
SURABAYA – Dengan suara lantang, Surat Al Maun dibacakan. Salah satu surat dalam Al Quran yang membicarakan beberapa sifat manusia yang dipandang sebagai mendustakan agama dan ancaman terhadap orang-orang yang melakukan salat dengan lalai dan riya ini dibacakan dengan tegas Wakil Gubernur Jatim, Saifullah Yusuf. Mengenakan kaos berkerah warna hitam kombinasi abu-abu, Gus Ipul-panggilan akrabnya seakan mengingatkan kembali makna beragama yang tidak hanya beribadah kepada Tuhan tetapi juga memberikan perhatian yang mendalam terhadap orang-orang lemah, yaitu mereka yang miskin dan tertindas.
Surat Al Maun itu dibacakan Gus Ipul di acara Tadarus Puisi yang diadakan Arek TV di Kompleks Rich Palace, Sabtu (4/9) malam. Dengan nada bercanda, Wakil Gubernur yang dikenal humoris ini mengatakan dia sedikit menyesal menghadiri acara semalam. ”Kalau tahu bakalan disuruh membacakan puisi, aku mending gak teko rek. Gak iso moco puisi aku. Tapi karena bertepatan dengan Ramadan, saya ambil surat dalam Al Quran ini saja untuk mengingatkan kita kembali,” ujarnya.
Tidak hanya Gus Ipul yang malam itu ‘’dipaksa’’ berpuisi. Wakil Ketua DPRD Jatim, Sirmadji pun tidak ketinggalan. Dengan gayanya, ia membacakan puisi yang berasal dari surat TKW asal Jatim yang saat ini bekerja di Hong Kong. Surat yang dipuisikan tersebut berisi permohonan maaf seorang ibu kepada anaknya karena Lebaran kali ini tidak bisa pulang dan tidak bisa memberikan apa-apa untuk anaknya.
Surat berjudul ‘Maaf Hari Raya Ini Mama Tidak Bisa Kirim Apa-apa’ ini dikirimkan Karmi untuk putrinya Katrin. Mendengar puisi ini dibacakan, kita seakan diingatkan kembali betapa kasih sayang ibu kepada putrinya. Nampak jelas kerinduan dan pengharapan-pengharapan seorang ibu kepada putrinya terangkai melalui kata-kata dalam surat tersebut. Katrin diharapkan Karmi bisa menjadi anak yang giat belajar, sopan kepada yang lebih tua, bersabar dan selalu berbuat baik. Karmi juga menyampaikan permohonan maaf kepada putrinya karena tidak bisa mengirimkan apa-apa di Lebaran kali ini.
Direktur Arek TV, Amang Sugandhi mengatakan acara ini diikuti sekitar 25 penyair dari beberapa kota di Jawa Timur seperti Mojokerto, Jombang, Bojonegoro, Trenggalek hingga Ngawi. Dikatakan Amang, acara ini dibuat karena sepertinya kebiasaan bertutur dengan kata-kata indah seperti puisi, dongeng, geguritan atau macapatan seakan semakin dilupakan. Dengan gaya hidup masyarakat saat ini, seni seperti puisi sekaligus penyairnya seakan terpinggirkan. ”Masyarakat sekarang kurang bisa menghargai seni, termasuk puisi,” kata Amang. ang
Sumber : http://www.surabayapost.co.id
Surat Al Maun itu dibacakan Gus Ipul di acara Tadarus Puisi yang diadakan Arek TV di Kompleks Rich Palace, Sabtu (4/9) malam. Dengan nada bercanda, Wakil Gubernur yang dikenal humoris ini mengatakan dia sedikit menyesal menghadiri acara semalam. ”Kalau tahu bakalan disuruh membacakan puisi, aku mending gak teko rek. Gak iso moco puisi aku. Tapi karena bertepatan dengan Ramadan, saya ambil surat dalam Al Quran ini saja untuk mengingatkan kita kembali,” ujarnya.
Tidak hanya Gus Ipul yang malam itu ‘’dipaksa’’ berpuisi. Wakil Ketua DPRD Jatim, Sirmadji pun tidak ketinggalan. Dengan gayanya, ia membacakan puisi yang berasal dari surat TKW asal Jatim yang saat ini bekerja di Hong Kong. Surat yang dipuisikan tersebut berisi permohonan maaf seorang ibu kepada anaknya karena Lebaran kali ini tidak bisa pulang dan tidak bisa memberikan apa-apa untuk anaknya.
Surat berjudul ‘Maaf Hari Raya Ini Mama Tidak Bisa Kirim Apa-apa’ ini dikirimkan Karmi untuk putrinya Katrin. Mendengar puisi ini dibacakan, kita seakan diingatkan kembali betapa kasih sayang ibu kepada putrinya. Nampak jelas kerinduan dan pengharapan-pengharapan seorang ibu kepada putrinya terangkai melalui kata-kata dalam surat tersebut. Katrin diharapkan Karmi bisa menjadi anak yang giat belajar, sopan kepada yang lebih tua, bersabar dan selalu berbuat baik. Karmi juga menyampaikan permohonan maaf kepada putrinya karena tidak bisa mengirimkan apa-apa di Lebaran kali ini.
Direktur Arek TV, Amang Sugandhi mengatakan acara ini diikuti sekitar 25 penyair dari beberapa kota di Jawa Timur seperti Mojokerto, Jombang, Bojonegoro, Trenggalek hingga Ngawi. Dikatakan Amang, acara ini dibuat karena sepertinya kebiasaan bertutur dengan kata-kata indah seperti puisi, dongeng, geguritan atau macapatan seakan semakin dilupakan. Dengan gaya hidup masyarakat saat ini, seni seperti puisi sekaligus penyairnya seakan terpinggirkan. ”Masyarakat sekarang kurang bisa menghargai seni, termasuk puisi,” kata Amang. ang
Sumber : http://www.surabayapost.co.id