Sabtu, 13 November 2010

Bangkitlah Melayu Sedunia

Tanjungpinang- Peradaban bangsa Melayu masa lalu yang gemilang, telah menorehkan catatan sejarah yang tak terbantahkan. Kesamaan agama, bahasa dan budaya menjadi tonggak penting bangsa Melayu. Bagaimana upaya dan kiprah Dunia Melayu Dunia Islam menggapai kegemilangan masa kini?

Kendati berasal dari berbagai negara dan daerah, rasa serumpun dan bersaudara sebagai orang Melayu, terasa kental bagaikan saudara yang lama tak bertemu. Gagasan menyambung kembali tali silaturahmi melalui Dunia Melayu Dunia Islam beberapa tahun lalu, memberi spirit baru bagi warga Kepulauan Riau.

Berbicara tentang Melayu, tidak hanya sebagai sebuah etnis atau bangsa yang pernah mencapai puncak kegemilangannya di masa lalu, tetapi perlu dipahami sebagai sebuah kesamaan agama, bahasa dan yang membangun peradaban Melayu di dunia.

Melayu identik dan sinonim dengan Islam. Melayu dan Islam begitu sebati dan tak dapat dipisahkan. ”Saat ini, lebih 300 juta penduduk dunia adalah Melayu dan lebih dari 1,6 Miliar penduduk dunia beragama Islam,” kata YAB Datuk Seri Haji Mohd Ali Rustam, Ketua Menteri Melaka dan juga Presiden Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) usai pengukuhan Sekretariat DMDI Cawangan Provinsi Kepri, Sabtu (19/5).

Sejarah mencatat, ikatan persaudaraan dan kekerabatan antara Negeri Melaka Malaysia dengan Kepulauan Riau, sudah terjalin sejak lama. Riau dan semenanjung Melayu, sudah berhubungan sejak abad ke-7 saat kejayaan Kerajaan Sriwijaya.

Kekuasaan dan wilayah kerajaan Melaka meliputi Sumatera Selatan dan Barat, sebagian pantai Barat dan Timur semenanjung Melayu. Saat itu, Melaka menjadi kota kosmopolitan, pusat perdagangan dunia yang mempertemukan budaya Barat dan Timur.

”Melaka menjadi tapak penyebaran agama Islam dan pusat perniagaan di tanah Melayu sebelum masuknya Portugis, dan Malaka direbut penjajah pada tahun 1511. Setiap hari ada sekitar 2000 kapal yang sandar di Melaka, sehingga ada 80 bahasa yang digunakan di Melaka, dan bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pengantar hingga kini,” kata Mohd Ali Rustam.

Bahasa Melayu kemudian mengglobal ke penjuru dunia, dan menjadi wujud kejayaan Melayu. Kini diakui, Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. ”Kejayaan peradaban Melayu masa lalu perlu dikembalikan seperti semula. Jika Melayu di Malaysia dan Indonesia bersatu, maka akan bangkitlah kejayaan Melayu di seluruh dunia,” kata presiden DMDI itu disambut tepuk tangan gemuruh hadirin.

Indonesia umumnya dan Kepri khususnya, kata Mohd Ali Rustam, dapat berkongsi atau bekerja sama dengan menyatukan kekuatan masing-masing. Perkongsian ini sangat mungkin dilakukan, mengingat Kepri dan Malaysia memiliki kesamaan bahasa serta budaya. ”Melaka dan Kepri bagaikan saudara,” tukasnya.

Datuk Mohd Ali mengatakan, saat ini musuh yang dihadapi untuk mengembalikan kejayaan tersebut bukan lagi Belanda, Portugis atau Barat. Tapi, kemiskinan, buta huruf, dan kekurangan ilmu. Hal ini yang harus diperbaiki agar sumber daya manusia bangsa Melayu menjadi handal. ”Kini tidak lagi bertumpu pada modal, tanah dan jumlah pekerja, tapi pada modal manusia,” katanya.

Melaka dikenal sebagai kota bersejarah dan pelabuhan terkaya dengan jumlah kapal terbanyak di dunia. Melaka juga menjadi pusat perdagangan utama di Asia Tenggara sekaligus pusat penyebaran Islam di negeri serantau Melayu. Namun, peradaban Melayu runtuh dan terpecah belah sehingga mudah ditaklukkan penjajah.

Perkuat Jaringan Antar-Bangsa
Kegemilangan masa lalu, bisa menjadi teras kemajuan masa kini secara global, terutama pada bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tamadun Melayu yang diartikan sebagai kebudayaan, kemajuan dan peradaban bangsa Melayu. Eksistensinya telah terwujud sejak berabad-abad lalu. Puncaknya, ketika agama Islam berkembang dan menyebar dari Melaka yang juga menjadi pusat perdagangan di Timur.

Peradaban Melayu masa lalu yang gemilang, menorehkan catatan sejarah yang tak terbantahkan. Kesamaan agama, bahasa dan budaya menjadi tonggak penting bangsa Melayu. Bagaimana upaya dan kiprah Dunia Melayu Dunia Islam menggapai kegemilangan masa kini?

Puncak kegemilangan Melayu adalah ketika ilmu pengetahuan, perdagangan, perkapalan berkembang pesat. Orang Melayu terkenal sebagai pedagang dan pelaut, tidak saja di nusantara tapi ke seluruh dunia.

Latar belakang dan kegemilangan sejarah itulah yang mendorong terbentuknya Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) yang memantau, mengadakan pertemuan dengan seluruh bangsa Melayu Islam di berbagai belahan dunia, termasuk berbagai kota di Indonesia. Selain bidang pendidikan, berbagai program kemanusiaan, kerja sama ekonomi, budaya, remaja dan wanita, pertukaran pelajar dan kesehatan.

Selain ilmu pengetahuan, yang harus dimiliki untuk melawan kemiskinan dan buta huruf adalah kemahiran. “Kenali kemahiran,” ujar Menteri Besar Melaka, Datuk Mohd Ali bin Rustam saat menghadiri seminar DMDI bertema Kepulauan Riau Marwah Kegemilangan Melayu, Sabtu (19/5) di Bintan Beach Resort (BBR) Kota Tanjungpinang.

Kemudian, kenali kekuatan yang ada pada diri, dan dengan kekuatan yang dimiliki inilah yang digunakan sebaik mungkin. Kekuatan yang dimiliki Melaka saat ini salah satunya adalah di bidang kesehatan.

“Saye diberitahu Pak Ismeth, banyak orang Kepulauan Riau yang datang berubat ke Melaka. Saye ucapkan terima kaseh,” katanya dengan logat Melayu yang kental, sambil melirik Gubernur Kepri Ismeth Abdullah yang tampak tersenyum simpul. “Banyak perkongsian yang dapat dibina bersama,” sambungnya.

Harap dicatat, sejak lama warga Kepulauan Riau ramai berkunjung ke Melaka untuk berobat sambil pelesiran. Sebab, Melaka yang mengusung motto bandar bersejarah itu, terkenal dengan pelayanan dan kecanggihan rumah sakitnya seperti Mahkota Medical Centre, Southern yang kini berubah nama menjadi Putra Specialist Hospital dan RS Pantai. Seseorang nyeletuk,” Enak juga kalau kita berobat ke Melaka dapat diskon,” katanya, tertawa.

Pengukuhan DMDI yang diketuai Wakil Gubernur Kepri Drs HM Sani yang dilakukan Gubernur Kepri Drs H Ismeth Abdullah, seperti gayung bersambut. Sebab, DMDI Kepri diharapkan menjadi motor penggerak berbagai kerja sama membangun peradaban Melayu yang gilang-gemilang.

Menurut Ismeth Abdullah, orang Melayu dikenal cerdas dan memiliki tingkat intelektual yang tinggi sehingga patut menjadi contoh dan teladan. Kendati begitu, ia mengingatkan tentang pengaruh westernisasi, yang patut dicermati dan diwaspadai.

“Melayu dan Islam sangat fleksibel karena masyarakatnya cerdas, dan berakhlak mulia. DMDI dapat meningkatkan networking antarbangsa untuk mencapai kesuksesan. Kesuksesan ini tidak bisa dicapai sendiri-sendiri, tapi perlu kerjasama,” papar Ismeth.

Hal senada diungkapkan Wakil Gubernur Kepri Drs HM Sani yang memaparkan perjalanan sejarah peradaban Melayu masa lalu dan menjadi landasan dan starting point kegemilangan masa kini.

Usai dikukuhkan, Sani menyampaikan lima resolusi hasil seminar yang dilaksanakan pada hari itu. Pertama, sejarah pada abad ke-18 hingga 19 kejayaan Melayu sudah sebagai pusat intelektual. Kedua, Perlu membangkitkan kembali pada masa sekarang Melayu dengan kecerdasan, keuletan, budaya, agama dan ekonomi. Ketiga, Provinsi Kepri menjadi pusat pengembangan bahasa dan budaya Melayu. Keempat, menciptakan SDM Melayu yang handal dan yang kelima, perlu kerja sama bersama-sama antara negeri serumpun Melayu.

Lima resolusi itu, diserahkan Sani kepada President DMDI Datuk Mohd Ali bin Mohd Rustam. Langkah awal gebrakan DMDI Kepri pada seminar dan lokakarya itu, ditandatanganinya beberapa Memorandum of Understanding (MoU) dengan beberapa lembaga pendidikan di Kepulauan Riau. Kesadaran sejarah dan latar belakang bangsa serumpun ini menjadi landasan dan tapak tilas untuk meraih kegemilangan di masa depan. Melayu dan Islam yang sebati bagaikan aur dengan tebing, menjadi fondasi meraih kegemilangan Melayu umumnya dan Kepulauan Riau khususnya. Seperti kata-kata sakti Hang Tuah: Takkan Melayu hilang di bumi.

Sumber : Batam Pos