Sabtu, 04 September 2010

Layang-layang Hiasi Langit Sanur

DENPASAR, -Puluhan layang-layang tradisional dan kreasi baru yang diterbangkan serempak di arena Festival Sanur (SVF) 2010, Kamis, membuat langit Pantai Mertasari, Sanur, Bali tampak berwarna-warni.

Koordinator Lomba Layang-Layang Kadek Dwi Armika di Sanur, Kamis mengatakan, kegiatan tahunan itu diikuti sekitar 732 peserta lokal, nasional, dan mancanegara.

"Antusias peserta lokal maupun dari sejumlah negara cukup tinggi. Itu artinya kegiatan ini sudah semakin diperhitungkan di kancah nasional maupun internasional," katanya.

Jenis layang-layang tradisional yang dilombakan meliputi janggan (filosofi naga), pucukan dua sudut bermakna lambang Dewa Siwa, bebean dua dimensi, kreasi baru dua dan tiga dimensi.

Selain layang-layang yang diterbangkan siang hari, pada festival kali ini juga diterbangkan layangan malam hari yang dihiasi lampu warna-warni.

Dwi Armika menjelaskan, Sanur telah dikenal sebagai barometer layang-layang di dunia, karena sudah sejak 32 tahun lalu menjadi tempat penyelenggaraan "Bali Kite Festival".

"Kami berharap festival layang-layang nanti dapat meningkatkan motivasi masyarakat guna terus menumbuhkembangkan kreativitas dalam penciptaan layang-layang. Ini sebagai salah satu daya tarik pariwisata Pulau Dewata," katanya.

"Nampaknya langit Sanur bagai sedang berwarna-warni," ucap Morgan Vianio, wisatawan asal Jerman.

Siang itu, kawasan Sanur menjadi teduh karena layang-layang berukuran yang diterbangkan serentak menghalangi sinar matahari.

Ketua Panitia SVF 2010 Ida Bagus Gede Sidharta Putra mengatakan, Desa Sanur dikenal dengan tradisi layang-layang sebagai wujud kegembiraan masyarakat saat musim panen yang didukung kondisi angin pantai yang kencang.

"Mengibarkan layang-layang di angkasa sudah menjadi identitas Desa Sanur. Festival layang-layang yang sudah digelar sejak SVF pertama tahun 2006 dan selalu mendapat respons luar biasa," katanya.

Pengunjung bukan saja dapat melihat keindahan gerak layang-layang di angkasa, namun bagaimana sekumpulan orang yang menerbangkannya dituntut memiliki kebersamaan.

"Mereka dipandu oleh alunan musik tradisonal, seperti baleganjur yang terasa menyatu, ditandai penuh keriangan," kata Gede Sidharta.

Kelompok penggemar dan profesional pemain layang-layang yang dijadwalkan akan menerbangkan layangannya berasal dari Prancis, China, Jepang, Thailand, Filipina, Korea, Malaysia, Singapura, Selandia Baru, Belanda, Inggris, Australia, dan Swedia.

Sumber : http://oase.kompas.com