London - Pameran topeng Asia dan Oceania dibuka secara resmi yang tengah berlangsung di museum Etnografi Hungaria, Budapest dengan menampilkan tari topeng dengan diiringi tabuhan musik tradisional Jawa, mengawali upacara pembukaan.
Hal ini merupakan penghargaan dan perhatian khusus pihak Hungaria kepada Indonesia, ujar Sekretaris Kedua KBRI Budapest, Patricia Silalahi kepada koresponden ANTARA London, Senin.
Ia mengatakan, pameran ini menampilkan topeng-topeng langka dari negara-negara Asia dan Oceania termasuk Indonesia, China, Vietnam, Jepang, Papua Nugini dan lain-lain.
Topeng-topeng tersebut terbuat dari emas dan lainnya dari kayu, kulit dan batu-batu lajurit serta giok, sebagian besar topeng merupakan koleksi pribadi Dr Istvan Zelnik.
Pakar budaya Dr Zsigmond Ritok mengemukakan, penggunaan topeng pada dasarnya menyembunyikan banyak hal dari diri pemakai dan yang nampak dari wajah topeng adalah jati diri yang sebenarnya.
Cahaya topeng jenazah menampilkan kekuatan yang bersangkutan, ujarnya pada acara pembukaan yang dihadiri kalangan diplomatik serta tokoh pemerintahan dan pemerhati kebudayaan.
Sementara itu, Duta Besar Indonesia Mangasi Sihombing mengatakan penggunaan topeng adalah bagian dari kebudayaan tua Indonesia yang hingga kini tetap terpelihara dan hidup dalam masyarakat.
Dia menekankan kekayaan budaya mencerminkan kekayaan alam dan ekonomi yang menjadikan Indonesia sebagai negara dan bangsa besar, dan akan mencapai kemajuan setara dengan bangsa-bangsa maju lainnya.
Karena itu kerja sama dengan Indonesia menjanjikan bagi semua pihak, ujarnya.
Para penabuh musik Jawa yang ikut ambil bagian dalam acara ini adalah Dus Polett untuk gender, Jakab Geza untuk gendang, Kiss Marta untuk suling, Szilagy Peter untuk rebab serta Shinto Dery sebagai sinden. Penari tunggal adalah Gergye Krisztian.
Selain Shinto, mereka adalah peserta beasiswa Darmasiswa beberapa tahun silam di Indonesia. Krisztian saat ini telah menjadi koreografer ternama Hungaria dan pernah meraih "Choreographer of the Year" Hungaria.
Kiss Marta adalah pengarang dan meniti karir sebagai pelukis yang semakin menanjak. Dus Polett aktif memimpin band yang selalu mengkombinasikan musik tradisional Indonesia dengan musik modern.
Museum Etnografi Hungaria yang di pimpin Dirjennya, Dr Zoltan Fejos, mengharapkan kedepan kerja sama yang lebih luas dengan Indonesia, demikian Patricia Silalahi. (JY)
Sumber: http://oase.kompas.com
Hal ini merupakan penghargaan dan perhatian khusus pihak Hungaria kepada Indonesia, ujar Sekretaris Kedua KBRI Budapest, Patricia Silalahi kepada koresponden ANTARA London, Senin.
Ia mengatakan, pameran ini menampilkan topeng-topeng langka dari negara-negara Asia dan Oceania termasuk Indonesia, China, Vietnam, Jepang, Papua Nugini dan lain-lain.
Topeng-topeng tersebut terbuat dari emas dan lainnya dari kayu, kulit dan batu-batu lajurit serta giok, sebagian besar topeng merupakan koleksi pribadi Dr Istvan Zelnik.
Pakar budaya Dr Zsigmond Ritok mengemukakan, penggunaan topeng pada dasarnya menyembunyikan banyak hal dari diri pemakai dan yang nampak dari wajah topeng adalah jati diri yang sebenarnya.
Cahaya topeng jenazah menampilkan kekuatan yang bersangkutan, ujarnya pada acara pembukaan yang dihadiri kalangan diplomatik serta tokoh pemerintahan dan pemerhati kebudayaan.
Sementara itu, Duta Besar Indonesia Mangasi Sihombing mengatakan penggunaan topeng adalah bagian dari kebudayaan tua Indonesia yang hingga kini tetap terpelihara dan hidup dalam masyarakat.
Dia menekankan kekayaan budaya mencerminkan kekayaan alam dan ekonomi yang menjadikan Indonesia sebagai negara dan bangsa besar, dan akan mencapai kemajuan setara dengan bangsa-bangsa maju lainnya.
Karena itu kerja sama dengan Indonesia menjanjikan bagi semua pihak, ujarnya.
Para penabuh musik Jawa yang ikut ambil bagian dalam acara ini adalah Dus Polett untuk gender, Jakab Geza untuk gendang, Kiss Marta untuk suling, Szilagy Peter untuk rebab serta Shinto Dery sebagai sinden. Penari tunggal adalah Gergye Krisztian.
Selain Shinto, mereka adalah peserta beasiswa Darmasiswa beberapa tahun silam di Indonesia. Krisztian saat ini telah menjadi koreografer ternama Hungaria dan pernah meraih "Choreographer of the Year" Hungaria.
Kiss Marta adalah pengarang dan meniti karir sebagai pelukis yang semakin menanjak. Dus Polett aktif memimpin band yang selalu mengkombinasikan musik tradisional Indonesia dengan musik modern.
Museum Etnografi Hungaria yang di pimpin Dirjennya, Dr Zoltan Fejos, mengharapkan kedepan kerja sama yang lebih luas dengan Indonesia, demikian Patricia Silalahi. (JY)
Sumber: http://oase.kompas.com