Mengenal Lebih Dekat Keraton Matan
Keraton Kerajaan Matan merupakan salah satu peninggalan sejarah Ketapang yang kini kondisinya cukup baik. Hingga kini keraton ini tetap semarak dengan berbagai kegiatan seni, tidak statis layaknya museum. Berdasarkan catatan sejarah, keraton kerajaan Matan berulang kali pindah tempat hingga akhirnya menetap di Desa Muliakarta.
Dian Lestari, Ketapang
Keberadaan keraton kerajaan Matan terus dipelihara hingga kini. Untuk melestarikan nilai-nilai luhur itu keraton harus selalu dimanfaatkan dengan berbagai aktivitas. Agar nilai-nilai luhur yang pernah ada di keraton tetap terpelihara. Keraton bersifat dinamis bukan statis, sehingga segenap aktivitas harus terus dilaksanakan. Beberapa aktivitas seperti buka bersama, event seni budaya sering dilaksanakan di keraton ini.
"Sangat baik jika keraton tidak dijadikan museum, supaya tidak terkesan mati dari kegiatan-kegiatan budaya. Kalau museum hanya akan menjadi tempat pajangan benda pusaka dan bersejarah saja," kata Penembahan Raja Mempawah, Dr Ir Mardan Adi Jaya M.Sc kepada Pontianak Post saat berkunjung ke Keraton Matan belum lama ini. Dikatakannya, keraton juga mempunyai nilai yang multikulturisme yang mengayomi segenap suku dan adat yang ada di Ketapang.
Oleh karena itu, sejak zaman dahulu kegiatan multi etnis selalu diadakan di keraton. Keraton Matan ini terletak di Desa Muliakarta Kecamatan Benua Kayong. Di sekitar keraton terdapat rumah peninggalan para kerabat keraton sampai sekarang. Juga terdapat pemukiman Madura dibelakang keraton dan keturunan Arab yang ada di Dusun Kartapura.
Berdasarkan catatan sejarah, Kerajaan Matan berdiri sejak 1837 dengan rajanya adalah Penemahan Anom Kusuma Negara. Sebelumnya pemerintahan berada di Tanjungpura (Desa Tanjungpura Kecamatan Muara Pawan). Pendirian Keraton Panembahan Gusti Muhahammad Saunan ini dimulai sejak penembahan Anom Kusuma Negara. Penembahan ini mulai dari 1837 sampai dengan 1845, kemudian diganti oleh Penembahan Muhammad Cabran dari tahun 1845 hingga 1908 yang wafat di Desa Muliakarta di dekat Keraton Matan sekarang.
Gusti Mas Saunan atau lebih populer dikenal dengan nama Gusti Muhammad Saunan menggantikan kedudukan Muhammad Cabran. Dia berkuasa sejak 1908 sampai kemudian pada 1944. Panembahan yang terkenal dengan kewibawaannya ini diculik oleh pemerintah Jepang dan dibawa ke Pontianak, dan sejak itu tak diketahui kabar beritanya. Pada zaman GM Saunan inilah keraton di percantik dengan gaya Eropa, karena GM Saunan lama sekolah di Belanda. Keraton ini semuanya dibuat dari kayu, mempunyai 3 kamar dengan satu kantor, di sinilah Penembahan GM Saunan memerintah. Pada bumbungan terdapat ukiran mahkota kerajaan, semuanya dicat kuning sebagai perlambang kerajaan. Selain itu, di sisi kiri terdapat menara sebagai tempat penjagaan. Koleksi yang masih ada di keraton ini adalah meriam padam pelita, kain tenun khas kerajaan dan berapa koleksi benda sejarah.
Sumber : www.pontianakpost.com
Keraton Kerajaan Matan merupakan salah satu peninggalan sejarah Ketapang yang kini kondisinya cukup baik. Hingga kini keraton ini tetap semarak dengan berbagai kegiatan seni, tidak statis layaknya museum. Berdasarkan catatan sejarah, keraton kerajaan Matan berulang kali pindah tempat hingga akhirnya menetap di Desa Muliakarta.
Dian Lestari, Ketapang
Keberadaan keraton kerajaan Matan terus dipelihara hingga kini. Untuk melestarikan nilai-nilai luhur itu keraton harus selalu dimanfaatkan dengan berbagai aktivitas. Agar nilai-nilai luhur yang pernah ada di keraton tetap terpelihara. Keraton bersifat dinamis bukan statis, sehingga segenap aktivitas harus terus dilaksanakan. Beberapa aktivitas seperti buka bersama, event seni budaya sering dilaksanakan di keraton ini.
"Sangat baik jika keraton tidak dijadikan museum, supaya tidak terkesan mati dari kegiatan-kegiatan budaya. Kalau museum hanya akan menjadi tempat pajangan benda pusaka dan bersejarah saja," kata Penembahan Raja Mempawah, Dr Ir Mardan Adi Jaya M.Sc kepada Pontianak Post saat berkunjung ke Keraton Matan belum lama ini. Dikatakannya, keraton juga mempunyai nilai yang multikulturisme yang mengayomi segenap suku dan adat yang ada di Ketapang.
Oleh karena itu, sejak zaman dahulu kegiatan multi etnis selalu diadakan di keraton. Keraton Matan ini terletak di Desa Muliakarta Kecamatan Benua Kayong. Di sekitar keraton terdapat rumah peninggalan para kerabat keraton sampai sekarang. Juga terdapat pemukiman Madura dibelakang keraton dan keturunan Arab yang ada di Dusun Kartapura.
Berdasarkan catatan sejarah, Kerajaan Matan berdiri sejak 1837 dengan rajanya adalah Penemahan Anom Kusuma Negara. Sebelumnya pemerintahan berada di Tanjungpura (Desa Tanjungpura Kecamatan Muara Pawan). Pendirian Keraton Panembahan Gusti Muhahammad Saunan ini dimulai sejak penembahan Anom Kusuma Negara. Penembahan ini mulai dari 1837 sampai dengan 1845, kemudian diganti oleh Penembahan Muhammad Cabran dari tahun 1845 hingga 1908 yang wafat di Desa Muliakarta di dekat Keraton Matan sekarang.
Gusti Mas Saunan atau lebih populer dikenal dengan nama Gusti Muhammad Saunan menggantikan kedudukan Muhammad Cabran. Dia berkuasa sejak 1908 sampai kemudian pada 1944. Panembahan yang terkenal dengan kewibawaannya ini diculik oleh pemerintah Jepang dan dibawa ke Pontianak, dan sejak itu tak diketahui kabar beritanya. Pada zaman GM Saunan inilah keraton di percantik dengan gaya Eropa, karena GM Saunan lama sekolah di Belanda. Keraton ini semuanya dibuat dari kayu, mempunyai 3 kamar dengan satu kantor, di sinilah Penembahan GM Saunan memerintah. Pada bumbungan terdapat ukiran mahkota kerajaan, semuanya dicat kuning sebagai perlambang kerajaan. Selain itu, di sisi kiri terdapat menara sebagai tempat penjagaan. Koleksi yang masih ada di keraton ini adalah meriam padam pelita, kain tenun khas kerajaan dan berapa koleksi benda sejarah.
Sumber : www.pontianakpost.com