Rabu, 21 Oktober 2009

Pariwisata Berbasis Budaya Jadi Gerakan Penyadaran

Yogyakarta - Pembangunan pariwisata berbasis budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dapat menjadi gerakan penyadaran kembali bagi pelaku usaha wisata bahwa daerah ini sejak dulu memiliki basis tersebut.

"Sejak dulu sampai sekarang kekuatan pariwisata daerah ini ada pada potensi seni dan budaya yang masih hidup di masyarakat. Ini yang perlu disadari kembali oleh kalangan pelaku usaha wisata di DIY," kata Ketua Forum Insan Pariwisata (Fosipa) Indonesia Sarbini, di Yogyakarta, Senin (19/10).

Menurut dia, DIY pada awalnya menjadi daerah tujuan wisata karena potensi budayanya, sehingga wisatawan tertarik untuk berkunjung ke daerah ini. "Sampai sekarang pun kekuatan pariwisata daerah ini ada pada potensi
seni dan budaya yang ada di masyarakat," katanya.

Ia mengatakan dalam perjalanan waktu tampaknya basis budaya itu telah dilupakan sebagai kekuatan besar pengembangan pariwisata di daerah ini. "Padahal, Yogyakarta sejak dulu kaya dengan ragam budaya," katanya.

Selama ini, kata dia, para pelaku usaha wisata di Yogyakarta sebatas menonjolkan dan menjual paket wisata poros Prambanan - Keraton - Borobudur, padahal sebenarnya potensi budaya daerah ini bukan hanya ketiga objek wisata itu.

Menurut Sarbini, banyak ragam budaya yang sampai sekarang masih hidup dan berkembang di masyarakat Yogyakarta. "Itu dapat menjadi potensi sajian maupun atraksi yang layak jual. Misalnya, bangunan peninggalan masa lalu, masakan khas, dan kesenian tradisonal serta desa budaya," katanya.

Ia mengatakan dengan pembangunan pariwisata berbasis budaya diharapkan mampu mengajak pemangku kepentingan pariwisata dan masyarakat Yogyakarta untuk bersama-sama mengangkat kembali budaya sebagai potensi wisata daerah ini.

Menurut dia, pemerintah daerah melalui dinas pariwisata hendaknya terus menghidupkan atraksi seni dan budaya sebagai tontonan bagi wisatawan.

"Mengembangkan pariwisata jangan hanya berpikir sempit dan dibatasi administratif kewilayahan. Misalnya, bisa saja pelaku usaha pariwisata mengundang grup kesenian tradisional daerah lain di Indonesia untuk menjadi tontonan bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah ini," katanya.

Sarbini mengatakan pariwisata berbasis budaya hendaknya dapat mewujudkan filosofi budaya sebagai akses wisata, karena perwujudan filosofi budaya ini bukan hanya sekedar nostalgia masa lalu, tetapi berkaitan dengan nilai-nilai luhur serta kreasi yang telah terbangun sebagai pendukung pariwisata.

"Masalah budaya bukan sekedar pembelajaran Bahasa Jawa saja, tetapi bagaimana sekarang budaya sebagai akses pariwisata dapat dikemas menjadi kegiatan budaya, dan ini akan menghidupi para pelaku budaya maupun para seniman," katanya. (Ant/Ol-7)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com