan, shower dan bathtub terpisah. Memasuki bathtub kita harus menaiki beberapa anak tangga, karena level-nya memang dinaikan, baru kemudian masuk ke bathtub yang ditanam di tengah lantai marmer.

Selain kamar-kamar yang luas dan nyaman,terdapat beragam fasilitas yang menarik di hotel ini. Health & Wellness area yang lengkap dari fitness, kolam renang, sauna, dan Jacuzzi yang dapat digunakan bebas oleh para tamu yang menginap di hotel. Sedangkan fasilitas spa dikelola oleh sebuah perusahaan ternama. Kemudian terdapat Toko Deli, sebuah toko kue dan roti yang terkenal menghasilkan kue dan penganan kualitas terbaik.

Dua restoran yang turut menambah semarak hotel ini adalah Indigo Restaurant & Bar yang menyajikan makanan Indonesia dan Western food dengan suasana yang lebih modern. Dan Sarkies Seafood Restaurant yang menyajikan beragam seafood dan Chinese food. Sarkies memiliki desain unik dengan interior dari kayu jati yang terlihat sangat klasik dan dinding-dindingnya dihiasi dengan koleksi jam-jam dinding antik.

Ballroom adalah Balai Adhika yang terletak di lantai bawah, sementara ruangan konferensi yang lebih kecil terdapat di lantai atas dengan nama Rokan dan Kapuas, dipisahkan oleh partisi yang bisa dibuka sewaktu-waktu dibutuhkan.

Lokasi hotel yang berada di tengah kota Surabaya dan dekat dengan pusat bisnis membuat hotel ini sangat cocok untuk para pelaku bisnis yang melakukan perjalanan ke Kota Pahlawan. Dengan demikian, hotel ini akan menghadirkan fasilitas untuk melakukan kegiatan bisnis yang cepat sesuai standar modern sekaligus menghadirkan nuansa romantis masa lalu yang tidak ada di hotel lain.

Sumber: http://kompas.com/