Rabu, 28 Oktober 2009

Pengunjung Pameran Merasa Membuat Batik Tidak Mudah

Surabaya - Membatik itu tidak gampang. Paling tidak, itulah yang dirasakan para pengunjung pameran batik Jawa Timur dan UKM Award di Convention Hall Gramedia Expo, kemarin.

Pengunjung pameran memang mendapatkan kesempatan untuk mencoba langsung cara membuat batik di stan Kabupaten Pasuruan. Mereka terlihat kerepotan saat menorehkan canting berisi malam panas ke atas kain putih yang sudah ada gambar mal-nya.

''Wah, ternyata susah, ya,'' tutur Dewi, salah seorang pengunjung, setelah mencoba membatik. Menurut dia, kerumitan teknik dalam membatik itulah yang membuat hasil kerajinan yang satu ini jadi mahal harganya.

Hal serupa juga diungkapkan Novian Budi F. Dokter di RS Mitra Keluarga ini mengajak istri dan kedua putranya untuk mencoba membatik. ''Malamnya panas,'' tutur Albert, putra Novian.

Anak kelas dua SD tersebut mengaku kesulitan saat meneteskan malam di atas kain. Akibatnya, hasilnya tidak rata.

Menurut Sri Khofifah, pemilik Batik Dinar Agung Pasuruan, demo membatik itu untuk memberi pengalaman tersendiri bagi pengunjung stannya. ''Biar lebih menarik minat pengunjung,'' tutur Sri Khofifah.

Selain praktik membatik langsung, pameran yang digagas Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Dinkop dan UMKM) Jawa Timur itu juga menampilkan batik khas dari berbagai daerah di Jatim. Seluruh kabupaten/kota se-Jatim ikut serta dalam pameran ini. Masing-masing peserta menampilkan batik khas asli daerahnya.

''Ciri khas batik Jatim lebih pada warnanya,'' tutur Erwin Sosrokusumo, ketua Asosiasi Tenun Batik dan Bordir (ATBB) Jawa Timur. Warna yang mencolok dan ciri kelokalan masing-masing daerah Jatim merupakan keunggulannya.

Ciri-ciri lokal tersebut memang terlihat dari corak batik setiap daerah. Misalnya, batik Magetan yang bercorak gambar bambu. ''Di daerah kami masih banyak tumbuh pring (bambu),'' tutur Mukit Rahayu, perajin batik asli Magetan.

Demikian juga dengan batik Ponorogo, Tuban, Sidoarjo, dan Madura. Corak lokal seperti reog ponorogo, sisik tuban, sekar jagat, dan corak burung banyak ditemui dalam khasanah batik Jatim.

Batik dengan motif-motif langka ikut pula memeriahkan pameran yang akan berakhir hari ini (27/10) tersebut. Misalnya batik gentong dari Bangkalan. Batik itu memiliki kekhasan dalam hal proses pembuatan. ''Ada dua kali pewarnaan,'' tutur Iskandar Zulkarnaen., pembatik Bangkalan.
Setelah diwarnai, batik kemudian disimpan di dalam gentong selama tiga bulan. Setelah itu, kemudian diwarnai lagi, sebelum kemudian dicuci untuk dikeringkan. (upi/ari)

Sumber: http://www.jawapos.com