Senin, 02 Agustus 2010

Seni Budaya Bali Tetap Kokoh

DENPASAR, --Seni budaya Bali yang diwarisi masyarakat Pulau Dewata secara turun-temurun mampu beradaptasi secara aktif dengan unsur budaya luar yang datang dari mancanegara, sehingga perkembangannya tetap kokoh dalam kehidupan masyarakat setempat.

"Proses adaptasi seni budaya itu berlangsung secara damai, menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat," kata I Gede Ardika, mantan menteri Kebudayaan dan Pariwisata di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan, hubungan kebudayaan Bali dengan dunia luar tersebut antara lain lewat perdagangan, yang awalnya berupa saling memberi dan menerima, dan akhirnya menjadi jembatan penghubung antarnegara di dunia.

"Hanya saja dalam keadaan tertentu seperti zaman penjajahan, terjadi suasana ’pemaksaan’ suatu kebudayaan terhadap kebudayaan yang lain hingga hilangnya akar budaya setempat," ujar Gede Ardika.

Kondisi demikian diharapkan tidak terulang kembali di era globalisasi yang membawa dunia dalam perdagangan bebas tanpa batas-batas negara dewasa ini, ucapnya.

Gede Ardika menjelaskan, adaptasi seni budaya Bali antara lain tercermin dalam arsitektur tradisional Bali yang sangat elastis, karena mudah memadukan dan menyerasikan dengan unsur budaya luar.

"Arsitektur tradisional selama ini mampu mengangkat citra Bali, khususnya dalam penataan ruang, karena seluruh bangunan baik milik masyarakat, pemerintah, maupun swasta seperti hotel, umumnya mencerminkan arsitektur Bali," tutur Gede Ardika.

Dalam era globalisasi dewasa ini, hampir tidak ada bagian dunia lupat dari arus perdagangan bebas. Kegiatan ekonomi itu lebih merupakan arus satu arah yang sangat kuat dari negara maju ke negara-negara berkembang.

Perdagangan itu lebih banyak menguntungkan negara-negara yang sudah mapan. Kekuatan perdagangan bebas dengan segala implikasinya sangat dikhawatirkan menyebabkan terjadinya "kebudayaan tunggal dunia".

Kondisi itu dikhawatirkan memusnahkan kebudayaan lokal, padahal nilai budaya lokal setiap bangsa tidak bisa dinilai dari segi ekonomi, bahkan nilai kebudayaan lokal suatu bangsa tidak ternilai harganya.

Kebudayaan merupakan identitas dan jati diri suatu bangsa. UNESCO, organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang membidangi kebudayaan, telah melakukan antisipasi terhadap kekhawatiran tersebut dengan mengeluarkan "Cultural Diversity Declaration".

Deklarasi tersebut dimaksudkan untuk menyatakan bahwa kebudayaan yang berbeda-beda di dunia harus tetap terjaga dan "hak" kebudayaan setempat harus dihargai dan jangan sampai terdesak, bahkan hilang akibat kegiatan ekonomi tanpa batas, ujar Gede Ardika menandaskan.

Sumber : http://oase.kompas.com