Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (1796-1854) dianggap sebagai pembaharu dalam perkembangan sastra Melayu. Para sarjana kolonial pun meminati karya-karya sastrawan yang hidup dalam abad ke-19 itu, karena sikapnya yang sangat pro-Eropa.
Hal itu mengemuka dalam diskusi buku Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, yang diselenggarakan oleh Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin dan Dewan Kesenian Jakarta, di Taman Ismail Marzuki Jakarta, Senin (25/7/2005). Buku jilid 1 itu berisi karya Kisah Pelayaran Abdullah ke Kelantan dan Kisah Pelayaran Abdullah ke Mekah.
Buku suntingan Amin Sweeney profesor emeritus dalam bidang pengkajian Melayu dari Universitas California, Berkeley, AS itu diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dan Ecole francaise d’Extreme- Orient (EFEO). EFEO, sejak tahun 1980, memprakarsai penerbitan Seri Naskah dan Dokumen Nusantara, dan karya Amin itu adalah seri ke-20.
Menurut filolog Edwar Djamaris dari Pusat Bahasa, Abdullah merupakan pembaharu penulisan karya sastra Melayu lama, terutama bila ditinjau dari segi isi dan bahasanya. Dari segi isi, karya sastra yang ditulis Abdullah sudah jauh berbeda dengan karya sastra Melayu lama sebelumnya, yang umumnya berisi mite, legenda, atau dongeng. Adapun dari segi bahasa, Abdullah sudah mulai mengurangi meskipun tidak sepenuhnya penggunaan bahasa Melayu lama, ungkap Edwar.
Amin Sweeney sendiri enggan menyebut Abdullah sebagai pembaharu atau pelopor sastra Melayu modern. Menurut Amin, keunggulan Abdullah adalah karena karya-karyanya dicetak dan diterbitkan, sehingga dibaca banyak orang. (LAM)
Sumber : Kompas
Hal itu mengemuka dalam diskusi buku Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, yang diselenggarakan oleh Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin dan Dewan Kesenian Jakarta, di Taman Ismail Marzuki Jakarta, Senin (25/7/2005). Buku jilid 1 itu berisi karya Kisah Pelayaran Abdullah ke Kelantan dan Kisah Pelayaran Abdullah ke Mekah.
Buku suntingan Amin Sweeney profesor emeritus dalam bidang pengkajian Melayu dari Universitas California, Berkeley, AS itu diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dan Ecole francaise d’Extreme- Orient (EFEO). EFEO, sejak tahun 1980, memprakarsai penerbitan Seri Naskah dan Dokumen Nusantara, dan karya Amin itu adalah seri ke-20.
Menurut filolog Edwar Djamaris dari Pusat Bahasa, Abdullah merupakan pembaharu penulisan karya sastra Melayu lama, terutama bila ditinjau dari segi isi dan bahasanya. Dari segi isi, karya sastra yang ditulis Abdullah sudah jauh berbeda dengan karya sastra Melayu lama sebelumnya, yang umumnya berisi mite, legenda, atau dongeng. Adapun dari segi bahasa, Abdullah sudah mulai mengurangi meskipun tidak sepenuhnya penggunaan bahasa Melayu lama, ungkap Edwar.
Amin Sweeney sendiri enggan menyebut Abdullah sebagai pembaharu atau pelopor sastra Melayu modern. Menurut Amin, keunggulan Abdullah adalah karena karya-karyanya dicetak dan diterbitkan, sehingga dibaca banyak orang. (LAM)
Sumber : Kompas