Selasa, 23 Agustus 2011

Wisata Ziarah Tak Pernah Sepi

Jakarta - Makam-makam tokoh tertentu ternyata bisa mendatangkan wisatawan dan memberikan pemasukan untuk daerah. Seperti makam Wali Songo di Jawa Tengah yang tak pernah sepi dari peziarah. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah Prasetyo Aribowo, di Jawa Tengah terdapat tiga makam sunan dari Wali Songo.

"Di Kudus ada Makam Sunan Kudus dan Sunan Muria. Di Demak ada makam Sunan Kalijaga. Ini yang datang wisatawan asing dan wisatawan domestik," ungkapnya kepada Kompas.com via telepon, Sabtu (4/6/2011). Ia menuturkan, dalam semalam, makam-makam ini dikunjungi oleh lebih dari tiga bus.

"Kalau lagi high season, bisa 50 bus. Ini angka yang besar. Tapi, paketnya belum ada. Kami meminta dari ASITA untuk membuatkan paket. Kalau wisatawan asing yang datang, banyak dari Malaysia dan Brunei," ungkapnya. Ia menambahkan wisman yang datang, selain berfoto-foto, juga melakukan ziarah.

"Kalau wisatawan domestik, ziarah dan berdoa juga tapi lebih lama. Kalau wisman, hanya sebentar doa dan lihat-lihat. Kalau orang kita, bisa sampai menginap atau di sana sampai berjam-jam," lanjutnya.

Sementara itu, pada kesempatan lain Direktur Produk Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Achyaruddin menuturkan, konsep wisata ziarah adalah berkunjung ke suatu tempat yang memiliki nilai historis secara kacamata budaya dan agama.

"Berarti wisata ziarah ini ke peninggalan-peninggalan sejarah dan budaya seperti Candi Borobudur. Kalau dari sisi agama, makam Wali Songo termasuk. Hal ini berlaku untuk semua obyek yang diziarahi yang ada di Indonesia. Termasuk makam Belanda di Indonesia. Itu banyak yang diziarahi dan dibantu oleh Pemerintah Belanda untuk perawatan dan penataan. Beberapa makam Belanda itu ada yang di Aceh, Ancol, dan Tarakan," tutur Achyaruddin.

Peziarah yang datang biasanya memiliki kedekatan dari sisi historis atau leluhur. Ia menambahkan, ada beberapa orang yang merasa tidak perlu melakukan ziarah, tetapi ada pula pemahaman tertentu yang merasa perlunya melakukan ziarah. Itu karena, lanjutnya, ziarah dapat menjadi sarana untuk mengingat sejarah. Misalnya, katanya, ziarah ke makam Wali Songo bisa untuk mengingat luar biasanya peran Wali Songo dalam menyebarkan Islam di nusantara.

"Ziarah ini dibenarkan selama peziarah tidak meminta sesuatu ke makam. Itu bukan konsep yang dikembangkan untuk wisata. Kami terus mengembangkan paket-paket yang menyusun produk wisata ziarah. Juga ada kerja sama antarnegara untuk peninggalan-peninggalan budaya. Di ASEAN ada istilahnya TOC atau trial of civilization. Misalnya hubungan antara Angkor Wot di Kamboja dan Candi Borobudur," kata Achyaruddin.

Kedua obyek ini, lanjutnya, didesain agar informasi tentang Angkor Wot ada di Candi Borobudur dan sebaliknya, informasi mengenai Candi Borobudur ada di Angkor Wot. Ia mengatakan, kerja sama ini sudah ada sejak 2007 dan masih perlu terus dibangun.

"Nanti, Jawa Tengah mau membangun informasi fisik tentang Angkor Wat. Begitu juga sebaliknya. Itu karena di dinding Angkor Wat ada relief tentang Ramayana. Nah, kalau wisatawan mau lihat live-nya, silakan datang ke Candi Prambanan untuk menonton Sendratari Ramayana," jelasnya.