Kamis, 18 Februari 2010

Kirab Boyong Kedaton Meriah

Solo - Kirab Boyong Kedaton memperingati HUT ke-265 Kota Solo, Rabu, tampak mendapat sambutan secara meriah dari berbagai kalangan warga setempat.

Masyarakat memadati sepanjang tepi kanan dan kiri Jalan Slamet Riyadi Kota Solo untuk menyaksikan kirab tersebut.

Walikota Surakarta, Joko Widodo, dan Wakil Walikota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo, tampak mengenakan pakaian adat Jawa turut dalam kirab itu dengan menunggang kuda. Para peserta kirab tampak menari-nari di sepanjang jalan itu.

Seorang penonton kirab itu, Agus Suparno, mengaku, tidak bisa menikmati event itu karena terlalu banyak warga memadati tepi kanan dan kiri jalan itu, bahkan beberapa di antara mereka berdiri di badan jalan sehingga mengganggu kirab.

Petugas, katanya, juga tampak membiarkan saja warga yang berdiri di badan jalan saat menyaksikan kirab tersebut. "Kalau ada kirab lagi, panitia juga harus memperhatikan masalah pengaturan penonton, sehingga event bisa lebih menarik untuk dinikmati dan bahkan bisa dijual kepada wisatawan," katanya.

Ketua Panitia Kirab Boyong Kedaton, Bambang Suhendro, mengatakan, pihaknya telah merencanakan pengaturan penonton dan menempatkan deretan kursi di pinggir jalan khusus untuk tamu undangan dengan penjagaan oleh aparat linmas dan pramuka. "Tetapi memang pelaksanaan pengaturannya belum sesuai dengan harapan," katanya.

Ia menjelaskan, kirab itu antara lain merefleksikan kepindahan Keraton Kartasura ke Desa Sala dan nilai budaya luhur bangsa yang berkembang sejak zaman dahulu hingga saat ini.

Kirab, katanya, memang tidak dimulai dari Kartasura tetapi dari Kota Barat dan berakhir di Balaikota Surakarta.

Berbagai karya seni dipentaskan dalam kirab itu oleh kalangan pelajar berasal dari berbagai sekolah, mahasiswa dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, serta seniman berasal dari sejumlah sanggar seni di Kota Solo.

Peserta kirab juga mengusung antara lain Gamelan Sekaten, Gamelan Cara Balen, Gamelan Monggang, Gamelan Kodok Ngorek, Gamelan Slendo dan Pelog.

Berbagai gamelan itu ditabuh secara bergantian untuk memeriahkan suasana kirab. Sekitar seratus penari bedoyo dan 50 pasang pengantin yang lengkap dengan pakaian dan berbagai perlengkapannya ikut dalam kirab itu.

Terlibat pula pada kirab itu sekitar 80 penari dan 100 santri yang memainkan musik rebana, pembawa wayang kulit, dan penari topeng.

Empat simbol utama Keraton Kasunanan juga dikirab dengan mobil hias yakni Gunungan Perempuan dan Laki-Laki, Panggung Songgobuwono, Mahkota Keraton dan Canting Raja Mala.

Sebuah kereta keraton dinaiki pemeran permaisuri raja dan para putri Paku Buwono II diikuti "pengageng" keraton seperti Pangeran Mijil, Pangeran Buyut, Patih Pringgoloyo, Ki Buyut Kalipak, dan Ki Ageng Solo. (jy)

Source: http://oase.kompas.com