Senin, 01 Agustus 2011

Pura Pakualam Tampilkan Budaya Keraton di Tong Tong Fair

Den Haag, Belanda - Pura Pakualaman memperkenalkan berbagai budaya dan tradisional adat dan istiadat di dalam kraton Yogyakarta di Pasar Malam Tong Tong Fair, Belanda yang berlangsung di Maliveld Denhaag dari tanggal 25 Mei hingga 5 Juni.

Pasar Malam Besar Tong Tong Fair yang digelar untuk ke 53 kalinya ini mengambil tema Jogjakarta, ujar panitia penyelenggara Tong Tong Fair Leslie Boon, Rabu (1/6).

Kehadiran tim kesenian dari Pura Pakualaman Yogyakarta yang dipimpin BPH Suryodilogo antara lain memperkenalkan berbagai tradisi di balik Pura Pakualaman seperti busana yang dikenakan putri keraton yang berusia di bawah 10 tahun.

Pimpinan Kesenian Jogjakarta Mardjijo mengatakan busana yang dikenakan putri berusia dibawah 10 tahun itu dinamakan Sabukwolo dengan bagian pundak terbuka dengan rambut disanggul yang disebut klabangan dilengkapi kalung yang berguna untuk melindungi dari bahaya.

Acara peragaan busana kraton itu juga menampilkan busana adat yang digunakan saat sang putri mandi sebelum acara pernikahan yang disebut dengan Semekan Kancing Wingking.

Selain itu juga diperagakan busana saat mereka berlibur setelah kesibukan sehari hari di kehidupan keraton yang membutuhkan penyegaran diciptakan keluarga Sri Sultan.

Dalam peragaan busana Kraton itu juga ditampilkan busana yang dikenakan oleh bupati dan istri dalam acara resepsi seperti busana batik dengan wiron dan kebaya cara putri plisir yang dilengkapi dengan sanggul ukel tekuk bangun tulak atau dikenal dengan ukel tekuk Jogya.

Selain peragaan busana yang dikenakan putri keraton Istana Pakualaman juga digelar Sendratari Ramayana yang merupakan epic asal Hindu yang menceritakan Rama dan kakaknya, Lakshmana, dengan Hanuman menyelamatkan Dewi Sinta dari Rawana.

Pertunjukan gamelan Jawa menampilkan musik Reno Reno, Bendrong, Gugur Gunung, Rangu Rangu, Pangkur, Udan Mas, Plagan, Ladrang Bidri, Bubaran Wasono, Pangkur PL Barang, Ketawang Puspowarno, Manggolotomo, Suwe Ora Jamu dan Surung Dayung.

Mardjijo mengatakan bahwa ia senang bisa menampilkan kesenian dan budaya Jogyakarta di belanda khususnya di Tong Tong Fair.

"Apresiasi masyarakat Belanda kepada budaya dari Yogyakarta cukup tinggi," ujarnya.

Diakuinya penampilan kesenian dari Pakualaman di Tong Tong Fair baru pertama kalinya, meskipun jalinan kerja sama dengan Keraton Yogyakarta dan Belanda sudah terjalin sejak lama . Bahkan sejak Pakualaman I sampai sekarang Pakualaman IX, ujarnya.

Diharapkannya dengan ditampilkan berbagai kebudayaan dari Pakualaman ini, masyarakat Belanda bisa mengenal lebih jauh budaya keraton dan bahkan berkeinginan untuk berkunjung ke Yogyakarta.