Sleman - Masyarakat Padukuhan Ngino, Desa Margoagung, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman akan menggelar kembali Upacara Bersih Desa "Mbah Bregas" pada Jumat 7 Mei untuk melestarikan adat dan tradisi yang sudah turun temurun.
Ketua panitia Bersih Desa dan Upacara Adat "Mbah Bregas" Sudarsi Sudarisman, Senin mengatakan kegiatan bersih desa dimaksudkan untuk menyampaikan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas hasil panen, keselamatan dan keberkahan yang diperolehnya serta harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
"Rangkaian upacara diawali pada Kamis 6 Mei mulai pukul 11.00 WIB dengan pementasan kuda lumping, kemudian pada malam harinya dilakukan pengambilan air suci tujuh klenthing (Tirta Saptomulyo) di Sendang Planangan dan ziarah makam dilanjutkan dengan pementasan `cokekan`, karawitan, macapat serta tirakatan," katanya.
Kemudian Jumat 7 Mei pukul 09.00 WIB dilakukan sesaji dan kenduri dilanjutkan dengan pementasan pagelaran wayang kulit dengan lakon "Sri Mulih" oleh dalang Ki Sunaryo dan jagong siang.
"Puncak acara diawali pada pukul 16.00 WIB dengan tari kolosal `Pesona Lereng Merapi` dari SMAN 1 Seyegan dan kirab budaya, dilanjutkan dengan prosesi upacara adat," katanya.
Ia mengatakan, rangkaian upacara adat "Mbah Bregas" ditutup pada malam harinya dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk oleh dalang Ki Sudiyono.
"Menurut legenda, Mbah Bregas merupakan cikal bakal warga/penduduk Ngino dan merupakan pengikut setia Sunan Kalijaga yang mendapat tugas untuk menjaga dan menyebarkan agama Islam di wilayah Desa Margoagung," katanya.
Konon Mbah Bregas memiliki kebiasaan mengadakan Upacara Merti Desa setelah panen raya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Pada perkembangan selanjutnya masyarakat tetap mempertahankan kebiasaan tersebut dengan nama Upacara Adat Bersih Desa Mbah Bregas untuk mengenang perjuangan beliau," katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Untoro Budiharjo mengungkapkan bahwa upacara adat "Mbah Bregas" merupakan salah satu aset budaya yang perlu terus dipertahankan untuk memperkuat sektor kepariwisataan di Kabupaten Sleman.
"Disamping itu pelaksanaan upacara adat semacam itu mampu mengembangkan aspek-aspek kesenian dan kebudayaan masyarakat lokal. Selain juga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi warga masyarakat sekitar melalui usaha dagang bagi UMKM," katanya.
Ia mengatakan, terkait dengan penyelenggaraan yang berbarengan dengan masa-masa kampanye pemilukada, diharapkan kepada masyarakat umum dan segenap masyarakat yang terlibat dalam penyelenggaraan upacara adat Mbah Bregas agar dapat menjaga suasana kondusif dan kenyamanan bagi pengunjung dan warga masyarakat sekitar. (V001/H008)
Sumber: http://www.antaranews.com
Ketua panitia Bersih Desa dan Upacara Adat "Mbah Bregas" Sudarsi Sudarisman, Senin mengatakan kegiatan bersih desa dimaksudkan untuk menyampaikan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas hasil panen, keselamatan dan keberkahan yang diperolehnya serta harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
"Rangkaian upacara diawali pada Kamis 6 Mei mulai pukul 11.00 WIB dengan pementasan kuda lumping, kemudian pada malam harinya dilakukan pengambilan air suci tujuh klenthing (Tirta Saptomulyo) di Sendang Planangan dan ziarah makam dilanjutkan dengan pementasan `cokekan`, karawitan, macapat serta tirakatan," katanya.
Kemudian Jumat 7 Mei pukul 09.00 WIB dilakukan sesaji dan kenduri dilanjutkan dengan pementasan pagelaran wayang kulit dengan lakon "Sri Mulih" oleh dalang Ki Sunaryo dan jagong siang.
"Puncak acara diawali pada pukul 16.00 WIB dengan tari kolosal `Pesona Lereng Merapi` dari SMAN 1 Seyegan dan kirab budaya, dilanjutkan dengan prosesi upacara adat," katanya.
Ia mengatakan, rangkaian upacara adat "Mbah Bregas" ditutup pada malam harinya dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk oleh dalang Ki Sudiyono.
"Menurut legenda, Mbah Bregas merupakan cikal bakal warga/penduduk Ngino dan merupakan pengikut setia Sunan Kalijaga yang mendapat tugas untuk menjaga dan menyebarkan agama Islam di wilayah Desa Margoagung," katanya.
Konon Mbah Bregas memiliki kebiasaan mengadakan Upacara Merti Desa setelah panen raya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Pada perkembangan selanjutnya masyarakat tetap mempertahankan kebiasaan tersebut dengan nama Upacara Adat Bersih Desa Mbah Bregas untuk mengenang perjuangan beliau," katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Untoro Budiharjo mengungkapkan bahwa upacara adat "Mbah Bregas" merupakan salah satu aset budaya yang perlu terus dipertahankan untuk memperkuat sektor kepariwisataan di Kabupaten Sleman.
"Disamping itu pelaksanaan upacara adat semacam itu mampu mengembangkan aspek-aspek kesenian dan kebudayaan masyarakat lokal. Selain juga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi warga masyarakat sekitar melalui usaha dagang bagi UMKM," katanya.
Ia mengatakan, terkait dengan penyelenggaraan yang berbarengan dengan masa-masa kampanye pemilukada, diharapkan kepada masyarakat umum dan segenap masyarakat yang terlibat dalam penyelenggaraan upacara adat Mbah Bregas agar dapat menjaga suasana kondusif dan kenyamanan bagi pengunjung dan warga masyarakat sekitar. (V001/H008)
Sumber: http://www.antaranews.com