Sabtu, 31 Juli 2010

Istana Melayu Lima Laras Kian Telantar

MEDAN, KOMPAS.com--Kondisi Istana Lima Laras di Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, kian memprihatinkan dan terancam rubuh karena kurangnya perhatian terhadap salah satu peninggalan kerajaan Melayu tersebut.

"Istana Lima Laras kian terlantar, tidak terurus. Dikhawatirkan dalam waktu yang tidak lama akan rubuh jika tidak ada juga upaya perbaikan," kata staf peneliti Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed) Erond Damanik di Medan, Jumat.

Ia mengatakan, kondisi areal istana sungguh memprihatinkan dan ditumbuhi semak belukar yang cukup tinggi. Pada beberapa pilar beton istana juga terdapat ayunan bayi yang dipasang warga sekitar.

Demikian pula pada beberapa bagian pintu masuk istana, kini sudah ditutup dengan palang kayu yang terkesan tidak rapi. Di beberapa sisi halaman juga terdapat tanaman sayuran sehingga memperburuk nuansa bangunan.

Sedangkan di bagian kanan bangunan terdapat sumur yang tidak terawat dengan sampah-sampah berserakan di sekitarnya. Kondisi yang sama juga terlihat pada bagian belakang istana yang ditubuhi rumput setinggi hampir satu meter.

Yang paling menghawatirkan, menurut dia, adalah balok-balok kayu penyangga bangunan lantai dua dan tiga yang sudah terlihat lapuk dimakan usia. Kondisi itu diperparah dengan tidak adanya pelindung dari air hujan, sehingga mempercepat proses pelapukan.

"Sangat dibutuhkan uluran tangan dari berbagai pihak untuk melestarikan aset sejarah yang bernilai tinggi itu agar tetap eksis. Dengan demikian, proses pewarisan nilai-nilai sejarah tetap dapat berlangsung hingga ke anak cucu," katanya.

Istana berarsitektur Melayu tersebut dibangun pada tahun 1912, yakni pada era kepemimpinan Datuk Matyoeda, Raja Kerajaan Lima Laras XII. Istana itu dibangun di areal seluas 102x98 meter persegi.

Bangunan tersebut memiliki empat anjungan dan pada tiap sisi bangunan dilengkapi kisi-kisi dan ornamen atap yang bercirikan Melayu.

Keseluruhan bangunan memiliki 28 pintu dan 66 pasang jendela serta tangga unik berputar dengan 27 anak tangga.

"Di depan istana terdapat sepasang meriam yang sudah bergeser dari posisinya. Pada meriam itu tidak lagi terbaca tulisan penanda karena sudah berkarat dan tidak terawat," katanya.

Sumber : http://oase.kompas.com